Wawancara Eksklusif

Dandim Jakarta Utara Kolonel Frega Wenas: Mimpi Berkarier dan Berkiprah di Dunia Internasional

Berdasarkan pengalaman saya kita tidak boleh pernah berhenti bermimpi besar.

Penulis: M. Rifqi Ibnumasy | Editor: Dedy
Wartakotalive.com
Kolonel Inf Frega Ferdinand Wenas Inkiriwang resmi menjabat sebagai Komandan Kodim 0502/Jakarta Utara sejak 2022 lalu. 

TRIBUNBEKASI.COM --- Komandan Kodim 0502/Jakarta Utara Kolonel Inf Frega Ferdinand Wenas Inkiriwang punya mimpi besar untuk mengharumkan nama Indonesia.

Hal itu disampaikan sewaktu diwawancarai secara ekseklusif oleh jurnalis Warta Kota M Rifqi Ibnumasy.

Apa mimpi besar tersebut? Berikut wawancara seri terakhir Warta Kota bersama Frega yang meraih gelar Ph.D. di London School of Economic and Political Science (LSE) tahun 2021 lalu.

Wawancara berlangsung di Makodim 0502 Jakarta Utara, Jalan Yos Sudarso, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (23/2) lalu:

Setelah bicara pendidikan, sekarang membahas wilayah tugas. Seperti apa Anda memandang Jakarta Utara?

Kodim saya ini bukan hanya Jakarta Utara saja, ada Kabupaten Kepulauan Seribu. Itu menjadi tantangan tersendiri ditambah satu lagi otoritas pelabuhan Tanjung Priok. Jadi kalau dilihat mitra saya itu di wilayah ada tiga kapolres (kepolisian) sehingga ini menjadi keunikan sendiri. Misalnya di Jakarta Barat, Jakarta Pusat, hanya dengan Kapolres dan wali kotanya saja. Kalau saya harus dengan bupati, wali kota, kapolresnya pun tiga. Kemudian soal wilayah yang memiliki garis pantai, karena menjadi bibirnya masuk ke Jakarta, banyak mayoritas pendatang.

Ini membuat diversitas masyarakatnya sangat tinggi, kita tahulah masyarakat pendatang mereka keras hidupnya. Jadi harus pintar menyesuaikan diri. Di Jakarta sendiri ada komitmen, ini rumah kita sendiri jadi harus dijaga. Kalau ada yang ribut harus duselesaikan dengan baik. Jakarta Utara ini kan sebagai sentra ekonomi karena ada pelabuhan. Perekonomian lebih banyak masuk lewat laut, shifting karena volumenya lebih besar sehingga stabilitasnya harus dijaga. Kemudian bencana alam, rob, banjir. Selama di sini saya dengan wali kota sering patroli melihat teman-teman di pintu air, waduk, bagaimana pengelola air sampai ada counterflow.

Anda sempat viral terkait push up di depan anggota sendiri. Apa makna yang ingin disampaikan?

Jujur itu spontanitas. Memang saya dari Letnan Dua seperti itu, saya enggak tahu apakah karena saya dua tahun dinas pertama saya jadi instruktur, sehingga mindset saya selalu formatif, jadi saya meluruskan. Tapi di satu sisi saya juga mengaplikasikan prinsip-prinsip kepemimpinan dengan memberikan contoh. Kalau mereka salah dihukum, saya juga kalau salah dihukum. Hal kecil misalnya, prajurit hormat ya dibalas. Mungkin ada yang sudah senior, enggak beri penghormatan balik. Bisa ditanya mantan-mantan prajurit saya, walaupun pangkat saya sudah perwira, saya tetap membalas sehingga mereka juga ada apresiasi.

Tentara itu tidak bisa hanya pimpinan saja, bawahan saja, apalagi Angkatan Darat (AD), kami ibaratnya tim, ada yang jadi kepala, kaki, badan, dan lain-lain. Terkait dengan itu, kemarin memang sempat terlambat, anomali lah. Biasanya saya enggak pernah terlambat tapi lagi apes. Saya minta maaf sama anggota karena saya telat 15 menit. Jadi saya menghukum diri saya sendiri push up 25 kali. Untuk memotivasi juga dan konsekuensi kami pimpinan bukan hanya ucapan saja tapi dijalankan karena kami dididik untuk prinsip kepemimpinan fisik.

Di wilayah Anda, isu yang tak bisa lepas adalah soal tengkes (stunting). Apa yang sudah dilakukan Kodim Jakarta Utara?

Terus terang AD ini Bapak Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman sudah dinobatkan sebagai bapak asuh stunting. Februari lalu kami berkolaborasi dengan beberapa stakeholder termasuk ada yayasan yang membantu menyumbang telur dan susu. Ini dilakukan kontinu karena anak yang diharapkan minum susu dan makan telur sampai habis, tidak dikonsumsi sendiri, dikonsumsi kakaknya, orangtua. Jadi kurang tepat sasaran. Ini yang membuat kurva peningkatan perbaikannya tidak terlihat. Rencananya setiap dua minggu kami ukur ke posyandu sehingga terlihat progresnya. Ada yang naik berat badan atau tinggi, sehingga program yang dilakukan Kodim, Babinsa sebagai ujung tombak itu tidak bekerja sendiri, ada pendamping dari Dinas Kesehatan Jakarta Utara, dan lain-lain. 

Terakhir, apa pesan Anda untuk anggota TNI dan masyarakat?

Pesan saya sebagai komandan kodim, sebagai militer, sebagai akademisi, bukan hanya untuk anggota saya saja tapi juga untuk orang sipil. Berdasarkan pengalaman saya kita tidak boleh pernah berhenti bermimpi besar. "Mimpi setinggi-tingginya" seperti pesan Bung Karno (Soekarno, Presiden pertama Indonesia).  Tapi bukan hanya bermimpi saja, kita harus punya komitmen, niatkan, usahakan dengan kerja keras upaya yang kita lakukan, yang terakhir kita doakan. Mudah-mudahan dengan restu Tuhan, apa yang sudah dilakukan bisa berbuah dan mimpi terwujud. Apalagi Indonesia kan banyak sumber daya, manusianya punya banyak potensi. Jadi kita sering minder. Mimpi saya adalah saya bisa berkiprah di dunia internasional untuk mengharumkan nama Indonesia suatu hari nanti. (m38/eko/habis)

 
 

Sumber: Wartakota
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved