Berita Daerah
AKP Supriyatin yang Tangannya Ditembak Bandar Narkoba, Ternyata Pernah Gagal Jadi TNI
AKP Supriyatin yang tangannya pernah ditembak bandar narkoba, ternyata bercita-cita jadi anggota TNI.
Penulis: Miftahul Munir | Editor: Valentino Verry
TRIBUNBEKASI.COM, JAKARTA - Sosok AKP Supriyatin Pelawi sudah tidak asing lagi di telinga warga Jalarta Barat, karena memiliki segudang prestasi selama berdinas di Polres Metro Jakarta Barat.
Supriyatin kelahiran Jakarta pada 31 April 1977 silam. Ia terlahir dari seorang ayah anggota TNI, dan masa kecil hingga dewasa ia habiskan di wilayah Cengkareng, Jakarta Barat.
Baca juga: Warga Kota Bekasi Antusias Mengikuti Vaksinasi Covid-19 yang Digelar Komunitas Ajag Ijig
Memang dari kecil, ia bercita-cita ingin seperti ayahnya, menjadi anggota TNI, dan sejak kelas II SMAN 96 ia sudah berlatih untuk persiapan seleksi sebagai anggota TNI.
Pada tahun 1996, AKP Supriyatin mendaftarkan diri sebagai anggota TNI, tapi ia gagal untuk mengikuti pendidikan tentara.
Ada perasaan kecewa lantaran gagal seleksi sebagai anggota TNI.
Namun, ia mendapat wejangan dari kakak kandungnya yang sudah menjadi anggota TNI lebih dahulu, Supriyatin diminta untuk daftarkan sebagai anggota polisi.
Awalnya ia ingin mencoba lagi karena ia yakin mampu untuk lulus sebagai prajurit TNI.
"Tapi pada saat itu, Kakak saya terus menasehati dan memberi saran, siapa tahu rezeki saya bukan di TNI tapi di Polri," ucapnya.
Baca juga: Saat Dinasti Banten Dukung Sebagai Capres 2024, Airlangga Hartarto Lari Pagi Bersama Cak Imin
Supriyatin menuruti nasehat dari sang kakak dan pada tahun 1997 ia mendaftarkan diri sebagai anggota Polri.
Tahap seleksi ia lakoni, Supriyatin tidak mengecewakan orang tuanya, karena dia dinyatakan lulus untuk mengikuti pendidikan di Lido, Sukabumi, Jawa Barat.
Selama satu tahun pendidikan, Supriyatin akhirnya lulus pada tahun 1998 dan ditempatkan di Polda Metro Jaya tepatnya di Direktorat Samapta Bhayangkara(Sabhara).
Tahun itu, kata Supriyatin di Jakarta sedang genting karena demo mahasiswa yang inginkan Presiden Soeharto lengser.
Ia menjadi garda terdepan untuk mengamankan situasi Jakarta dan setiap malam harus berkeliling Jakarta untuk patroli.
Setelah melewati masa genting itu, Supriyatin masih berdinas di Sabhara sampai tahun 2003.
Pada tahun itu ia dimutasi untuk berdinas di Polres Metro Jakarta Barat sebagai anggota Intel.
Baca juga: Sunan Kalijaga Sebut Mansyardin Malik Seolah Meremehkan Marlina Octoria