Berita Jakarta

Warga Duri Kosambi Jakbar Tak bisa Tidur Tenang, Lima Tahun Rela Begadang Demi Menampung Air Bersih

Pasalnya, hanya pada jam-jam tersebutlah warga RT 05/01 Duri Kosambi ini mendapatkan pasokan air bersih.

Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Dedy
Wartakotalive.com
Suasana warga RT 05/01 Duri Kosambi, Jakarta Barat rela antre sejak subuh untuk mendapatkan air bersih. 

"Belum bu, di saya masih mati. Gantian airnya, situ nyalain, saya belum nyala. Enggak apa, ibu Nay dulu, nanti baru saya," jawabnya.

Diakui warga, antara satu kontrakan dengan kontrakan lainnya memiliki waktu nyala air yang berbeda-beda. 

Jika air di satu rumah mengalir, maka akan ada beberapa rumah yang mengalah dahulu untuk kemudian bergantian. 

Walhasil, banyak warga yang mengaku sangat kesulitan dan kecapean karena beban pekerjaannya bertambah di samping aktifitas hariannya.

"Kami bayar kadang Rp 45.000 atau Rp 50.000 per-bulan, tapi pernah (bayar besar) itu hampir Rp 150.000, tapi ya tetap kondisinya kadang nyala kadang mati," kata salah saru warga bernama Naila (40) saat ditemui di lokasi, Jumat.

Pernah komplain ke PAM

Menurutnya, ia dan warga lain sudah sering melakukan komplain hingga bertanya pada petugas PAM yang datang. 

Namun, mereka hanya diarahkan untuk membuat pengaduan lewat call center. Dan tidak ada perubahannya hingga hari ini.

"(PAM datang) paling ngecek kilometer doang. Dulu udah pernah orang PAM datang tapi tetap aja sama (sulit alir)," kata Naila.

Naila sendiri sehari-hari begadang demi menampung air. Namun, apabila mendesak, mau tidak mau ia menarik air tanah dari rumah warga yang memasangnya.

"Jadi airnya itu kadang sekarang nyala, sampai pukul 15.30 WIB aja, nanti nyala lagi pukul 00.00 WIB, 01.30 WIB, sampai 04.00 WIB udah mati lagi," jelas Naila.

"Apalagi kalau pagi, enggak pernah nyalain air pagi, karena ya enggak ada, isi angin aja. Nyuci aja kadang laundry," jelas dia.

Sementara itu, warga lain bernama Supriyanti (61) mengaku sulitnya air di wilayahnya itu sudah terjadi selama 5 tahun terakhir.

"Matinya air ini untuk saya pribadi sudah lama kurang lebih 5 tahun ada, air tidak lancar bahkan tidak keluar. Saya harus beli untuk konsumsi air, satu pikul Rp 9.000," ujar Supriyanti saat ditemui di lokasi, Jumat.

Lantaran sulitnya air tersebut, Supriyanti sampai harus ikut memasang air tanah agar bisa beraktifitas normal.

Halaman
123
Sumber: Wartakota
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved