Berita Pendidikan

Parasol Karya 3 Mahasiswa FTUI bisa Digunakan Selama 15-20 Tahun

Printable Alternative Solar Roll (Parasol) karya tiga mahasiswa FTUI mampu bersaing dengan solar panel konvensional.

Penulis: Cahya Nugraha | Editor: AC Pinkan Ulaan
Istimewa
Printable Alternative Solar Roll (Parasol) karya Yosep Dhimas Sinaga, Afra Moedya Abadi, dan Tiffany Liuvinia, membuat solar panel roll dengan memanfaatkan limbah plastik PET. 

"Bahwa sampah PET merupakan sumber pencemaran tertinggi dari semua jenis sampah plastik. Maka potensi untuk dimanfaatkan kembali menjadi lebih besar," katanya.

Sementara Afra Moedya Abadi berharap agar Parasol bisa terwujud untuk masyarakat Indonesia, agar dapat mengakses energi bersih dengan biaya terjangkau.

"Karena ada beberapa daerah yang masih belum bisa mengakses energi, dan hadirnya Parasol semoga bisa mengurangi emisi gas rumah kaca," katanya.

Kalahkan 235 tim

Sebagai informasi, Hacks to Heal Our Planet: ESG Idea Pitching' Regional Competition ini diikuti 3 negara, yakni Indonesia, Thailand, dan Vietnam.

"Kami masuk 1 dari dua tim yang mewakili Indonesia, sampai pada akhirnya masuk final. Di final kami bersaing secara ketat dengan Thailand dan Vietnam," ungkap Tiffany Liuvinia, saat ditemui di Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI).

Tiffany menjelaskan bahwa tim UI mengalahkan 230 tim dari Indonesia untuk melaju ke tingkat regional.

Di kompetisi ESG 2022 di tingkat regional, Tim UI kembali berjaya dengan mengalahkan lima tim lain dari Thailand dan Vietnam.

Diam-diam

Fakta menariknya adalah, ketiga mahasiswa tersebut mengikuti kompetisi ini tanpa sepengetahuan pihak Universitas maupun Fakultas.

"Jujur, tidak ada dosen yang kami beritahu karena semua pendaftaran dan lainnya kami coba secara mandiri, karena kan itu coba coba aja. Justru dosen kami mengetahui itu dari publikasi yang diterbitkan oleh UI," kata Tiffany.

"Setelah menang itulah baru kami mencoba untuk mancari dosen pembimbing untuk pendalaman alat ini," sambungnya.

Perusahaan startup

Sementara itu, Afra Moedya Abadi, atau yang akrab disapa Maudy, menceritakan bahwa pesaing terberat dalam kompetisi itu adalah wakil dari Vietnam, ITB dan perusahaan startup.

"Merasa insecure karena yang mengikuti hampir semuanya adalah senior kami. Ada yang dari startup dan lulusan S2. Saingan terberat dari Vietnam dan ITB. Pada akhirnya juga tidak menyangka bisa lolos seperti ini sampai menjuarai," kata Maudy dengan tersenyum.

Halaman
123
Sumber: Wartakota
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved