Sesar Lembang

Jalur Sesar Lembang Telanjur Jadi Pemukiman Penduduk, BPBD Ingatkan Potensi Gempa Bumi

BPBD Jawa Barat mengingatkan potensi gempa bumi dari Sesar Lembang di Bandung Raya. 

Penulis: | Editor: Ign Prayoga
tribunjabar.id / Rahmat Kurniawan
Hamparan lahan pertanian pemukiman Warga RW 5 Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong yang dilalui garis Sesar Lembang. 

TRIBUNBEKASI.COM, BANDUNG - Potensi gempa pada Sesar Lembang di wilayah Bandung Raya, Jawa Barat, terus diteliti oleh para ahli.

Meski mengetahui bahwa pada wilayah tersebut bisa terjadi gempa cukup besar, para ahli tidak bisa memprediksi kapan terjadinya gempa tersebut.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat mengingatkan soal potensi risiko gempa bumi dari Sesar Lembang di wilayah Bandung Raya. 

Kepala Pelaksana BPBD Jabar, Teten Ali Mulku Engkun, menegaskan bahwa karakteristik tanah dan kekuatan struktur bangunan sangat menentukan seberapa besar dampak yang akan ditimbulkan jika terjadi pergeseran di sesar aktif tersebut.

“Memang pasti ada daerah yang akan terdampak parah, tetapi sampai saat ini belum bisa dipastikan secara spesifik wilayah mana saja."

"Itu tergantung pada kondisi tanah dan kekuatan bangunannya. Kalau tanahnya keras, dampaknya akan berbeda dengan tanah yang lembek, seperti bekas sawah atau kebun,” ujar Teten di Studio Tribun Jabar, Jalan Sekelimus Utara No 2-4, beberapa waktu lalu.

Ia mencontohkan, pada kondisi gempa dengan magnitudo 7 skala Richter, amplitudo getaran di suatu lokasi bisa berbeda. 

Jika di satu titik amplitudonya hanya 1,7, di tempat lain bisa mencapai 5,9.

“Otomatis daerah dengan amplitudo lebih besar akan merasakan dampak paling parah,” jelasnya.

Kondisi pemukiman di Bandung Raya, yang terus berkembang hingga ke kawasan rawan, memperbesar risiko.

Sebagai informasi, Sesar Lembang adalah sesar aktif sepanjang kurang lebih 29 kilometer yang membentang dari wilayah barat di Padalarang (Kabupaten Bandung Barat) hingga ke wilayah timur di Cimenyan dan Cilengkrang (Kabupaten Bandung).

Sesar ini melewati area di kaki Gunung Tangkuban Parahu dan berjarak sekitar 8-10 kilometer di utara Kota Bandung.

Teten mengatakan, ada banyak perumahan bahkan pemukiman elit yang dibangun di atas jalur sesar. 

Padahal, menurut para ahli kegempaan, sebaiknya tidak ada bangunan permanen yang berdiri tepat di atas sesar. 

“Idealnya, jalur sesar dimanfaatkan untuk ruang terbuka hijau, jogging track, atau sarana olahraga. Namun kenyataannya, sudah ada bangunan sejak puluhan tahun lalu,” ungkap Teten.

Halaman
12
Sumber: TribunJabar.id
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved