Berita Nasional
Larangan Ekspor Minyak Sawit Mentah di Indonesia Bikin Pasar Minyak Nabati Dunia Mendadak Bergejolak
Mendadak pasar minyak nabati dunia bergejolak setelah pemerintah Indonesia umumkan larangan ekspor minyak sawit mentah (CPO) ke luar negeri.
Diperkirakan lebih banyak pabrik penghancur kedelai akan dibuka di tahun-tahun mendatang di AS.
Hal itu akibat meningkatnya permintaan untuk menggunakan minyak kedelai untuk bahan bakar hayati (biofuel).
Namun kemungkinan AS tidak dapat meningkatkan kapasitas dan memenuhi permintaan minyak kedelai untuk waktu dekat.
Untuk minyak nabati lainnya, minyak canola, USDA perkirakan tahun ini akan diproduksi 29 juta ton, terutama di wilayah Eropa, Kanada dan China.
Tahun lalu, kekeringan memangkas panen canola di Kanada.
Sedangkan Eropa juga dihadapkan pada masalah kerusakan tanaman, yang buat pasokan minyak canola untuk tahun ini berkurang.
Asosiasi Pengolah Biji Minyak Kanada akui, tahun lalu Kanada mengekspor sekitar 75 persen dari minyak canola.
Dimana minyak cola yang digunakan dalam makanan dan bahan bakar.
Kemudian diikuti Amerika Serikat sebesar 62 persen, dan 25 persen diisi oleh minyak canola dari China.
Sementara itu, dua negara yang saat ini sedang terlibat konflik yaitu Rusia dan Ukraina, telah menyumbang sekitar 55 persen dari produksi minyak biji matahari global, dan memenuhi sekitar 76 persen dari ekspor dunia.
Sayangnya sejak invasi Rusia ke Ukraina terjadi, pengiriman minyak biji matahari dari wilayah itu telah merosot dan produksi minyak biji matahari di Ukraina tahun ini diprediksi akan terganggu.
Importir utama minyak biji matahari, yaitu China, India dan Eropa, dikabarkan mulai berebut untuk menemukan minyak alternatif, yang dapat menggantikan pasokan yang hilang dari dua negara tersebut.
Lebih dari 90 persen minyak biji bunga matahari impor India, berasal dari Ukraina dan Rusia.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Pasar Minyak Nabati Dunia Bergejolak Setelah Indonesia Larang Ekspor CPO"