Tragedi Kanjuruhan
Para Pemain Arema FC akan Mendapat Pendampingan Psikologis untuk Atasi Trauma Tragedi Kanjuruhan
Tragedi Kanjuruhan membuat para pemain Arema FC terguncang dan trauma, sehingga manajemen akan memberikan pendampingan psikologis.
Penulis: Alfarizy Ajie Fadhilah | Editor: AC Pinkan Ulaan
"Saat itu saya dan dua pemain keluar ruangan, melihat Aremania menggotong korban dari tribun. Kami bergabung (menggotong) dan saya minta untuk langsung dimasukkan ke ruang ganti," ujarnya.
Teguh Amiruddin menyatakan tidak mengenal orang yang tubuhnya dia angkat, sebab tak ada satu pun petunjuk identitas.
Namun yang pasti, kata Teguh, pada saat digotong mulut korban masih bergetar.
"Tapi saat kami letakkan di lantai berselang beberapa menit, sudah tidak ada lagi getaran mulutnya. Setelah kami cek urat nadi di leher dan tangannya sudah tidak lagi berdetak. Kakinya pun berubah menjadi dingin," ujar Teguh Amiruddin lirih.
Teguh Amiruddin mengatakan, kurang lebih ada 10 korban yang dievakuasi ke ruang ganti pemain.
Namun dari 10 orang tersebut, empat di antaranya meninggal dunia.
"Akhirnya setelah beberapa waktu, korban-korban itu kemudian dievakuasi oleh jajaran kepolisian ke rumah sakit," katanya.
Menurut Teguh Amiruddin, saat itu dia bersama pemain yang lain masih tertahan di ruang ganti hingga pukul 04.00.
Hal itu karena manajemen menginstruksikan pemain jangan pulang terlebih dahulu dengan alasan keamanan.
"Karena kan situasi tidak kondusif saat itu. Banyak Aremania dan korban yang dievakuasi di ruang utama stadion, yang berada tepat di depan ruang ganti kami," ujar dia.
2. Para pemain Arema FC menyesal kalah
Laras Carissa, istri dari Muhammad Rafli gelandang serang Arema FC, mengungkapkan di media sosialnya bahwa para pemain Arema menyesal kalah dalam pertandingan kontra Persebaya Surabaya pada Sabtu (1/10) malam.
Setidaknya Muhammad Rafli mengalami perasaan tersebut.
Sebagai informasi, pertandingan Arema vs Persebaya tersebut berakhir dengan skor 2-3.
Kekalahan itu lantas membuat sejumlah suporter kecewa dan memutuskan masuk ke lapangan setelah pertandingan berakhir. Dari situ situasinya kian memanas sehingga Tragedi Kanjuruhan ini terjadi.