Kasus Ginjal Akut

Tak Lagi Jual Obat Sirup Menyusul Maraknya Kasus Ginjal Akut, Apotek di Bekasi Tawarkan Obat Tablet

pihaknya sudah mendapatkan informasi terkait kasus ginjal akut untuk tidak lagi menjual obat sirup sementara waktu.

Penulis: Joko Supriyanto | Editor: Dedy
Tribun Bekasi/Joko Supriyanto
Sebuah apotek di Kota Bekasi sudah tidak lagi menawarkan obat sirup, Rabu (19/10/2022), menyusul instruksi Kementerian Kesehatan untuk tidak dulu menjual obat sirup selama penyelidikan penyebab kasus ginjal akut yang menyerang anak. 

"Kalau saya memang ngak pernah beli yang sirup untuk anak anak ya. Kalo untuk menurunkan panas biasa saya lebih ke Baby Fever, kayaknya lebih nyaman ya. Harganya pun ngak begitu mahal," kata Tina.

Menyikapi dengan obat sirup yang tak boleh dijual sementara waktu menyusul peristiwa gangguan ginjal akut.

Ia pun berharap kepada Pemerintah untuk segera mengambil langkah, dan solusi yang diberikan.

Sebab, keberadaan obat sirup sendiri tentunya sudah lama beredar di masyarakat dan memang dibutuhkan. 

WHO Larang 4 merek obat batuk

Kasus gagal ginjal akut yang menyerang anak ternyata juga ditemukan di Gambia belum lama ini.

Sebagaimana dilansir laman BMJ, gagal ginjal akut atau Acute Kidney Injury (AKI) di salah satu negara di kawasan Afrika Barat telah menyebabkan 70 anak meninggal dunia

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pun turun tangan menyelidiki situasi tersebut.

Obat batuk

Mereka menduga kuat kasus AKI di Gambia disebabkan oleh senyawa kimia yang mencemari obat batuk dan influenza berbentuk cair atau sirup.

Berdasarkan hasil penyelidikan itu WHO mengeluarkan peringatan kewaspadaan pada 5 Oktober 2022, yaitu agar masyarakat waspada terhadap 4 jenama (merek) obat batuk cair buatan sebuah perusahaan farmasi di India.

Keempat jenama obat batuk itu diduga kuat terkait dengan peningkatan kasus AKI di Gambia.

"Empat obat ini adalah sirup obat batuk dan pilek yang diproduksi Maiden Pharmaceuticals Limited di India. WHO tengah melakukan investigasi lebih mendalam terhadap perusahaan tersebut, serta otoritas regulator di India," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, yang dikutip BMJ.

Tedros Adhanom kemudian merinci keempat obat batuk tersebut, yaitu Promethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby cough syrup, and Magrip N Cold syrup.

"WHO melakukan analisis laboratorium terhadap sampel dari masing-masing jenama obat batuk itu, dan menemukan diethylene glycol dan ethylene glycol dalam jumlah yang tak bisa ditolerir sebagai zat pencemar," ujar Tedros lagi.

Bantah

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved