Amel menjabarkan, Suharso Monoarfa menyampaikan hal ini, tak lain untuk menanggapi permintaan Kyai Gufron.
Hal itu dilakukan agar PPP mampu memberi warna politik yang berbeda, bukan membenarkan yang biasa, namun membiasakan yang benar.
PPP, jelas dia, harus mampu jadi partai yang wujudkan politik berketuhanan yang Maha Esa, bukan berkeuangan yang Maha Kuasa, sesuai seloroh Kyai Gufron saat itu.
Pada akhir acara pembekalan anti korupsi yang diberikan langsung dari Nurul Ghufron kepada seluruh pengurus pusat PPP, Suharso Monoarfa menandatangani komitmen untuk bangun integritas internal parpol, agar menolak politik uang dan praktik korupsi lainnnya.
Amel melanjutkan, bagi PPP penghormatan pada ulama ialah salah satu cara PPP mengingat jati dirinya.
PPP, tambah dia, dibentuk ulama, diawasi ulama, memperjuangkan ulama.
Kata Amel, hal ini yang selalu ditanamkan oleh para petinggi Partai, termasuk Ketum Suharso.
"Ketua Umum Suharso Monoarfa sekali lagi menyampaikan tidak sedikitpun bermaksud untuk menyinggung Kyai dan Ulama, serta menyesalkan video pidato beliau yang dipenggal seadanya,"
"Namun Ketum Suharso Monoarfa mengakui beliau sangat terpukul jika sampai ada Ulama/Kyai terluka karena hal ini" tambah Amel.
Amel juga meyakinkan jika Suharso Monoarfa akan berupaya semaksimal mungkin memperbaiki kesalahpahaman ini.
Bahkan dalam waktu dekat akan segera temui ulama dan kyai untuk dapat berbincang dan memohon masukan secara langsung.
Minta Maaf
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Suharso Monoarfa, minta maaf usai video yang berisi dirinya sedang berpidato di KPK beredar di media sosial, Jumat (19/8/2022).
Permintaan maaf ini disampaikan Suharso Monoarfa secara terbuka seusai menghadiri acara Sekolah Politik yang digelar selama 2 hari bagi kader PPP di Bogor.
"Saya menyesalkan ada pihak yang dengan sengaja mencuplik sepotong dari sambutan saya pada acara Politik Identitas Cerdas Berintegritas yang diselenggarakan Komisi Pemberantasan Korupsi, Senin 15 Agustus 2022 lalu, cuplikan yang sepotong itu menjadi di luar konteks dan membentuk opini negatif,” ujar Ketum.