Pemusnahan Amunisi TNI
Pengakuan Warga Garut, Bantu Tentara Buka Selongsong Bekas Amunisi Dibayar Rp 150 Ribu
Sembilan warga sipil yang tewas di lokasi pemusnahan amunisi TNI di Garut, ternyata dipekerjakan dalam proses pemusnahan tersebut.
Penulis: Feryanto Hadi | Editor: Ign Prayoga
TRIBUNBEKASI.COM, GARUT - Pemusnahan amunisi tak layak pakai di Kabupaten Garut, Jawa Barat, menewaskan 13 orang.
Sembilan di antaranya merupakan warga sipil di sekitar lokasi peledakan amunisi di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut.
Sembilan warga tersebut menjadi buruh dalam proses peledakan yang dilakukan oleh aparat TNI AD.
Hal itu terungkap dalam wawancara Gubernur Jabar Dedi Mulyadi dengan seorang warga.
Dalam tayangan Live Facebook wartawan Tribun Jabar, Dedi menanyakan soal aktivitas warga di tempat tersebut.
Orang nomor satu di Jawa Barat itu berbincang dengan Agus Setiawan, saudara dari salah satu korban ledakan saat mengunjungi rumah duka di Kampung Cimerak, Desa Sagara.
"Kami jadi buruh pak, buruh buka selongsong, per hari dibayar Rp 150 ribu," ujar Agus kepada KDM.
Ia menuturkan dalam proses pemusnahan amunisi itu warga biasanya bekerja sampai belasan hari, tergantung dari datangnya barang yang akan dimusnahkan.
Agus menjelaskan bahwa selain dari upah tersebut, dirinya juga biasa menjual rongsokan dari sisa-sisa pemusnahan amunisi.
"Kadang Rp 50 ribu kadang Rp 100 ribu, ada iya (pengepulnya)," ucap Agus.
Sesepuh atau orang yang dipercaya bahkan dibayar sampai Rp 200 ribu per hari.
Dedi Mulyadi menyebut dirinya akan menanggung biaya hidup anak-anak dari korban dari mulai pendidikannya bahkan hingga kuliah.
"Untuk anak-anaknya yang belum menikah, itu menjadi tanggung jawab gubernur. Mereka pendidikannya, kehidupan sehari-harinya, biar nanti kami yang mengambil alih tanggung jawab itu," ujar Dedi kepada awak media.
Dedi Mulyadi menyampaikan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan menyalurkan santunan sebesar Rp 50 juta kepada setiap keluarga korban.
Dana tersebut diperuntukkan bagi biaya pemulasaraan jenazah.
"Itulah bentuk bantuan yang kami sediakan. Nilainya Rp 50 juta per orang. Bagi yang masih sekolah, bantuan bisa berlanjut hingga jenjang kuliah," ujar Dedi Mulyadi.
Kronologi
Peristiwa belasan orang tewas akibat ledakan saat pemusnahan bom di Garut, Jawa Barat terungkap.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat, Brigjen Wahyu Yudhayana menjelaskan peristiwa itu menewaskan 13 orang.
Mereka tewas terkena ledakan amunisi yang terjadi di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Garut, Senin (12/5/2025).
Ketika itu tim penyusun amunisi dari TNI sudah melaksanakan pengecekan personel dan lokasi hingga dinyatakan aman untuk dilakukan pemusnahan amunisi tak layak pakai.
"Tim penyusun amunisi ini menyiapkan dua lubang sumur, lalu tim pengamanan masuk dan dinyatakan aman hingga dilakukan peledakan di dua sumur tadi," katanya
Kemudian, tim juga menyiapkan satu lubang di luar dua sumur tadi untuk menghancurkan sisa detonator yang ada.
"Nah, saat tim penyusun tim amunisi menyusun amunisi aktif yang tak layak pakai di lubang itu, tiba-tiba terjadi ledakan hingga akibatkan 13 orang meninggal dunia karena ledakan," ujarnya.
Ke-13 orang tewas itu terdiri dari empat anggota TNI dan 9 orang warga sipil.
Berkaitan 9 korban warga sipil yang meninggal, Kadispenad menyebut seluruhnya sudah dievakuasi ke RSUD Pameungpeuk Garut untuk dilakukan tindakan selanjutnya.
Berikut nama korban tewas ledakan bom di Garut.
- Kolonel Cpl Antonius Hermawan, ST., MM.
- Mayor Cpl Anda Rohanda
- Kopda Eri Triambodo
- Pratu Aprio Seriawan
- Agus Bin Kasmin
- Ipan Bin Obur
- Anwar Bin Inon
- Iyus Ibing Bin Inon
- Iyus Rizal Bin Saepuloh
- Toto
- Dadang
- Rustiawan
- Endang
Para korban meninggal ini terdiri dari 4 anggota TNI dan 9 warga sipil.
Ledakan terjadi pada Senin pagi (12/5/2025) sekitar pukul 09.30 WIB, di lokasi yang selama ini dikenal sebagai tempat rutin pemusnahan amunisi militer.
Menurut warga setempat, kegiatan semacam ini memang sudah sering dilakukan sebelumnya, dan biasanya warga mendapat imbauan untuk menjauh dari lokasi.
“Sudah beberapa kali ada pemusnahan di sini. Warga biasa diperingatkan agar tidak mendekat,” ujar jurnalis Kompas TV, Ridwan Mustafa dalam laporan live Breaking News Kompas TV, Senin.
Namun berbeda dari sebelumnya, kali ini pemusnahan justru menimbulkan petaka. Korban ditemukan di sekitar titik ledakan, dan beberapa langsung dievakuasi ke RSUD Pameungpeuk, Garut Selatan.
Saat ini lokasi kejadian sudah disterilkan oleh petugas dan tidak diperbolehkan diakses oleh warga maupun pihak yang tidak berkepentingan.
Sejumlah saksi mata menyebut bahwa sebelum pemusnahan dilakukan, sudah ada pemberitahuan dari petugas kepada warga untuk menjauh.
Namun belum diketahui apakah seluruh warga sudah benar-benar menjauh dari radius berbahaya.
Keterangan saksi mata
Salah satu pekerja proyek pemusnahan amunisi TNI sekaligus saksi mata bernama Ajas selamat dari ledakan lantaran disuruh mengambil peti dan peralatan oleh pimpinan regu.
Baru 25 meter Ajas berjalan menjauh dari lubang amunisi, tiba-tiba saja dia mendengar suara ledakan.
Bahkan ledakan itu hingga terkena ke punggungnya karena saking kencangnya.
Detik-detik ledakan amunisi yang hendak dimusnahkan itu pun dilihat jelas oleh Ajas yang masih di atas sepeda motor seperti dimuat TribunJabar Selasa (13/5/2025).
Ajas mengatakan bahwa awalnya mereka bekerja seperti biasa membantu TNI untuk memusnahkan amunisi.
Masing-masing pekerja memiliki tugas seperti Ajas yang bertugas menggali lubang.
Hingga pada lubang ketiga dibuat, Ajas tiba-tiba saja disuruh oleh pimpinan regunya untuk mengambil peti dan peralatan untuk menggali lubang baru.
Baru sampai 25 meter Ajas berjalan, tiba-tiba saja lubang meledak. Bahkan Ajas ikut terkena lemparan tulang dan daging para pekerja proyek dan TNI.
“Sempat terkena lemparan tulang punggung saya. Bahkan baju belakang sempat terbakar juga tapi tidak sampai kulit,” ungkap Ajas.
Ajas mengungkapkan bahwa dirinya sudah bekerja sedari 2017 sebagai pekerja proyek pemusnahan senjata yang sudah tidak layak pakai.
Mereka biasanya bekerja atas pesanan dan kerap berpindah-pindah lokasi bahkan hingga keluar kota.
Sekali proyek pemusnahan amunisi biasanya tukang dibayar Rp100 ribu hingga Rp150 ribu.
Pun proyek tersebut tidak bisa setiap hari didapat. Biasanya dalam sebulan mereka hanya bisa mendapatkan 12 panggilan pengerjaan proyek pemusnahan senjata.
Dilaporkan 13 orang tewas dalam pemusnahan amunisi TNI yang sudah tidak terpakai.
Dari 13 korban tewas, 4 orang merupakan anggota TNI dan 9 warga sipil.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat, Brigjen Wahyu Yudhayana menjelaskan bahwa ada 3 sumur yang disiapkan untuk memusnahkan amunisi.
Namun tiba-tiba saat amunisi disusun rapi ke dalam sumur dikabarkan tiba-tiba saja meledak hingga menewaskan 13 orang.
"Nah, saat tim penyusun tim amunisi menyusun amunisi aktif yang tak layak pakai di lubang itu, tiba-tiba terjadi ledakan hingga akibatkan 13 orang meninggal dunia karena ledakan," ujarnya.
Menurut Brigjen Wahyu, tim penyusun amunisi dari TNI sudah melaksanakan pengecekan personel dan lokasi hingga dinyatakan aman untuk dilakukan pemusnahan.
"Tim penyusun amunisi ini menyiapkan dua lubang sumur, lalu tim pengamanan masuk dan dinyatakan aman hingga dilakukan peledakan di dua sumur tadi," katanya
Kemudian, tim juga menyiapkan satu lubang di luar dua sumur tadi untuk menghancurkan sisa detonator yang ada.
"Nah, saat tim penyusun tim amunisi menyusun amunisi aktif yang tak layak pakai di lubang itu, tiba-tiba terjadi ledakan hingga akibatkan 13 orang meninggal dunia karena ledakan," ujarnya.
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id
Korban Ledakan Garut: Pratu Afrio Setiawan Mestinya Menikahi Sang Kekasih Bulan Depan |
![]() |
---|
Sosok Kolonel Antonius, Kepala Gudang Amunisi yang Tewas Kena Ledakan di Garut, Lulusan Akmil 1997 |
![]() |
---|
Aparat Desa Sagara Garut Bantah Anggapan Warga Memulung Logam Sisa Amunisi Milik TNI |
![]() |
---|
Beredar Rekaman Suara Aparat Cegah Warga Tak Mendekat ke Lokasi Pemusnahan Amunisi di Garut |
![]() |
---|
Sosok Mayor Anda Rohanda, Pamen TNI AD yang Jadi Korban Tewas Ledakan Amunisi di Garut |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.