Kota Bekasi

Siswa Terpaksa Belajar Lesehan di Kelas, Disdik: Gedung USB SMPN 62 Bekasi Tak Layak Renovasi

Gedung USB SMPN 62 Kota Bekasi tak layak renovasi. Murid belajar lesehan di bangunan bekas kelurahan yang rusak dan minim fasilitas.

Penulis: Rendy Rutama | Editor: Mohamad Yusuf
Tribunbekasi/Rendy Rutama Putra
TINJAU SEKOLAH – Kepala Dinas Pendidikan Kota Bekasi, Alexander Zulkarnain, meninjau gedung Unit Sekolah Baru (USB) SMP Negeri 62 Kota Bekasi di Kecamatan Medan Satria, Kamis (9/10/2025). Kondisi bangunan yang tak layak membuat Disdik memilih membangun gedung baru dibanding renovasi. 

TRIBUNBEKASI.COM, BEKASI – Di tengah derasnya arus pembangunan sekolah di Kota Bekasi, satu gedung Unit Sekolah Baru (USB) di Medan Satria justru berdiri dalam kondisi memprihatinkan.

Bangunan itu dulunya kantor kelurahan. Kini, menjadi ruang belajar bagi ratusan siswa SMP Negeri 62 Kota Bekasi.

Dindingnya bolong dan ditutup banner bekas. Jendelanya tak lagi berkaca. Atap tripleks lapuk dimakan waktu. Di dalam kelas, murid-murid duduk lesehan, bertahan dengan segala keterbatasan.

Suasana inilah yang kemudian mendorong Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bekasi mengambil sikap tegas, tidak akan merekomendasikan gedung itu untuk direnovasi.

Baca juga: Curhat Nadila, Siswa SMPN 62 Bekasi: Terpaksa Belajar Lesehan dan Toilet Bocor Rembes ke Kelas

Baca juga: Viral Perampokan di Kampung Bali Tanah Abang, 2 Korban Luka Diduga Ditembak dan Disabet Sajam

Kepala Disdik Kota Bekasi, Alexander Zulkarnain mengatakan, renovasi justru akan membuang banyak anggaran tanpa memberikan hasil maksimal.

“Gedung ini bukan didesain untuk sekolah. Kalau direhab, tidak efektif juga karena boros,” ujarnya saat meninjau lokasi, Kamis (9/10/2025).

Alexander menjelaskan ukuran ruang kelas di gedung USB SMPN 62 tidak sesuai standar ideal. Kelas yang seharusnya 8x8 meter justru jauh lebih sempit.

Fasilitas dasar seperti laboratorium, perpustakaan, dan toilet pun minim. “Laboratorium tidak ada, perpustakaan tidak ada, toiletnya pun kurang bagus,” tambahnya.

Ia menegaskan akan mengusulkan pembangunan gedung baru kepada Wali Kota Bekasi Tri Adhianto. “Kalau direnovasi, biayanya besar tapi manfaatnya minim. Lebih baik kami bangun baru dan sesuai kebutuhan sekolah,” tegas Alexander.

Keluhan datang dari para siswa. Nadila Aida, siswi kelas 8, mengaku setiap kali hujan, air dari toilet rembes ke ruang kelas. “Kelas saya bersebelahan dengan toilet. Air sering rembes dan becek,” katanya lirih.

Yang lebih menyedihkan, mereka belajar tanpa meja dan kursi. “Kami belajar lesehan. Kalau ujian, rasanya capek banget,” lanjut Nadila.

Kondisi darurat ini sudah berlangsung sejak 2022. Deni Permadi, Pelaksana Harian USB SMP 62 yang juga Wakil Kepala SMPN 19, menjelaskan bangunan itu dulunya bekas Kantor Kelurahan Medan Satria.

“Karena di Medan Satria belum ada SMP negeri, warga dan FKRW usulkan gedung ini dijadikan sekolah. Kami sudah jalan hampir tiga tahun,” ujarnya.

Dengan empat ruang kelas aktif, proses belajar dilakukan dua shift: pagi untuk kelas 8 dan 9, siang untuk kelas 7. Saat ujian, murid terpaksa menumpang ke SMP 19.

Meski begitu, semangat para guru dan siswa tetap menyala. Mereka berharap Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) 2026 bisa menjadi titik terang.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved