Berita Karawang

Heboh, Warga Tanjungpakis Temukan Lumba-lumba Terdampar Dipinggir Laut

Warga melihat seekor lumba-lumba dewasa mendorong anaknya ke pinggir laut. Sampainya di pinggir diambil ternyata ikan itu sudah dalam kondisi mati

Penulis: Muhammad Azzam | Editor: Ichwan Chasani
Istimewa
Heboh, warga menemukan lumba-lumba terdampar di pinggir laut pantai pakis Desa Tanjungpakis, Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang. 

Dalam arti ia sudah tak tahu cara menari makan sendiri tanpa bantuan manusia.

Karena itu Indonesia juga melakukan rehabilitasi bagi orangutan.

Melepas 3 lumba-lumba

Pada akhir pekan lalu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melepasliarkan 3 ekor lumba-lumba hidung botol (Delphinus truncatus) di perairan Gilimanuk, Bali.

Sebagaimana dilansir laman Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehuatanan, ketiga Lumba-lumba hidung Botol ini telah melalui proses rehabilitasi selama 3 tahun.

Tiga tahun bukanlah waktu yang sebentar, karena banyak hal yang harus dilakukan untuk membuat ketiga lumba-lumba itu liar kembali.

Tiga lumba-luma yang dilepas kembali ke alamnya itu adalah Rocky, Rambo, dan Johny. Ketiganya berjenis kelamin jantan.

Rocky adalah lumba-lumba berusia 15-20 tahun. Sedangkan lumba-lumba Johny dan Rambo diperkirakan berumur 30 tahun.

Lumba-lumba hidung botol ini pada mulanya merupakan satwa koleksi Taman Satwa Melka di Singaraja, Bali.

Namun karena lembaga konservasi ini bangkrut, maka satwa lumba-lumba hidung botol dikembalikan kepada negara. 

Baca juga: Hampiri Pelajar Bolos Sekolah, Kapolsek Cikarang Timur Nasihati Siswa

Baca juga: Pemkab Bekasi Jalin Kerja Sama dengan TNI AL Jadikan Jembatan Cinta Wisata Bahari Nusantara

Mengubah kebiasaan makan

Kepala BKSDA Bali, Agus Budi Santosa, mengatakan bahwa pada tahun 2019, bekerja sama dengan Jaringan Satwa Indonesia (JSI) dan Taman Nasional Bali Barat, ketiga lumba-lumba tersebut dipindahkan ke keramba (sea pen) rehabilitasi dan perawatan di Teluk Banyuwedang, perairan laut Taman Nasional Bali Barat. 

“Proses rehabilitasi yang dilakukan di sea pen berukuran 30 x 20 x 13 meter bertujuan untuk mengembalikan kesehatan dan sifat liarnya agar dapat dilepasliarkan kembali ke habitat alaminya,“ kata Agus Budi. 

Pada saat menjadi satwa koleksi di Lembaga konservasi (ex situ), Johny, Rambo, Rocky ini terbiasa untuk diberi makan, sehingga perlakuan pemberian makan diubah secara bertahap agar 3 lumba-lumba dapat mencari makan sendiri di alam.

Tahap awal masih diberi makan ikan mati utuh, kemudian diberi ikan hidup, sampai kepada penghentian sama sekali pemberian makan, tetapi diciptakan ekosistem buatan di dalam sea pen yang mendekati ekosistem alaminya.

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved