Berita Bekasi
Kali Cilemahabang Bekasi Kerap Tercemar, Warga Menanti Ketegasan Dedi Mulyadi
Selain airnya selalu menghitam, juga mengeluarkan busa dan bau menyengat.
Penulis: Muhammad Azzam | Editor: Ichwan Chasani
TRIBUNBEKASI.COM, BEKASI — Warga Kampung Tirta Agung, Desa Waluya, Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi menanti ketegasan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi atas kondisi Kali Cilemahabang yang kerap mengalami pencemaran.
Terbaru pada pertengahan Juli 2025, Kali Cilemahabang kembali tercemar.
Selain airnya selalu menghitam, juga mengeluarkan busa dan bau menyengat.
Kondisi kali tersebut semakin memprihatinkan akibat pencemaran yang terus berulang.
Air sungai yang dulunya jernih kini berubah menjadi hitam, berbusa, dan mengeluarkan bau tak sedap.
Bahkan menurut warga, bau menyengat itu bisa tercium hingga ke permukiman yang jauh dari aliran kali.
Baca juga: Lowongan Kerja Bekasi: PT Frina Lestari Nusantara Cari Staf Engineering
Baca juga: Usai Anjlok Kemarin, Harga Emas Batangan Antam di Bekasi Ahad ini Stagnan
“Udah sering kayak gini, paling kalau hujan turun aja airnya agak bening. Tapi kalau gak hujan, ya hitam terus, malah lebih parah. Semoga Kang Dedi Mulyadi bisa tangani," kata Oles (55), warga setempat.
Menurut Oles, pencemaran kali bukan persoalan baru.
Warga sudah berulang kali menyampaikan keluhan ke pihak terkait, bahkan sempat melakukan aksi unjuk rasa di lokasi, namun sampai saat ini belum ada respons yang berarti.
“Sudah sering disuarakan, malah sempat demo juga. Tapi ya apa boleh buat, gak ada tanggapan. Mungkin kalau yang ngomong orang penting baru ditanggapi. Kita mah cuma warga biasa,” katanya.
Warga mengaku pasrah, meskipun dalam hati masih menyimpan harapan agar sungai bisa kembali bersih seperti dulu.
Oles mengenang masa ketika Kali Cilemahabang masih menjadi sumber kehidupan warga.
Baca juga: Wawali Harris Bobihoe Tegaskan Kota Bekasi Dukung Penuh Percepatan Penanganan Sampah Bersama
Baca juga: Catat, Ini Jenis Kecelakaan Lalu Lintas yang Ditanggung BPJS Kesehatan
“Dulu mah asri, airnya jernih, banyak ikan. Kita bisa cari makan dari kali. Sekarang, boro-boro cari makan, mandi aja susah. Airnya bau dan kotor,” ujar Oles.
Pencemaran juga berdampak pada kesehatan masyarakat sekitar.
Ia menyebutkan, warga kerap mengalami gangguan kulit seperti gatal-gatal akibat air yang tercemar.
“Iya, pengaruh ke badan. Airnya kotor, sampah banyak, jadi sering gatal-gatal,” tuturnya.
Sementara itu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Barat juga telah turun ke lokasi sekitar tiga pekan lalu dan mengambil sampel untuk uji laboratorium.
Demikian diutarakan Juru Bicara DLH Kabupaten Bekasi, Dedy Kurniawan pada Minggu (10/8/2025).
Baca juga: Bulan Depan, Sekolah Raykat Mulai Dibangun di Kabupaten Bekasi
Baca juga: Perumahan Sawangan Asri Terendam Banjir hingga 1,5 Meter usai Diguyur Hujan Lebat
Dedy Kurniawan menyebutkan, hingga saat ini hasil uji laboratorium dari DLH Provinsi belum diterima oleh DLH Kabupaten Bekasi.
“Saat mereka ke lapangan, kami mendampingi. Tapi sejauh ini belum ada tembusan hasil lab. Kami juga masih menunggu arahan dari DLH Provinsi,” katanya.
Dedy menyebutkan bahwa kasus pencemaran Kali Cilemahabang bukan hal baru.
Sejak 2020 hingga 2021, kejadian serupa terus berulang.
Pihaknya menduga penurunan kualitas air kali tersebut dipicu oleh limbah rumah tangga yang dibuang tanpa pengolahan, terutama dari sektor perumahan dan UMKM.
“Ini baru dugaan sementara. Hampir sebulan setengah terakhir kita sudah memasuki musim kemarau, sehingga debit air di Kali Cilemahabang menurun drastis. Dampaknya, air menjadi lebih pekat dan padat,” ujar
Baca juga: Samsat Keliling Kota/Kabupaten Bekasi Karawang Senin 11 Agustus 2025 Besok
Baca juga: Perpanjangan SIM Kabupaten Bekasi Senin 11 Agustus 2025 Besok di Dua Satpas
Ia menjelaskan bahwa hulu Kali Cilemahabang berasal dari beberapa situ di perbatasan Kabupaten Bekasi dan Bogor, mengalir melalui Kecamatan Cibarusah hingga Cikarang Utara. Di sepanjang aliran tersebut terdapat banyak permukiman dan kawasan industri.
“Permasalahannya, dari ratusan saluran air yang berasal dari perumahan dan UMKM, hampir tidak ada yang melalui instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Ini berbeda dengan sektor industri yang masih dalam pengawasan rutin kami,” jelasnya.
Limbah rumah tangga, terutama dari aktivitas dapur seperti bekas cucian dan sisa makanan, berkontribusi besar terhadap pencemaran.
“Detergen, sabun, minyak semua itu menghasilkan lemak yang mengendap di dasar sungai. Ketika air mengalir deras dan melewati titik turbulensi seperti pintu air, endapan ini teraduk dan menghasilkan busa,” tambahnya.
DLH Kabupaten Bekasi mengaku sudah berulang kali mencoba mencari solusi, termasuk memberi rekomendasi pembuatan IPAL mini untuk perumahan.
Baca juga: Layanan SIM Keliling Karawang Senin Besok, 11 Agustus 2025, Cek Lokasinya
Baca juga: SIM Keliling Kota Bekasi, Senin Besok 11 Agustus 2025, Simak Persyaratannya
Namun, keterbatasan lahan membuat usulan tersebut sulit direalisasikan.
“Rekomendasi sudah ada, bahkan desain IPAL mini sudah dibuat. Tapi kendala utama tetap pada sulitnya mencari lokasi pembangunan IPAL di area permukiman padat,” ungkap Dedy.
Baca berita TribunBekasi.com lainnya di Google News
Ikuti saluran TRIBUN BEKASI di WhatsApp.
Kawasan Grand Wisata Tambun Bekasi Bakal Dilengkapi Wahana Olahrga Premium Seluas 2,1 Hektare |
![]() |
---|
Antisipasi Keracunan, Personel Babinsa Kota Bekasi Rutin Cek MBG Sebelum Diterima Siswa |
![]() |
---|
Tak Hanya Dituntut Profesional, ASN Kabupaten Bekasi Wajib Salat Berjamaah dan Ikut Pengajian Rutin |
![]() |
---|
Rusak dan Rawan Begal, Anam Sebisa Mungkin Hindari Lewat Jalan Raya Alinda Bekasi saat Malam Hari |
![]() |
---|
Tolak Damai, Anggota DPRD Kota Bekasi Ahmadi Madong Ingin Penjarakan Ketua Komisi Arif Rahman Hakim |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.