"Kemudian terkait dana-dana kita masih mendalami hasil keterangan tersangka ini, kurang lebih Rp1 miliar," ujar Hengki.
Uang yang dikumpulkan itu kemudian ditransfer ke rekening atas nama tersangka M Dede Solehudin.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa pihaknya masih melakukan pendalaman terkait uang yang dihimpun itu.
"Tapi masih kami dalami lagi. Ini belum tuntas. Ini masih kita dalami, ini kan baru dua hari yang lalu. Penyidikan kami ini sifatnya berkesinambungan," kata dia.
Siapkan lubang dua hari sebelum mengontrak rumah
Polisi kembali mengungkap fakta baru terkait kasus pembunuhan berantai di Bekasi-Cianjur-Garut, Jawa Barat.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko menyebut, tersangka telah mempersiapkan lubang untuk mengubur korbannya di rumah kontrakan di Bantar Gebang, Bekasi.
Awalnya, tersangka Solihin alias Duloh memaksa untuk menyewa sebuah kontrakan di Bantar Gebang guna membawa keluarga yang nantinya menjadi korban.
Keluarga itu dibawa usai proses pembayaran dilakukan. Sedangkan yang menggali lubang tersebut adalah tersangka M Dede Solehudin atas perintah Duloh.
"Penggalian tanah atau lubang yang ada di belakang rumah itu kan sebelum membawa almarhum atau korban ke sana sudah dipersiapkan," kata Trunoyudo, Jumat (20/1/2023).
"Dua hari (sebelum mengontrak)," sambung eks Kabid Humas Polda Jawa Barat itu.
Polisi sebelumnya mengungkap peran lain dari Solihin alias Duloh, salah satu tersangka pembunuhan berantai Bekasi-Cianjur-Garut.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan, Duloh memaksa untuk menyewa sebuah kontrakan di Bantar Gebang, Bekasi.
Kontrakan tersebut diketahui merupakan lokasi kejadian lima korban diracun hingga akhirnya tiga orang tewas.
"Ini dikontrakkan dengan keterangan saksi disampaikan bahwasanya sedikit memaksa untuk bisa dikontrakkan," kata dia, kepada wartawan, Jumat (20/1/2023).