Berita Kriminal
Kisah Wanita Dianiaya Kekasihnya Sampai Babak Belur di Cikini, Diduga Kuat Cemburu dengan Transpuan
Diduga cemburu dengan transpuan, seorang wanita berinisial NU (26) babak belur dianiaya kekasihnya sendiri di Cikini, Jakarta Pusat.
Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Panji Baskhara
Namun, upayanya itu berhasil digagalkan Dika.
NU mengaku, saat itu ia diseret seperti binatang ke kamarnya satpam tersebut, di lantai tiga.
Di tempat tersebut, NU kembali mendapat penyiksaan yang bertubi-tubi.
Tubuhnya didorong dan dilempar hingga mengenai tembok.
"Semakin aku minta pulang, aku semakin disiksa. Berselang agak lama, aku diseret lagi sampai lantai lima," tutur NU.
NU bersaksi, saat dirinya diseret itu, pinggangnya ditendang agar cepat masuk ke kamarnya.
"Aku nurut sama dia buat masuk ke kamarnya, tapi aku disiksa, didorong, dipukul terus sampai aku pasrah dan ketiduran. Aku bangun jam enam atau tujuh pagi," jelas NU.
Sadar NU sudah bangun dan berusaha keluar dari kamarnya, pelaku yang adalah Dika, berdalih jika ia sudah membuang kuncinya ke luar kamar.
Saat itu, NU merasa pupus harapan.
Tak pikir panjang, ia mengambil pisau dan menodongkannya ke lehernya sendiri.
"Aku sudah pasrah, karena enggak mau di kamar sama dia, mau pulang," kata NU.
Saat hal itu terjadi, pelaku lantas merampas pisau dari tangan NU.
Kemudian bersujud dan minta maaf, sambil menangis.
Dia merasa khilaf tatkala melihat wajah NU yang sudah babak belur.
"Dia bilang mau rawat sampe berminggu-minggu, berbulan-bulan, sampai aku sembuh baru boleh keluar," kata NU.
Namun, NU sempat berpikir jika ia menurut lagi dengan pelaku, keluarga dan sekelilingnya tak akan tahu jika ia pernah disiksa.
Akhirnya, kata NU, ia meminta handphone-nya dan berkata jika ia ingin pulang.
Tak terima, pelaku pun kembali naik pitam.
NU kembali mendapatkan penyiksaan, mulai dari ditampar, ditonjok, dan dicekek sampai sulit bernapas.
"Aku tendang perut dia karena aku benar-benar enggak bisa napas. Aku juga udah enggak bisa lihat,"
"Karena mataku bengkak penuh darah, wajahku kebal (baal), termasuk bibir," ungkap NU.
Dengan situasi yang tak berdaya, NU akhirnya pasrah dan sujud di kakinya.
NU minta handphone-nya dan dipulangkan.
NU berdalih, jika ia akan menelpon orang tuanya, dan beri tahu dengan caranya sendiri agar pelaku tak kena marah.
Atas alibi itu, pelaku pun bersedia dan berikan handphone-nya kepada NU.
Kesempatan itu dimanfaatkan NU untuk menghubungi ibu dan rekannya.
Hal itu agar dijemput karena NU mau ke rumah sakit lantaran kepalanya merasa pusing.
Akhirnya NU diberi keluar sekira pukul 15.00 WIB oleh pelaku.
NU kemudian jalan ke daerah Tebet dan bertemu teman yang bisa menolongnya.
"Temanku langsung kompres lukaku dan bilang agar dibawa ke kantor polisi."
"Awalnya aku enggak mau, temanku maksa dan minta agar divisum," jelas NU.
Kemudian, NU bersama temannya itu lantas pergi ke Polres Jakarta Pusat untuk buat laporan dan ajukan permohonan visum.
Didampingi polisi, NU menjalahi visum selama tiga setengah jam, mulai pukul 19.00 hingga pukul 22.30 WIB.
"Hasil visumku gegar otak ringan, sensor cahaya mataku kena fraktur leher belakang," ucapnya.
Lebih lanjut NU menuturkan, hingga kini belum ada kejelasan terkait laporan yang sudah dibuatnya.
Padahal, dirinya sudah membuat laporan ke Polres Metro Jakarta Pusat sejak akhir Oktober 2022 lalu.
"Aku bingung, sudah visum, sudah BAP, setelah aku dirawat dan mendingan aku BAP."
"Terus saksi-saksi juga udah, entah kenapa sampai sekarang belum ditangkep, dan pelaku enggak ada minta maaf sama sekali," tuturnya.
NU berharap laporannya segera di proses pihak kepolisian agar pelaku segera diproses dan ditangkap.
"Aku berharap enggak ada korban lain. Cepat ditangkap orangnya dan ganti rugi atas hampirnya aku hilang nyawa," ujarnya.
(Wartakotalive.com/M40)