Kasus Pelecehan Seksual

Jadi Korban Pelecehan, Siswi SLB Kerap Menangis, Kementerian PPPA Bilang Begini

Tidak menutup kemungkinan menangisnya siswi berinisial AS itu lantaran kondisi yang tak nyaman pada saat pemeriksaan.

Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Ichwan Chasani
Wartakotalive.com
Ilustrasi pelecehan pada anak. 

TRIBUNBEKASI.COM — Siswi Sekolah Luar Biasa (SLB) berinisial AS (15) yang diduga mengalami pelecehan seksual hingga hamil, kini kerap menangis. 

AS kerap menangis kala ditanyakan seputar kejadian pelecehan seksual kepadanya.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI pun menanggapi soal kondisi siswi SLB tersebut.

Menurut Plt Asisten Deputi Pelayanan Anak Kemen PPPA, Atwirlany Ritonga, siswi SLB yang kerap menangis tersebut tidak bisa disimpulkan bahwa AS trauma akan sesuatu.

Atwirlany Ritonga menyebut, mungkin ada faktor lain yang mengakibatkan hal itu terjadi.

"Nah psikolog kan ada peran di sini ya untuk melihat pertanyaan yang diajukan oleh psikolog kepada korban. Ini kan ada kaitannya dengan jawabannya atau tidak, triggernya (pemicu) itu apa," kata Atwirlany Ritonga saat dihubungi, Jumat, 7 JUni 2024.

Baca juga: Ketemu Ayu Ting Ting di Program Televisi, Jaja Mihardja Kesengsem dan Bikin Lagu Janda Depok

Baca juga: Layanan Samsat Keliling di Kota/Kabupaten Bekasi dan Karawang, Jumat 7 Juni 2024 Cek Lokasinya

"Jadi maksudnya kalau misalnya memang pertanyaan ketika itu adalah pertanyaan terkait dengan pelaku dan dia tiba-tiba nangis, ya bisa jadi ada trauma gitu yang dialami oleh anak," imbuhnya.

Kendati begitu, Atwirlany Ritonga mengatakan bahwa tidak menutup kemungkinan menangisnya siswi berinisial AS itu lantaran kondisi yang tak nyaman pada saat pemeriksaan.

"Misalnya suasana ruangan yang enggak nyaman buat dia gitu atau mungkin banyak orang atau seperti ada yang merasa figur yang mungkin (pelaku), makanya ini perlu dipastikan gitu," jelas Atwirlany Ritonga.

Oleh karena itu, Arwirlany memastikan bahwa pihaknya bakal memantau setiap proses pemeriksaan terhadap AS hingga tuntas.

Atwirlany Ritonga juga berupaya memastikan agar tidak ada figur yang mengancam korban atau seseorang yang membuatnya trauma.

Baca juga: SIM Keliling Kabupaten Bekasi Jumat 7 Juni 2024, di SGC Cikarang Utara

Baca juga: Jadwal Layanan SIM Keliling Karawang, Jumat 7 Juni 2024, di Gebyar PATEN Kecamatan Cilebar

"Jadi faktornya gak bisa tunggal gitu ya, jadi memang harus dilihat secara kompleks," kata Atwirlany Ritonga

"Dan ini ya pasti dalam pemeriksaan itu psikolog yang lebih paham ketika menanyakan itu kepada anak korban gitu," pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan, siswi Sekolah Luar Biasa (SLB) berinisial AS (15) yang diduga mengalami pelecehan seksual hingga hamil, kerap menagis kala diminta mengingat peristiwa memilukan yang menimpanya itu.

Meski ia tak dapat berbicara atau menyuarakan soal kejadian sebenarnya, namun reaksi ketakutan korban AS mengindikasikan bahwa terdapat peristiwa tak mengenakkan yang membuat dia akhirnya hamil. 

Hal itu diungkap oleh paman korban, Suwondo saat dihubungi, Kamis, 6 Juni 2024.

Baca juga: SIM Keliling Kota Bekasi Jumat 7 Juni 2024 di Mitra 10 Jatimakmur hingga pukul 10.00

Baca juga: Lowongan Kerja Karawang: PT Zeno Tech Indonesia Butuh Operator Mesin EDM Lulusan SMK

Menurutnya, ketakutan korban AS itulah yang membuat sejumlah pihak kesulitan menarik kesimpulan akan peristiwa yang menimpanya.

"Selama ini saya dampingi adik ke Polres, kantor PPPA, melibatkan penerjemah bahasa, karena mereka sendiri kan merasa kesulitan," kata Suwondo.

"Pada saat hal-hal prinsip ditanyakan ke korban, si korban pasti nangis karena mungkin ada kesan tidak enak atau perasaan menakutkan atau menyakitkan. Sehingga saat ditanyakan 'Kamu sama siapa hamil?', dia nangis," lanjutnya.

Oleh karena itu, kata Suwondo, pertanyaan itu belum terjawab hingga hari ini, meskipun sejumlah pihak sudah mencoba mengulik informasi darinya.

"Mungkin dia masih sakit hati," kata Suwondo.

Baca juga: Sindikat Judi Online Dibongkar Polisi, Dikelola Satu Keluarga, Modusnya Jual-Beli Chip Taruhan

Baca juga: Kalah 2 Gol dari Irak, Timnas Indonesia Gagal Raih Poin di Hadapan Puluhan Ribu Pendukungnya

Lebih lanjut, Suwondo menyampaikan bahwa saat ini pihak psikiater maupun penerjemah bahasa, tengah berupaya keras membentuk tim yang dapat berdialog dengan korban.

"Yang bisa mengerti bahasa si anak dan bisa mencerna apa yang disampaikan si anak, jadi Kemen PPPA ini berupaya keras" jelasnya.

"Karena si anak tunawicara dan tunarungu, harus dengan bahasa yang pas. Di situ kan juga bahasa yang bisa ditranskrip dan dengan metode apa yang bisa dialog dengan si anak," imbuh dia.

Sementara itu, Suwondo menyebut jika pihak SLB tempat korban mengenyam pendidikan masih membantah dugaan pelaku pelecehan seksual itu ada di sekolahnya.

Bantahan itu, bahkan disampaikan pihak sekolah kepada polisi yang mendatanginya 1 Juni 2024 lalu.

"Kemarin polisi ke sekolah, ya tetap pihak skolah bilang kalau kejadian itu enggak di sekolah," pungkasnya. (Wartakotalive.com/Nuri Yatul Hikmah)

Baca berita TribunBekasi.com lainnya di Google News

Ikuti saluran TRIBUN BEKASI di WhatsApp. 

Sumber: Wartakota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved