Berita Daerah

Tak Kuat Hadapi Teror Debt Collector, Seorang Ibu Hamil Jual Ginjal buat Bayar Utang Rp 1 Miliar

Melvi pun menceritakan, ia telah membuat surat perjanjian dengan para penagih utang yang berisi perjanjian pelunasan utang pasca ginjalnya terjual.

Penulis: Muhamad Fajar Riyandanu | Editor: Dedy
TribunnewsDepok.com
Melvi Monita (23), seorang ibu hamil 7 bulan di Mekarjaya, Sukmajaya, Depok, Jawa Barat menawarkan ginjalnya untuk dijual guna melunasi utang yang mencapai Rp 1 Miliar (muhamad fajar riyandanu) 

TRIBUNBEKASI.COM ---  Seorang ibu hamil 7 bulan di Mekarjaya, Sukmajaya, Depok, Jawa Barat menawarkan ginjalnya untuk dijual guna melunasi utang yang mencapai Rp 1 Miliar.

Melvi Monita (23), ibu dari dua anak ini mengaku sudah tidak kuat menghadapi 'teror' dari penagih utang yang silih berganti mendatangi rumahnya.

Melvi dan kelurganya tinggal di rumah sewa yang terletak di Kampung Sugutamu, Mekarjaya, Depok.

Karena tak kuat menghadapi teror, ia dan keluarganya pindah ke rumah orang tuanya yang tak jauh dari tempat tinggalnya.

"Saya berniat jual ginjal saya, daripada saya tertekan. Ada yang marah-marah. Kasihan ke anak juga," sambung Melva, dengan menangis.

Baca juga: Hanya karena Masalah Utang Rp 4 Juta, Seorang Wanita Dihabisi Kekasih Gelapnya, Pelaku Setrum Korban

Baca juga: Gara-Gara Tagih Utang Rp 100.000, Seorang Ojol Tewas Dibacok Rekannya

Melvi pun menceritakan, ia telah membuat surat perjanjian dengan para penagih utang yang berisi perjanjian pelunasan utang pasca ginjalnya terjual.

"Saya bilang, 'saya belum ada, saya lagi berusaha jual ginjal. Kalau emang ada yang mau langsung hubungin saya'," ungkap Melvi.

Melvi menyebut, jumlah utangnya yang mencapai Rp 1 Miliar disebabkan oleh bunga utang yang kian waktu kian membengkak.

Hal itu diperparah usai bisnis sembako miliknya bangkrut.

Saat masih aktif sebagai penjual sembako, ia meminjam uang kepada sejumlah orang untuk membeli 2.200 karton minyak goreng dengan modal Rp 400 juta.

BERITA VIDEO : DITAGIH ARISAN NGOTOT SAMPAI MATA MELOTOT

Awalnya, bisnis berjalan lancar karena harga minyak sedang murah. Lalu harga merangkak naik dan tiba-tiba anjlok 3 bulan lalu.

"Jadi stok banyak gak ada yang beli. Mau gak mau saya harus jual rugi. Lalu dijual, rugi Rp200 juta," jelas Melvi.

Jika dihitung per karton, Melvi membeli satu karton minyak goreng sebesar Rp 230.000.

Karena harga minyak naik, penjualan minyak goreng macet total sementara di sisi lain, keluarganya harus membayar rumah sewa, cicilan motor, biaya cek kehamilan dan segala kebutuhan rumah tangga lainnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun depok
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved