Virus Covid19

Hadapi Klaster Omicron di Krukut, Polrestro Jakarta Barat Tambah Personil Awasi Penerapan Lockdown

Namun kata Ady, diperlukan gotong royong warga untuk memutus penularan Covid-19 di kampung tersebut.

Penulis: Desy Selviany | Editor: Dedy
Wartakotalive.com
Polres Metro Jakarta Barat (Polres Jakbar) pertebal penjagaan RW 02, Krukut, Tamansari, Jakarta Barat yang menjadi klaster baru Covid-19. 

TRIBUNBEKASI.COM --- Polres Metro Jakarta Barat (Polres Jakbar) pertebal penjagaan RW 02, Krukut, Tamansari, Jakarta Barat yang menjadi klaster baru Covid-19.

Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Pol Ady Wibowo mengatakan bahwa tiga pilar Tamansari sudah menerapkan mikro lockdown di wilayah tersebut.

"Kami sudah aktifkan hari Sabtu (8/1/2022) lalu pembatasan mobilitas, testing, tracing, dan treatment juga sudah kita lakukan," ujar Ady dihubungi Minggu (9/1/2022).

Dalam pengawasan mikro lockdown di wilayah itu, pihak Polres Metro Jakarta Barat juga menambah personel.

Baca juga: 36 Warga Terpapar Covid-19, Satu Orang Diduga Terkena Omicron, Status RW 02 Krukut Kini Zona Merah

Baca juga: Waspadai Omicron, Pengelola Mal di Karawang Wajib Bentuk Tim Patroli Awasi Pelanggaran Prokes

Hal itu agar dapat membantu warga memutus mata rantai penyebaran Covid-19 yang saat ini sudah menularkan ke 36 warga sekitar.

Penjagaan juga dibantu oleh Tim Satgas Covid-19 Jakarta Barat.

Namun kata Ady, diperlukan gotong royong warga untuk memutus penularan Covid-19 di kampung tersebut.

"Tingkatkan protokol kesehatan khususnya penggunaan masker. Dukungan warga agar membantu Polri dan Satgas dalam pembatasan mobilitas untuk memutus sebaran Covid-19 sangat dibutuhkan," tuturnya.

BERITA VIDEO : KETUA RT 08 PANIK TAHU WARGA RT 10 POSITIF OMICRON

Sebelumnya 36 warga di RW 02 Krukut, Tamansari, Jakarta Barat terpapar Covid-19.

Satu dari 36 kasus positif suspect varian Omicron.

Saat ini pasien suspect sudah dipindahkan ke RS Wisma Atlet untuk jalani isolasi mandiri.

Bekasi masih aman

Di tengah melonjaknya Covid-19 varian Omicron di Jakarta, Sekretaris Dinas (Sekdis) Kesehatan Kota Bekasi, Nia Aminah menjelaskan hingga kini, Kota Bekasi masih belum mendeteksi adanya temuan kasus.

"Alhamdullilah gak ada, aman, enggak ada (Omicron), di kota Bekasi enggak ada," ungkap Nia saat dikonfirmasi, Minggu (9/1/2022).

Namun demikian, terdapat delapan orang yang positif Covid-19 pasca libur Nataru.

Mayoritas dari pasien kini menjalani isolasi mandiri.

Baca juga: Belum Selesai Omicron, Muncul Virus Corona Varian IHU atau B.1640.2 di Perancis, Simak Penjelasannya

Di tengah melonjaknya Covid-19 varian Omicron di Jakarta, Sekretaris Dinas (Sekdis) Kesehatan Kota Bekasi, Nia Aminah menjelaskan hingga kini, Kota Bekasi masih belum mendeteksi adanya temuan kasus.

"Alhamdullilah gak ada, aman, enggak ada (Omicron), di kota Bekasi enggak ada," ungkap Nia saat dikonfirmasi, Minggu (9/1/2022).

Namun demikian, terdapat delapan orang yang positif Covid-19 pasca libur Nataru.

Mayoritas dari pasien kini menjalani isolasi mandiri.

"Itu awal Januari ada delapan orang kasus, yang bergejala ada tujuh orang, yang bergejala satu orang, sedangkan yang dirawat ada satu orang. Jadi di kita sekarang ada kasus 0,01 persen," tuturnya.

Nia mengharapkan agar masyarakat yang melakukan mobilitas saat libur Nataru bisa melakukan tes PCR atau swab antigen untuk menghindari penyebaran Covid-19.

"PCR itu diimbau, untuk para pelaku perjalanan agar memeriksakan diri ke puskemas, ke fasyankes terdekat setelah mereka perjalanan jauh. Bagaimana hasilnya, positif atau negatif," ungkapnya.

Berdasarkan data yang diperbarui pada Kamis (6/1/2021) lalu, jumlah kumulatif Covid-19 di Kota Bekasi mencapai 86.203 kasus.

Rinciannya jumlah pasien yang sembuh sebanyak 85.057 kasus, meninggal 1.138 jiwa dan aktif sebanyak 8 orang.

Varian Delta lebih berbahaya dibanding Omicron?

Terdapat dua penelitian baru di Inggris memberi petunjuk awal, virus corona varian omicron mungkin lebih ringan daripada versi Delta.

Ahli biokimia Universitas Vanderbilt, Manuel Ascano Jr yang mempelajari virus menyatakan hal demikian.

Ia mengatakan melalui studi baru yang dirilis Rabu (22/12/2021) mendukung penelitian sebelumnya menunjukkan, omicron mungkin tak berbahaya seperti varian Delta.

“Optimisme hati-hati mungkin adalah cara terbaik untuk melihat ini,” katanya.

Analisis dari tim tanggap Covid-19 Imperial College London memperkirakan risiko rawat inap dari  kasus omicron di Inggri menunjukkan orang terinfeksi varian tersebut, sekitar 20 persen lebih kecil kemungkinannya untuk berobat ke rumah sakit dibandingkan mereka yang terinfeksi varian Delta.

Selain itu, analisis menunjukkan orang yang terinfeksi varian omicron  40 persen lebih kecil kemungkinannya untuk dirawat di rumah sakit selama satu malam atau lebih.

Analisis itu mencakup semua kasus Covid-19 yang dikonfirmasi tes PCR di Inggris pada paruh pertama Desember di mana variannya dapat diidentifikasi: 56.000 kasus omicron dan 269.000 kasus Delta.

Sebuah studi terpisah dari Skotlandia, oleh para ilmuwan di University of Edinburgh dan ahli lainnya, perkirakan risiko rawat inap pasien  Covid-19 varian omicron dua pertiga lebih sedikit daripada Delta.

Tetapi penelitian itu menunjukkan bahwa hampir 24.000 kasus omicron di Skotlandia sebagian besar terjadi pada orang dewasa muda, usia antara 20 dan 39 tahun.

Orang yang lebih muda jauh lebih kecil kemungkinannya untuk terkena Covid-19 yang parah.

“Investigasi nasional ini adalah salah satu yang pertama menunjukkan bahwa omicron lebih kecil kemungkinannya mengakibatkan rawat inap Covid-19 daripada Delta,” tulis para peneliti.

Meski temuannya merupakan pengamatan awal, "mereka menggembirakan," tulis para penulis.

Namun temuan tersebut belum ditinjau oleh ahli lain, yang menjadi standar dalam penelitian ilmiah.

Ascano mencatat studi ini memiliki keterbatasan.

Misalnya, temuan khusus untuk titik waktu tertentu selama situasi yang berubah dengan cepat di Inggris Raya dan negara lain mungkin tidak berjalan mengalami hal serupa.

Matthew Binnicker, direktur virologi klinis di Mayo Clinic di Rochester, Minnesota, mengatakan, dalam penelitian di Skotlandia, persentase orang lebih muda hampir dua kali lebih tinggi untuk kelompok omicron dibanding dengan kelompok Delta.

“Dan itu dapat membuat bias dalam kesimpulan bahwa omicron tidak menyebabkan terlalu parah disebabkan oleh omicron,” katanya.

Meski demikian, katanya, data itu menarik dan memperkirakan bahwa omicron mungkin menyebabkan penyakit yang tidak terlalu parah.

Namun dia menambahkan: “Penting untuk ditekankan bahwa jika omicron memiliki tingkat penularan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Delta,"

"Jumlah orang yang memerlukan rawat inap mungkin masih meningkat, meskipun penyakitnya tidak terlalu parah dalam banyak kasus.”

Data dari Afrika Selatan, tempat varian pertama kali terdeteksi, juga menunjukkan omicron mungkin lebih ringan.

Salim Abdool Karim, seorang ahli epidemiologi penyakit menular klinis di Afrika Selatan, mengatakan awal pekan ini bahwa tingkat penerimaan pasien ke rumah sakit jauh lebih rendah untuk omicron daripada Delta.

“Tingkat penerimaan kami secara keseluruhan berada di wilayah sekitar 2 persen hingga 4 persen dibandingkan sebelumnya yang mendekati 20 persen,” katanya.

“Jadi meskipun kami melihat banyak kasus, sangat sedikit yang dirawat,” katanya.

(Wartakotalive.com/Desy Selviany/Tribunnews.com/CNA/Hasanah Samhudi/TribunBekasi.com/Rangga Baskoro/Abs)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Dua Studi di Inggris: omicron Lebih Kecil Kemungkinan Membuat Orang Dirawat di RS"

 

Sumber: Wartakota
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved