Elpiji 3 Kg

Detik-detik Emak Meninggal Usai Antre Elpiji 3 Kg di Pamulang, Jual Makanan untuk Biaya Umrah

Seorang lansia meninggal dunia setelah mengantre gas elpiji 3 kilogram, di Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Senin (3/2/2025) siang.

Penulis: Irwan Wahyu Kintoko | Editor: Ign Prayoga
Tribuntangerang.com/Ikhawana
MENINGGAL USAI ANTRE LPG -- Rohayah menceritakan detik-detik kakaknya, Yonih (62), meninggal dunia usai mengantre gas ukuran 3 kilogram, di kawasan jalan Beringin, Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Senin (3/2/2025). (Tribuntangerang.com/Ikhawana) 

TRIBUNBEKASI.COM, TANGSEL -- Seorang wanita 62 tahun, Yonih, meninggal dunia setelah mengantre gas elpiji 3 kilogram, di Pamulang, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Provinsi Banten, Senin (3/2/2025) siang.

Yonih yang akrab disapa Emak merupakan seorang pedagang makanan di rumahnya.

Dia selalu bersemangat untuk berdagang karena bertekad mengumpulkan uang untuk berangkat umrah.

Pada Senin siang, Yonih antre membeli gas LPG 3 kg di pangkalan berjarak 500 meter dari rumahnya.

Dia berjalan kaki menuju pangkalan tersebut dan membawa 2 tabung LPG 3 kg. Hal yang sama dia lakukan dalam perjalanan pulang.

Adik korban, Rohaya (51), bercerita, pada Senin pagi tadi, kakaknya masih beraktivitas seperti biasa, termasuk membuka warung dan menyiapkan lontong untuk berdagang.

"Tadi pagi saya masih ketemu, dia bilang mau antre gas," kata Rohaya saat ditemui Kompas.com di Jalan Beringin I RT 01/07 Pamulang Barat, Tangsel, Senin.

"Saya sempat bilang nanti juga dianterin, tapi dia tetap berangkat dan biasanya antre di warung agen depan, ternyata dia pergi ke tempat yang lebih jauh," lanjutnya.

Rohaya mengatakan, Yonih berangkat dari rumah sekitar pukul 11.00 WIB dengan membawa dua tabung gas kosong.

Lansia perempuan itu berjalan kaki sendirian untuk membeli gas elpiji di agen yang jaraknya sekitar 500 meter dari rumah.

Setelah mengantre selama kurang lebih satu jam, Yonih berhasil mendapat gas elpiji dan kembali ke rumah berjalan kaki.

Namun, dalam perjalanan pulang, Yonih sempat duduk di dekat tempat laundry untuk beristirahat.

"Nah yang punya laundry di depan jalan ke rumah manggilin emak (panggilan korban) untuk duduk istirahat," kata Rohaya.

"Sehabis itu, emak dijemput sama menantunya," lanjut dia.

Rohaya panik melihat kakaknya yang tiba-tiba lemah tak berdaya sesampainya di rumah.

Dia sempat mengajak Yonih bicara, namun kakaknya sama sekali tak merespons dan kemudian pingsan.

"Sesampai di rumah langsung pingsan, dia sempat mengucapkan 'Allahu Akbar' dua kali, tapi setelah itu tidak merespons (pingsan)," kata Rohaya.

Keluarga langsung membawa Yonih ke Rumah Sakit Permata.

Tetapi, setibanya di rumah sakit, nyawa Yonih tidak tertolong.

Rohaya menyebut, Yonih tidak memiliki riwayat penyakit serius dan selama ini dikenal sebagai sehat serta pekerja keras.

Yonih bekerja keras lantaran sedang menabung untuk beribadah umrah.

"Dia orangnya rajin, enggak mau diam, saya sudah bilang nggak usah capek-capek, jualan sembako saja," kata Rohaya.

"Tapi dia tetap semangat cari tambahan, katanya buat umrah," ujarnya.

Jenazah Yonih dimakamkan pada Senin sekitar pukul 15.30 WIB.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com  

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved