Berita Bekasi
Kabar Gembira, Wakil Gubernur Jawa Barat Sebut Kuota Jemaah Haji di Tahun Depan Sudah Normal
Meski begitu, Uu mendapatkan informasi bahwa kuota jemaah Haji di tahun depan hampir dipastikan kembali normal seperti sedia kala,
Penulis: Rangga Baskoro | Editor: Dedy
Menurunkan angka kematian
Karena itu, sebagaimana dilansir laman Kementerian Kesehatan, Pemerintah ingin menurunkan angka kematian Jemaah haji menjadi 1 per 1.000 (permil) jemaah pada tahun ini.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Pusat Kesehatan Haji, dr Budi Sylvana MARS saat membuka Bimbingan Teknis Panitia Penyelenggara Ibadah haji (PPIH), di Asrama Haji Pondokgede pada Selasa (17/5).
Menurut Budi, dalam kurun waktu 15 tahun terakhir rasio angka kematian jamaah haji Indonesia ini sebesar 2 per mill per tahunnya, atau 2 per 1.000 jemaah
Selama itu nyaris tidak ada penurunan signifikan, sehingga dengan kuota jamaah sekitar 220.000 maka sekitar 300-400 jamaah yang wafat per tahunnya.
Penyebab kematian tertinggi
"Dua penyakit penyebab kematian tertinggi adalah kardiovaskuler dan respiratory disease. Namun ada faktor lain, kelelahan menjadi faktor utama penyebab kematian jemaah," Ujar Budi.
Untuk itu pihaknya berharap para petugas haji, terutama petugas Kesehatan, untuk mengutamakan fungsi edukasi dan meningkatkan kesehatan, khususnya kepada jemaah yang sudah memiliki komorbid dan masuk sebagai jemaah haji risiko tinggi (risti).
"Dengan begitu kondisi fisik mereka terjaga, sehingga mudah mudahan kondisi Kesehatan jemaah pun bisa terjaga sampai nanti pulang ke Tanah Air,'' ucap Budi.
7 tim
Petugas Kesehatan haji telah dibekali dengan Rencana Operasional (Renops) Penyelenggaraan Kesehatan haji Tahun 2022, yang merupakan petunjuk bagi petugas dalam bekerja.
Dalam Renops itu petugas Kesehatan haji dibagi menjadi 7 tim kerja, yaitu Tim Surveilans, Emergency medical team, Tim Promosi Kesehatan, Tim Mobile Bandara, Tim Sanitasi dan Food security, Tim Logistik dan bekal Kesehatan, dan Tim Kantor Kesehatan Haji Indonesia.
Setiap tim sudah memiliki tugas, fungsi, dan tanggung jawab masing masing, dan keterkaitan antar-tim kerja. Sehingga tim dapat bekerja lebih optimal dalam rangka mencapai target tujuan pelayanan kesehatan haji.
"Contoh untuk Renops tim surveilans, day by day harus ada laporan audit kematian, mulai dari penyebab dan lain-lain sehingga dapat tergambar dengan baik. Terlebih saat mendekati critical period," ujar Budi.
Periode kritikal terjadi di fase Armuzna (Arafah, Muzdalifah dan Mina), karena sebelum Armuzna, jemaah haji sering kali sudah kelelahan karena melaksanakan umrah berkali-kali tanpa memperhatikaan keadaan fisiknya.
Untuk itu, Budi mengimbau agar petugas Kesehatan haji mengingatkan jemaah haji agar beribadah sesuai dengan kondisi dan kemampuan fisik masing-masing. (*)
Sumber: Kementerian Kesehatan