Berita Daerah

Jalani Tradisi Nyadran, Ternyata Ini Tujuan Ganjar Pranowo dan Istrinya ke Makam Raja-raja Demak

anjar Pranowo kembali melaksanakan tradisi Nyadran bersama istrinya, Siti Atiqoh Supriyanti dengan menyambangi makam raja-raja Demak.

Editor: Panji Baskhara
Instagram @ganjar_pranowo
anjar Pranowo kembali melaksanakan tradisi Nyadran bersama istrinya, Siti Atiqoh Supriyanti dengan menyambangi makam raja-raja Demak. Foto: Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo 

TRIBUNBEKASI.COM - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo kembali melaksanakan tradisi Nyadran.

Tradisi Nyadran yang dijalani Ganjar Pranowo tersebut sebagai bentuk menyambut bulan suci Ramadan.

Kali ini, Ganjar Pranowo bersama istrinya, Siti Atiqoh Supriyanti menyambangi makam Raja-raja Demak.

"Selain anggota Walisongo, para raja (yang kami datangi makamnya) itu (dahulu) memegang peran sentral dalam menerapkan tata kehidupan masyarakat yang moderat. Raden Patah, misalnya, merupakan keturunan dari Campa."

Baca juga: Ganjar Pranowo Sebut Dakwah Sunan Gresik Berdampak kepada Kemakmuran dan Keharmonisan Masyarakat

Baca juga: Ganjar Pranowo Nilai Urban Farming Bisa Tumbuhkan Kepedulian Siswa Terhadap Budi Daya Tanaman

Baca juga: Berulang Tahun ke-17, Ganjar Pranowo Hadiahkan Pelajar SMA Ini Jam Tangan Owa Watch

"Meski ada beberapa riwayat yang menyebutkan garis silsilah Raden Patah, tetapi semuanya sama-sama merujuk bahwa asalnya dari negeri seberang" ujar Ganjar dalam rilis yang diterima.

Nyadran merupakan tradisi hasil akulturasi Jawa dan Islam.

Saat Nyadran, masyarakat biasanya singgah pada makam leluhur untuk mengenal, mengenang, dan mendoakan, sekaligus memetik nilai-nilai kebaikan dari para pendahulu.

Ganjar Pranowo menjelaskan hal itu berarti tidak ada permasalahan ataupun perselisihan soal ras.

"Raden Patah ini contoh yang sempurna untuk soal toleransi," kata Ganjar Pranowo.

Ganjar menilai kolaborasi antara Raja dengan Walisongo mampu membuat Kerajaan Demak semakin besar dan berkembang.

"Ketika Raden Patah memperjuangkan soal toleransi, maka Raja setelahnya melakukan perjuangan yang sifatnya lebih sektoral. Patiunus,"

"Misalnya, kita tahu semua bagaimana beliau sangat luar biasa dalam mengembangkan kemaritiman. Sementara dari Sultan Trenggono, kita bisa belajar banyak hal soal agraria," lanjutnya.

Lebih lanjut, Ganjar Pranowo menjelaskan perjuangan sektoral itu makin indah dengan pengawalan Walisongo yang berjuang dalam kestabilan sosial masyarakat lewat pengajaran Islam yang moderat dan saling menghargai.

"Artinya, beliau-beliau itu menyebarkan agama tidak cuma melalui mengaji saja, tapi juga ke pemerintahan dan berbagai sektor," ujar Ganjar.

Setidaknya, ada tiga Raja Demak yang makamnya berada di komplek Masjid Agung Demak.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved