Kisah Inspiratif

Badai Pandemi Tak Surutkan Perjuangan Dedah untuk Bangun Bisnisnya, Tetap Semangat dan Kerja Keras

"Yang penting kalo saya itu optimis pasti bisa dan semangat aja menjalani sama kerja keras lah. Sisanya kita serahkan ke Allah

Penulis: Joko Supriyanto | Editor: Dedy
TribunBekasi.com
Dedah Amniyati (45) warga Bekasi, Jawa Barat yang membuka dua bisnis. Fashion dan kuliner untuk bertahan menghadapi pandemi Covid-19. 

"Saya mikir ini sampai kapan. Kebutuhan jalan terus pemasukan ngak ada. Tapi dari situ saya mikir harus survive nih. Kalo ngandalin fashion ngak akan bisa. Makannya saya mikir tercetuslah buat bisnis kuliner," ujarnya.

Meski kembali menjalani bisnis dari awal, tak membuat hati kecil Dedah menyerah.

Berbekal dari keluarga suaminya yang berasal dari keluarga yang suka memasak, Dedah pun mencoba belajar membuat resep gudeg dari keluarga suaminya itu.

Awalnya bisnus kulinernya ini baru di promosikan dari tetangga sekitar rumahnya. Beberapa tetangga pun akhirnya merespon baik Gudeg buatan Dedah itu, hingga banyak warga juga yang membeli.

Dari sinilah, Dedah kembali bangkit untuk terus melanjutkan bisnis kulinernya itu.

Bahkan ia berlanjut untuk membuka penjualan secara online. Seiringnya waktu penjualan secara online pun mengalami kenaikan yang cukup pesat.

"Awalnya kita tawaran dulu ke tetangga, tetangga banyak yang suka, kita mulai ke online.  Dari sini udah mulai banyak pesanan yang masuk, baru kita sewa lapak lah buat jualan," ungkapnya.

Melihat bisnisnya mulai naik, Dedah akhirnya membuka lapak di kawasan Cikunir, Bekasi. Disana Dedah menyewa lapak untuk menjual Gudegnya.

Tak hanya menjual secara langsung Dedah juga melayani pemesanan. Bahkan ia sempat mendapatkan pesanan hingga 100 porsi.

"Cikunir kayak Foodcourt gitu. Ada grobaknya bukan rumah makan. Jadi ngerintis lagi dari nol. Alhamdulillah dulu dari Rp.200 ribu sekarang bisa Rp.600 ribu sehari, belum di luar pesanan, online," ujarnya.

Dikatakan Dedah, gudeg buatannya ini memang berbeda dengan Gudeg lainnya.

Sebab jika Gudeg lebih terasa manisnya, kini ia menurun rasa manisnya sehingga lebih cocok di lidah masyarakat yang tidak suka makanan terlalu manis. Harga perporsi pun sekitar Rp. 30 ribu sampai Rp. 50 ribu.

"Jadi kalo saya ini pakai besek. Perporsi itu Rp. 30 ribu isinya krecek, 1 telur dan ayam satu potong. Kalo yang Rp. 50 ribu itu Gudeg, krecek, 3 telur dan 1 potong ayam. Kita jualan di Duta Harapan namanya Gudeg Djawa Amniya," katanya.

Walaupun pemasukannya belum tinggi dari penjualan Gudeg, Dedah mengaku hal itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan ditengah pandemi Covid-19.

Dirinya pun juga berpesan kepada pelaku UMKM atau warga yang memulai bisnis ditengah pandemi untuk tetap survive dan jangan menyerah.

"Ya kita hidup itu harus berjalan ya. Ga mungkin kondisi kita lagi begini langsung drop. Prinsip saya itu saya harus bergerak, harus survive. InsyaAllah kalo kita bergerak pasti Allah akan memberikan kita jalan. Laku ga laku kan yang mengerakan Allah, yang penting kita berikhtiar dan berusaha jangan malu," ucapnya. 

 


 
 

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved