Program Makan Bergizi Gratis

MBG di SDN Rawabuntu 03 Tangsel Diduga Ada Bubur Basi dan Tahu Berlendir

Penulis: Ikhwana Mutuah Mico
Editor: Dedy
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PROGRAM MBG JADI SOROTAN --- Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) menjadi sorotan setelah ditemukan makanan yang diduga tidak layak konsumsi Saat TribunTangerang.com mendatangi lokasi SDN Rawabuntu 03 yang mendapatkan program makan bergizi gratis, sejumlah orang tua tampak menunggu anak-anak mereka pulang.

TRIBUNBEKASI.COM, SERPONG --- Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) menjadi sorotan setelah ditemukan makanan yang diduga tidak layak konsumsi.

Saat TribunTangerang.com mendatangi lokasi SDN Rawabuntu 03 yang mendapatkan program makan bergizi gratis, sejumlah orang tua tampak menunggu anak-anak mereka pulang.

Salah satu orang tua murid, sebut saja Shofi (bukan nama sebenarnya), membagikan pengalamannya mengenai program makan bergizi gratis di sekolah anaknya.

Shofi, yang memiliki anak duduk di bangku kelas dua sekolah dasar, menceritakan bahwa anaknya menerima makanan berupa tahu isi daging olahan. 

Namun, makanan tersebut berlendir dan mengeluarkan bau tidak sedap.

"Tahu itu tidak dimakan oleh anak saya di sekolah. Dia membawanya pulang ke rumah," ujar Shofi kepada TribunTangerang.com, Serpong, Tangsel, Kamis (24/7/2025).

Baca juga: Santap Makan Bergizi Gratis. Puluhan Siswa di Bogor Diduga Keracunan, Begini Penjelasan Wali Kota

Temuan ini menimbulkan kekhawatiran mengenai kualitas makanan yang diberikan dalam program MBG di Tangsel. 

"Bau asem tahunya, jamur enggak kaya berledir mungkin masih panas ditutup ya," kata Shofi.

Menurutnya, kejadian itu terjadi pada hari Kamis, (17/7/2025) dan hingga kini distribusi MBG tampaknya dihentikan.

“Terakhir Kamis itu, setelahnya nggak ada lagi. Kayaknya distop. Anak saya biasanya dapat MBG, tapi Kamis terakhir itu nggak ada lagi sampai sekarang,” ucap Shofi.

Ia menjelaskan bahwa makanan yang diterima berupa tahu isi dengan isian yang tidak jelas. 

Meski tampak biasa dari luar, ternyata bagian dalamnya berlendir dan mengeluarkan aroma asam.

“Dalemnya lembek, kayak ada daging atau ayam gitu. Pas saya cium, agak asem. Kalau dilihat luarnya biasa aja, tapi isinya aneh,” katanya.

Sang anak membawa makanan tersebut pulang karena memang MBG bisa dimakan di sekolah atau dibawa ke rumah. 

Ia yang tidak ingin membuang makanan, ia mencoba mencicipinya.

“Namanya emak-emak, sayang kalau mubazir. Saya cobain sedikit, tapi ternyata lembek. Rasanya aneh, kayak bakso, tapi lembek banget. Enggak tahu itu daging ayam atau ikan,” jelasnya.

Sang anak sendiri tidak menyadari ada yang salah dengan makanannya, hanya saja tidak memakannya.

“Anak saya SD, jadi enggak terlalu ngerti. Cuma bilang, ‘Mamah, baso-nya nggak dimakan.’ Baru saya cek di rumah,” tuturnya.

Ia menegaskan bahwa MBG di sekolah ini sempat diberikan sejak hari Senin. Namun kejadian makanan mencurigakan itu terjadi pada Kamis.

Sementara itu, seorang ibu bernama Aisyah (bukan nama sebenarnya) membenarkan adanya makanan yang dinilai kurang layak konsumsi.

Aisyah menjelaskan bahwa program MBG ini sudah pernah berjalan sebelumnya, saat anaknya duduk di kelas satu. 

Namun program tersebut baru aktif kembali setelah libur sekolah, tepatnya selama masa MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah).

"Terakhir itu anak saya dapat MBG pas MPLS, tepatnya di hari keempat. Sebelumnya juga pernah dapat saat kelas satu, setelah liburan," kata Aisyah di lokasi yang sama.

Ia mengaku makanan yang diterima anaknya saat MPLS kondisinya tidak layak.

"Waktu itu dikasih tahu isi, tapi dalamnya berlendir, aromanya juga asam," jelasnya. 

Ia menambahkan bahwa kualitas makanan yang kurang baik bukan hanya terjadi sekali.

"Bukan cuma itu. Kemarin juga sempat dikasih bubur kacang hijau, warnanya aneh, rasanya juga hambar dan basi. Anak saya enggak habisin, saya coba sendiri juga memang nggak enak," ujarnya.

Sebagai orang tua dari kalangan masyarakat biasa, ia menyarankan agar distribusi MBG lebih melibatkan pelaku UMKM yang bisa menyediakan makanan segar dan layak konsumsi.

"Kalau memang enggak bisa tangani untuk ratusan anak, lebih baik dikasih ke UMKM aja. Banyak kok katering kecil yang bisa dipercaya. Setidaknya kalau sudah dikerjakan langsung oleh pelaku usaha lokal, sajiannya nggak mengecewakan dan lebih terjamin," ungkap Aisyah.

BERITA VIDEO : BUKAN NASI DAN LAUK, MAKAN BERGIZI GRATIS VERSI SACHET DI TANGSEL BIKIN MELONGO

Ia juga menyampaikan harapannya agar program MBG benar-benar memenuhi prinsip gizi seimbang, terutama karena sasarannya adalah anak-anak usia sekolah dasar.

"Kalau bisa, konsep empat sehat lima sempurna itu dijaga. Anak-anak jangan dikasih makanan yang pedas karena banyak yang enggak suka. Buahnya juga jangan cuma pisang terus. Bisa diganti anggur, jeruk mandarin, atau buah lain yang lebih bervariasi. Tomat juga anak-anak banyak yang nggak doyan, takutnya malah dibuang," tutupnya

Ketika ditemui untuk dimintai keterangan terkait program MBG, kepala sekolah enggan memberikan pernyataan dan menyebut bahwa permasalahan tersebut telah dianggap selesai.

“Oh, sudah selesai. Sudah koordinasi juga. Maaf ya,” ujar Amir Mahmud.

Namun, ia enggan menjelaskan secara rinci hasil dari koordinasi tersebut.

(Sumber : TribunTangerang.com, Ikhwana Mutuah Mico/m30)

Baca berita TribunBekasi.com lainnya di Google News

Ikuti saluran TRIBUN BEKASI di WhatsApp