Bersama suami dan anak-anaknya, Dalih hanya bisa bertahan di rumahnya yang terendam itu.
Anak-anaknya yang masih balita kerap menangis karena tidak nyaman dengan kondisi rumah yang terendam.
Sedangkan sang suami tidak bisa bekerja karena akses jalan terputus.
Di sisi lain, sang suami memilih di rumah karena khawatir air makin tinggi.
"Kalau air tinggi gimana. Kalau mau ngungsi juga ngungsi ke mana, orang semua banjir. Belum lagi kalau rumah ditinggalin kagak aman, suka ada aja yang ilang pas lagi banjir gini. Serba salah," ucapnya
Muarajaya menjadi salah satu daerah yang kerap dilanda banjir rob paling parah.
Hal itu disebabkan karena kampung tersebut menjadi daratan paling utara di antaranya batas pantai lainnya.
Lokasinya pun paling dekat dengan Jakarta Utara.
Berdasarkan pantauan di lapangan, ketinggian banjir rob di Muarajaya bervariasi, mulai dari di atas mata kaki hingga selutut orang dewasa.
Menurut sejumlah warga, banjir mulai terjadi sejak pekan lalu.
Ketika itu angin bertiup lebih kencang dari biasanya hingga membuat air laut menggenangi rumah warga.
Sejak pertama merendam, banjir rob ini tidak pernah benar-benar surut.
Permukaan air biasanya naik pada pagi hari, kemudian makin tinggi menjelang siang. Setelah itu, air sempat surut tapi kemudian naik kembali.
(Sumber : Wartakotalive.com/Desy Selviany/Des/TribunBekasi.com/Rangga Baskoro/Abs)