Kekeringan di Bekasi

Wilayah Utara Kabupaten Bekasi Kekeringan, Petani Menjerit: Kalau Tak Menanam, Terus Mau Kerja Apa?

Akbar Diaksana (28), seorang petani milenial asal Desa Jayabakti, Cabangbungin menjadi salah satu yang terdampak kekeringan. 

Penulis: Muhammad Azzam | Editor: Dedy
TribunBekasi.com/Muhammad Azzam
KEKERINGAN KABUPATEN BEKASI --- Kekeringan parah kembali melanda wilayah utara Kabupaten Bekasi. Kondisi kekeringan ini semakin parah imbas adanya proyek pembangunan bendung Bendung Sungai Hulu (BSH-0) di Kali Cikarang Bekasi Laut (CBL) yang menghambat aliran air ke wilayah utara. 

TRIBUNBEKASI.COM, BEKASI ---- Kekeringan parah kembali melanda wilayah utara Kabupaten Bekasi.

Kondisi kekeringan ini semakin parah imbas adanya proyek pembangunan bendung Bendung Sungai Hulu (BSH-0) di Kali Cikarang Bekasi Laut (CBL) yang menghambat aliran air ke wilayah utara.

Seperti Kecamatan Karangbahagia, Sukatani, Tambelang, Sukawangi, Sukakarya, Cabangbungin, dan Muaragembong mengalami kekeringan yang cukup parah.

Akbar Diaksana (28), seorang petani milenial asal Desa Jayabakti, Cabangbungin menjadi salah satu yang terdampak kekeringan. 

Baca juga: Musim Kemarau Mulai Melanda Kabupaten Bekasi, Waspada Penyakit Flu dan DBD

Ia mengaku suplai air ke sawahnya berhenti total sejak awal Juli.

Menurutnya, kekeringan kali ini diperparah oleh proyek pembangunan Bendung Sungai Hulu (BSH-0) di Kali Cikarang Bekasi Laut (CBL) yang menghambat aliran air ke wilayah utara.

“Sudah satu bulan air enggak ngalir. Biasanya cukup untuk sawah, sekarang kering. Kalau petani enggak nanam, terus mau kerja apa?” ujar Akbar Diaksana pada Senin (4/8/2025).

Selain karena proyek bendungan. Saluran irigasi yang melintasi irigasi Kali Sukatani juga dipenuhi sampah, sehingga aliran air tersumbat.

Akbar menyebut, program normalisasi yang dilakukan pemerintah sejauh ini hanya menjangkau sebagian jalur irigasi, tidak menyeluruh dari Cikarang hingga Cabangbungin.

“Banyak titik belum dinormalisasi. Sampah menumpuk di saluran irigasi, air pun nggak bisa ngalir,” ungkapnya.

Warga setempat telah berinisiatif melakukan kerja bakti membersihkan saluran air secara manual.

Namun, keterbatasan alat dan tenaga membuat hasilnya belum optimal. Bahkan, sejumlah warga sempat menggelar aksi protes, menuntut pemerintah segera membuka kembali aliran air ke lahan pertanian mereka.

“Normalisasi cuma di sebagian titik. Padahal air itu ngalir dari hulu ke hilir. Kalau yang di tengah dibersihin, tapi ujungnya mampet, ya sama saja,” tambah Akbar.

Jeri seorang petani asal Sukawangi juga mengeluhkan hal serupa.

Menurutnya, kondisi kekeringan ini semakin parah dibandingkan tahun sebelumnya. Adanya kegiatan normalisasi justru menambah masalah.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved