Berita Pendidikan

PresUniv Kukuhkan Prof Chandra Setiawan dan Prof Purwanto sebagai Guru Besar Manajemen Keuangan

Prosesi pengukuhan guru besar itu dilakukan dalam sidang senat terbuka yang dipimpin Ketua Senat dan Rektor Presuniv, Handa S. Abidin SH LLM PhD.

Editor: Ichwan Chasani
Istimewa
GURU BESAR - Suasana pengukuhan Guru Besar President University (Presuniv) dalam bidang manajemen keuangan, beberapa waktu lalu. Keduanya adalah dosen di Fakultas Bisnis, Presuniv, yakni Prof Dr Drs Chandra Setiawan MM PhD, dan Prof Dr Purwanto ST MT. 

“Manajemen yang buruk jelas akan meningkatkan kemungkinan kegagalan bank,” tegas Prof Chandra.

Riset Prof Chandra mencakup analisa biaya dan efisiensi laba pada 767 bank konvensional dan 147 bank Islam di negara-negara yang menjadi anggota Organisasi Konferensi Islam. 

Negara-negara itu terbagi dalam wilayah Asia (Bangladesh, Indonesia, Malaysia dan Pakistan), Timur Tengah (Bahrain, Yordania, Kuwait, Mauritania, Qatar, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Yaman), dan Turkey. 

Analisisnya menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) dengan pendekatan non-parametrik. Itu untuk tahap pertama.

Baca juga: DPRD Kabupaten Bekasi Dorong Pemerintah Pengangkatan PPPK Sesuai Jadwal

Baca juga: Rumah Makan di Babelan Terbakar, Satu Orang Luka, Bermula dari Bakar Busa Limbah Kulkas

Pada tahap kedua, data dianalisis dengan model ekonometrik sederhana. 

Di tahap ini Prof Chandra menganalisis hubungan antarwaktu NPL/NPF dengan efisiensi biaya serta efisiensi laba bank-bank konvensional dan bank-bank Islam.

Dalam risetnya, Prof. Chandra juga menggunakan empat hipotesis. Pertama, hipotesis “nasib buruk” atau bad luck yang dipicu oleh faktor eksternal. 

Faktor ini tidak dapat dikendalikan oleh manajemen bank.

Hipotesis kedua adalah “manajemen yang buruk’” atau bad management. 

“Rendahnya efisiensi perbankan adalah sinyal praktik manajemen bank yang buruk, seperti adanya permasalahan di pinjaman. Padahal, masalah pinjaman mestinya dapat dikendalikan oleh manajemen bank. Apalagi itu sudah menjadi kegiatan sehari-hari dalam bisnis perbankan,” ucap Prof Chandra.

Baca juga: Kompolnas Yakini Eks Kapolres Ngada AKBP Fajar yang Cabuli Anak di Bawah Umur, Dipecat alias PTDH

Baca juga: Ciri-Ciri Malam Lailatul Qadar di Bulan Ramadan, Ini Kata Ketua Masjid Hidayatullah, Muhammad Thohir

Hipotesis ketiga, penghematan atau skimping. 

“Menurunnya alokasi sumber daya untuk penjaminan dan pemantauan pinjaman bisa memengaruhi kualitas pinjaman,”  ujarnya.

Bank yang ingin memaksimalkan laba, menurut dia, bisa saja menekan biaya dalam jangka pendek dengan menurunkan alokasi sumber daya untuk penjaminan atau pemantauan pinjaman. 

“Ini bisa berpotensi buruk terhadap kinerja pinjaman di masa depan,” ucap Prof Chandra.

Keempat, perilaku tidak bermoral atau moral hazard. 

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved