Berita Karawang
Penemuan Satwa Liar Langka Jenis Katak Bertanduk di Pengunungan Sanggabuana Karawang
Selain amphibi, pada saat herping tim juga mengidentifikasi beberapa reptil yang ada di kawasan hutan Pegunungan Sanggabuana.
Penulis: Muhammad Azzam | Editor: Dedy
Sebab, javan horned frog ini memang tidak masuk di daftar satwa yang dilindung sesuai Permen 106, tapi populasinya memang sudah jarang.

Katak bertanduk ini, jika ditemukan di Sanggabuana menjadi indikator positif, karena keberadaan katak ini sering dijadikan indikator lingkungan.
Kalau masih ada katak bertanduk berarti ekosistemnya masih bagus. Paling tidak ini menjadi indikator juga untuk upaya pelestarian dan perlindungan yang dikerjakan SCF berada dijalur yang benar.
"Keberadaan herpetofauna sangat penting dalam rantai makanan dan menjadi bioindikator lingkungan," tutup Bernard.
Sesuai namanya, katak unik ini mempunyai tanduk di kepala, tepatnya diatas kedua matanya. Kedua tanduk katak dari suku Megophrydae ini sebenarnya adalah perpanjangan dermal pada bagian mata yang menyerupai tanduk.
Tanduk palsu atau tonjolan yang merupakan perpanjangan dermal ini tidak hanya ada di atas kedua matanya, tetapi juga tampak di bagian hidung yang meruncing.
Katak bertanduk jawa, di alam merupakan salah satu amphibi yang jago kamuflase.
Katak ini biasa bersembunyi dibalik serasah daun di dasar hutan, hingga kadang disebut katak serasah.
Biasanya katak bertanduk jawa tidak banyak bergerak, dan aktif pada malam hari, hingga susah untuk ditemukan.
Katak endemik jawa ini mempunyai ukuran sampai sekitar 10 cm untuk katak betina, sedangkan yang jantan berukuran lebih kecil.
Katak bertanduk biasa ditemukan di dataran menengah sampai dataran tinggi di ketinggian 2000 m dpl.
Katak bertanduk mempunyai warna tubuh cokelat keabu-abuan sampai cokelat kemerah-merahan.
Terdapat bintik kehitaman dibawah mata dan sepasang bentol di belakang diantara kedua kakinya.
Warna yang mirip serasah daun ini membantu katak bertanduk berkamuflase dengan kondisi hutan.