Gizi Buruk
PT Ajinomoto Terbitkan Buku Panduan Gizi agar Masyarakat Terbebas Stunting dan Gizi Buruk
PT Ajinomoto berperan aktif dalam mengatasi gizi buruk, salah satunya melalui peluncuran buku panduan SLP (School Lunch Program).
Penulis: Lilis Setyaningsih | Editor: Valentino Verry
TribunBekasi.com, Bekasi - Edukasi tentang nutrisi sangat penting dilakukan sejak sebelum hamil bahkan saat remaja.
Agar status gizi sejak remaja sudah baik. Harapannya kelak saat remaja sudah dewasa dan hamil, status gizinya bagus.
Sehingga saat melahirkan anak-anak akan bebas anemia dan stunting.
Baca juga: Delapan Orang Penghuni Masih Tertidur Saat Kobaran Api Melanda Empat Ruko di Kayuringin Jaya Bekasi
Sampai saat ini pemerintah terus berusaha menurunkan angka stunting.
Jumlah stunting di Indonesia pada tahun 2019 mencapai 27,67 persen.
Angka ini berhasil ditekan dari 37,8 di tahun 2013.
Namun, angka ini masih tinggi dibandingkan toleransi maksimal stunting yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) yaitu 20 persen.
Selain pemerintah, berbagai pihak juga membantu menaikkan status gizi.
Salah satunya dilakukan PT Ajinomoto Indonesia yang melaksanakan School Lunch Program (SLP) sejak 2018 di dua pesantren sebagai pilot project.
PT Ajinomoto Indonesia bekerjasama dengan Dept Gizi Masyarakat IPB & Kementerian Agama RI pada tahun ini menghadirkan buku panduan SLP yang berisikan edukasi gizi, tips pelaksanaan program, dan berbagai aplikasi menu lezat bergizi seimbang, yang mudah diaplikasikan oleh pesantren, ataupun sekolah umum yang menyediakan menu makan siang bagi santri dan atau siswa/i-nya.
Baca juga: Polda Metro Jaya Pastikan Benda yang Menyerupai Bom di Bekasi Ada Kabel Tapi tak Ada Alat Pemicu
Melalui Buku Panduan SLP ini, ada implementasi program ke lebih banyak pesantren dan sekolah umum, dalam rangka meningkatkan status gizi anak-anak remaja di Indonesia, terutama di masa pandemi.
Katarina Larasati, Public Relations Manager PT Ajinomoto Indonesia mengatakan, target program ini untuk menurunkan prevalensi status anemia santri di pondok pesantren melalui pemberian makanan bergizi seimbang dan pendidikan gizi.
Setelah disediakan menu yang tinggi kandungan zat besi (seperti Rendang Hati Ayam,) dan menu sayur yang dimasak dengan mudah dan nikmat, santri mulai makan lebih banyak.
"Hasilnya, kami mampu mengurangi 8 persen kejadian anemia di kalangan santri Pondok Pesantren Pertanian Darul Falah Bogor, dan 20,9 persen di Pondok Pesantren Darussalam Bogor," katanya.
"Karena sukses ini, kami ingin melanjutkan kontribusi untuk mengatasi masalah gizi anak di Indonesia,"imbuhnya dalam siaran pers yang diterima Warta Kota, belum lama ini.
Baca juga: BPBD Kabupaten Bekasi Temukan Dua Bocah setelah Sehari Tenggelam di Sungai Citarum