Bisnis

Pasang Surut Pedagang Angkringan di Jakarta, dari Banyak Jatah Preman hingga Pulih Pasca Pandemi

Angkringan mulai dikenal di Jakarta sejak beberapa tahun terakhir setelah terkenal di Yogyakarta, Solo dan Klaten, Jawa Tengah.

Penulis: Miftahul Munir | Editor: Lilis Setyaningsih
Tribun Bekasi/Miftahul Munir
Rudi pedagang Angkringan di pinggir Jalan Raya Pasar Minggu, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan 

Saat ini, masih ada kerabat jauhnya bernama Jawardi yang mau mengeluarkan modal usaha angkringan.

Sistem mendapatkan uangnya adalah bagi hasil sekira 70 persen untuk Jawardi dan 30 persen untuk Rudi.

Satu tusuk sate jenis usus, kulit, ati ampela, tempe serta tahu bacem seharga Rp 3.000. Hasil yang diterima Rudi dari pertusuk sate itu sekira Rp 300 perak.

Untuk harga telur puyuh dijual Rp 4.000 dan ia mendapatkan Rp 400 perak sedangkan kepala serta ayam ia menjual Rp 5.000 dengan pendapatan Rp 500 perak.

"Ya kalau habis semua paling sedikit bisa dapat uang buat saya itu Rp 80.000, paling besar sehari itu Rp 200.000, tergantung bawa berapa banyaknya sate," kata ayah satu anak.

Sementara, minuman yang dijajakan Rudi merupakan modal usahanya sendiri misalnya jahe ia modal satu kilogram Rp 40.000.

Jahe sebanyak itu dijadikan satu teko besar dan ia bisa menjual sebanyak 25 gelas dengan harga Rp5.000 perporsinya.

Es jeruk, ia jual seharga Rp7.000 dan es teh manis Rp5.000 dan ia begitu mensyukuri pendapatan dari jualan.

Dari semalam, ia bisa memberikan setoran ke Jawardi sebesar Rp 800.000 sampai Rp 1.000.000.

Tentunya setoran itu berkurang dibanding sebelum pandemi Covid-19 bisa sekira Rp 1.200.000 per malam.

"Kan saya juga tinggal di kost belakang ruko ini dibayarin sama bos saya, jadi saya hanya berfikir kumpulin uang untuk ngasih anak istri saja," ungkap Rudi.


Alih Profesi Saat Pandemi Covid-19 

Rudi pun kilas balik jatuh bangun angkringan yang dilakoninya.

Baru beberapa bulan membuka usaha angkringan, Rudi sudah terkena imbas Pandemi Covid-19.

Mau tak mau, ia harus pulang ke kampung halaman di Klaten, Jawa Tengah karena tak bisa berjualan.

Halaman
1234
Sumber: Wartakota
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved