Etika-etika Bisnis dalam Perspektif Islam

Islam sebagai agama dengan sistem komprehensif juga mengatur aspek-aspek dalam berbisnis dengan basis moralitas.

Editor: Ign Prayoga
Istimewa
ilustrasi etika bisnis Islam 

Oleh: Nanda Sabrina Astuti

Mahasiswa Perbankan Syariah UIN Jakarta

Etika bisnis menjadi sesuatu yang penting dewasa ini. Banyaknya kasus pelanggaran dalam dunia bisnis di masa lampau yang telah menimbulkan dampak buruk memunculkan pentingnya kesadaran etika bisnis.

Sebagaimana tujuan dari bisnis adalah keuntungan (uang) maka sering sekali berbagai pihak mengabaikan norma atau etika untuk mencapai tujuan tersebut. Dan di tengah kemajuan zaman modern yang kapitalis sekarang ini, ada kecenderungan masyarakat dunia untuk semakin akrab dengan tata nilai kehidupan tersebut.

Untuk itu ada hajat besar dari perusahaan-perusahaan untuk meletakkan software yang dapat menjadi tata nilai yang bisa dipegang oleh stakeholders dan membawa manfaat bagi kita semua.

Maka perangkat lunak yang menjadi pijakan para stakeholders itulah yang disebut sebagai etika atau kode etik dalam berbisnis.

Islam sebagai agama dengan sistem komprehensif juga mengatur aspek-aspek di atas dengan basis moralitas. Islam mengombinasikan nilai-nilai spiritual dan material dalam kesatuan yang seimbang dengan tujuan menjadikan manusia hidup bahagia di dunia dan di akhirat.

Tetapi persoalan kemudian bahwa konsep materialitas yang berkembang di dalam modern sekarang ini telah menyeret manusia pada kondisi dimana nilai-nilai spiritual terpinggirkan.

Salah satu kajian penting dalam Islam adalah persoalan etika bisnis. Kata bisnis dalam Al-Qur’an biasanya yang digunakan al-tijarah, al-bai’, tadayantum, dan isytara.

Tetapi yang seringkali digunakan yaitu al-tijarah dan dalam bahasa arab tijaraha, berawal dari kata dasar t-j-r, tajara, tajran wa tijarata, yang bermakna berdagang atau berniaga.

At-tijaratun walmutjar yaitu perdagangan, perniagaan (menurut kamus al-munawwir).

Dalam penggunaannya kata tijarah pada ayat-ayat di atas terdapat dua macam pemahaman.

Pertama, dipahami dengan perdagangan yaitu pada surat Al-Baqarah; 282. Dalam hal ini, ada dua definisi tentang pengertian perdagangan, dari dua sudut pandang yang berbeda, yaitu menurut Mufassir yaitu bisnis adalah pengelolaan modal untuk mendapatkan keuntungan.

Sedangkan menurut tinjauan ilmu fikih, bisnis adalah saling menukarkan harta dengan harta secara suka sama suka, atau pemindahan hak milik dengan adanya penggantian.

Bisnis merupakan salah satu dari sekian jalan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Artinya Allah SWT telah memberikan arahan bagi hamba-Nya untuk melakukan bisnis.

Dalam Islam terdapat aturan maupun etika dalam melakukan bisnis.

Seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, bagaimana beliau melakukan bisnis dengan cara berdagang. Di sinilah etika bisnis dalam Islam menjadi relevan untuk ditumbuhkembangkan sebagai sebuah alternatif solusi keluar dari kungkungan budaya korup dan improfesionalisme.

Ilmu Terapan

Etika bisnis merupakan ilmu terapan. Pembahasan tentang etika bisnis harus dimulai dengan menyediakan kerangka prinsip-prinsip dasar pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan istilah baik dan benar, hanya dengan cara itu selanjutnya seseorang dapat membahas implikasi-implikasi terhadap dunia bisnis.

Etika dan Bisnis, mendeskripsikan etika bisnis secara umum dan menjelaskan orientasi umum terhadap bisnis, dan mendeskripsikan beberapa pendekatan khusus terhadap etika bisnis, yang secara bersama-sama menyediakan dasar untuk menganalisis masalah-masalah etis dalam bisnis.

Etika bisnis dalam ekonomi Islam tentu memiliki ketentuan umum berupa kesatuan (Tauhid), keseimbangan (adil), kehendak bebas, tanggung jawab , kebenaran (jujur) .

Rasulullah SAW memiliki etika ketika beliau sedang berbisnis. Etika yang Rasulullah SAW miliki memerhatikan (Prophetic Values of Business and Management), yaitu Shiddiq berupa jujur, ikhlas, terjamin dan keseimbangan emosional. Lalu, amanah berupa adanya kepercayaan, bertanggung jawab, transparan dan tepat waktu.

Selanjutnya, fathonah yaitu memiliki pengetahuan luas, memiliki visi, belajar keberlanjutan. Kemudian, Tabligh yang berisikan mampu mengkoordinasi, kerja tim, dan mempunyai kendali dan supervisi. Serta, berani seperti menganalisis data dan mampu membuat keputusan yang tepat dan cepat tanggap.

Rasulullah SAW adalah seorang pedagang profesional dan selalu menjunjung tinggi kejujuran, maka ia mendapat gelar al-amin (yang terpercaya).

Ketika masyarakat muslim telah berhijrah ke Madinah, Rasulullah SAW menjadi pengawas pasar atau Al-Muhtashib. Beliau mengawasi jalannya mekanisme pasar di Madinah dan sekitarnya agar tetap dapat berlangsung secara Islami.

Pada saat itu mekanisme pasar sangat dihargai. Beliau menolak untuk membuat kebijakan penetapan harga manakala tingkat harga di Madinah pada saat itu tiba-tiba naik.

Sepanjang kenaikan terjadi karena kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran yang murni, yang tidak dibarengi dengan dorongan-dorongan monopolistik dan monopsonistik, maka tidak ada alasan untuk tidak menghormati harga pasar.

Penerapan etika kehendak bebas dapat dilihat dari kualitas bahan baku yang dipilih oleh sebuah perusahaan merupakan bahan baku berkualitas terbaik.

Selain itu, perusahaan memilih untuk tidak menggunakan bahan penyedap rasa atau MSG pada semua produk olahannya.

Penerapan etika tanggung jawab dilakukan perusahaan dengan cara membuat sertifikasi perusahaan agar berbadan hukum.

Perusahaan yang telah tersertifikasi atau telah berbadan hukum menunjukkan bahwa perusahaan tersebut benar-benar serius mendirikan perusahaan sebagai upaya tanggung jawab kepada konsumen.

Penerapan etika kebajikan (ihsan) dapat ditelusuri dari keempat etika yang telah diterapkan perusahaan di atas yang menunjukkan bahwa perusahaan telah benar-benar memberikan manfaat bagi berbagai aspek ekonomi, tidak mengecewakan, serta tidak menimbulkan mudharat bagi semua pihak terkait di sekitar lokasi.
Kesimpulan

Etika sebagai perangkat prinsip moral yang membedakan apa yang benar dari apa yang salah sedangkan bisnis adalah suatu serangkaian peristiwa yang melibatkan pelaku bisnis maka etika diperlukan dalam bisnis.

Etika bisnis dalam Islam adalah merupakan hal yang penting dalam perjalanan sebuah aktivitas bisnis profesional di mana mempunyai fungsi substansial yang membekali para pelaku bisnis.

Prinsip ekonomi menurut para pebisnis dan para konglomerat adalah untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa menggunakan etika bisnis yang ada.

Panduan Rasulullah dalam etika bisnis yang perlu diperhatikan dalam berbisnis adalah prinsip esensial dalam bisnis adalah kejujuran, kesadaran tentang signifikan sosial kegiatan bisnis, tidak melakukan sumpah palsu, ramah-tamah dan tidak boleh berpura-pura menawar dengan harga tinggi agar orang lain tertarik membeli dengan harga tersebut.

Bisnis dalam Islam memosisikan pengertian bisnis yang pada hakikatnya merupakan usaha manusia untuk mencari keridaan Allah SWT.

Bisnis tidak bertujuan jangka pendek, individual dan semata-mata keuntungan yang berdasarkan kalkulasi matematika tetapi bertujuan jangka pendek sekaligus jangka panjang yaitu tanggung jawab pribadi dan sosial dihadap masyarakat, negara dan Allah SWT.

Tujuh Poin Etika Bisnis Islam

Agar bisnis yang kita jalankan berjalan dengan sukses, perlu memerhatikan etika-etika bisnis sesuai dengan ajaran Islam.

Pertama, selalu bertindak dengan integritas tinggi dan jujur dalam semua transaksi dan komunikasi bisnis.

Kedua, lakukan semua transaksi bisnis sesuai dengan prinsip keadilan yang mana harga, kualitas, dan syarat-syaratnya adil bagi semua pihak yang terlibat.

Ketiga, transparan dalam semua aspek, seperti kondisi barang atau jasa, biaya tambahan, dan risiko yang terlibat.

Keempat, memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat baik dalam bentuk zakat, infaq, atau pemberdayaan ekonomi yang adil. Kelima, hindari pemasaran yang menyesatkan atau memanfaatkan ketidaktaatan terhadap nilai-nilai moral dan agama.

Keenam, hindari kerusakan terhadap lingkungan alam, karena Islam mengajarkan perlindungan terhadap alam dan sumber daya alam.

Ketujuh, selalu mengawali dan mengakhiri setiap usaha dengan doa, memohon ridha Allah dan keberkahan dalam segala aspek bisnis.

Mematuhi etika-etika ini bukan hanya membawa kebaikan dalam dunia bisnis, tetapi juga sebagai amalan ibadah yang diperhitungkan di sisi Allah dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh: Nanda Sabrina Astuti

Mahasiswa Perbankan Syariah UIN Jakarta

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved