Berita Kesehatan

Tidak Bisa Dianggap Remeh, Ahli Epidemiologi Sebut Turunan Varian Omicron Cukup Berbahaya

Editor: Ichwan Chasani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi varian Omicron

TRIBUNBEKASI.COM — Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman menyebut turunan varian Omicron cukup berbahaya. Apa lagi sub varian BA.4 dan BA.5.  

Setidaknya, kata Dicky Budiman, varian Covid-19 yang muncul menunjukkan tiga indikator.

Pertama adalah kemampuan varian tersebut untuk menginfeksi dan menular.

Kedua dari kemampuan menurunkan efikasi antibodi, entah itu antibodi yang didapatkan dari vaksinasi atau terinfeksi.

Lalu yang ketiga dilihat dari potensi keparahan.

Baca juga: Ramalan Zodiak Karier, Senin 11 Juli 2022, Leo, Upaya Kerjasama Tim akan Membawa Hasil Memuaskan

Dan varian BA.4 dan BA.5 menginfeksi dan menurunkan efikasi antibodi dari varian sebelumnya.

"Itu sudah sangat jelas berarti. Tidak bisa dianggap remeh dan perlu diwaspadai. Perlu dilakukan mitigasi yang kuat. Virus ini bisa menerobos adanya imunitas suatu proteksi yang timbul dari infeksi sebelumnya," ungkap Dicky Budiman, Minggu (10/7/2022).

Apa lagi saat ini membangun imunitas dengan vaksin ketiga masih dalam proses. 

Artinya risiko terdampak dari infeksi virus ini pasti ada.

Terutama pada sekelompok masyarakat yang berisiko.

Baca juga: SIM Keliling Polres Karawang Senin 11 Juli 2022 di Pos Polantas Dawuan Cikampek Hingga Pukul 15.00

Dan saat ini Indonesia berada di tengah terbatasnya testing dan tracing yang makin menurun.

Kasus yang ada saat ini menurut Dicky seperti fenomena gunung es 

"Kasus yang ada saat ini terdeteksi itu puncak gunung es, itu hanya sebagian. Dan itu sudah terbukti di dua tahun pertama pandemi kita, angka kematian dilaporkan pemerintah 7 kali lebih rendah dari estimasi WHO," tegasnya.

Hal ini menegaskan jika angka kematian yang terjadi di masyarakat jauh lebih tinggi. Terutama pada angka infeksi.

Sekali lagi Dicky menegaskan jika situasi ini tidak bisa dianggap remeh. 

Baca juga: SIM Keliling Kota Bekasi Senin 11 Juli 2022 di Carrefour Harapan Indah Hingga Pukul 10.00 WIB

"Karena di dalam setiap gelombang apa pun variannya bisa menimbulkan korban. Korban kematian ada, walau saat ini dengan modal imunitas vaksinasi menjadi menurun," kata Dicky lagi. 

Di sisi lain Dicky juga mengungkapkan jika pemerintah Indonesia tidak bisa membandingkan data yang dimiliki dengan beberapa negara. 

"Kita tidak bisa membandingkan data kita dengan negara maju. Kasus kematian di kita banyak tidak terdeteksi. Sedangkan pada negara maju tidak ada satu kasus tidak terdeteksi," kata Dicky lagi.

Mayoritas kematian di beberapa negara perlu melalui penyelidikan sebelum akan dimakamkan.

Selain itu Dicky juga menegaskan jika yang harus dicegah bukan angka kematian saja, tapi orang yang sakit dan pasien masuk rumah sakit.

Terutama saat ini yang paling banyak terinfeksi masuk dalam kategori tidak bergejala. (Tribunnews.com/Aisyah Nursyamsi)