TRIBUNBEKASI.COM — Meski belum diketahui penyebab pasti kemunculan penyakit Hepatitis misterius yang menyerang anak-anak, situasi ini tetap harus diwaspadai.
Hal ini disampaikan oleh pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman. Adanya anak-anak yang mengalami Hepatitis misterius ini harus diwaspadai.
Meski kasus tersebut terhitung di bawah 250, namun sudah ada angka kematian, dan Itu sudah menunjukkan indikator berbahaya.
"Harus menjadi perhatian dunia dan negara. Karena umumnya di tengah situasi seperti ini, apa lagi ini penyakit baru, ibarat puncak gunung es. Yang terjadi di masyarakat bisa lebih banyak," ungkapnya, Kamis (5/5/2022).
Lantas apakah Hepatitis misterius ini sama dengan penyakit kuning biasa?
Baca juga: Antisipasi Penularan Hepatitis Misterius, Berikut Langkah Dinkes DKI Jakarta
Baca juga: Cegah Anak Terpapar Hepatitis, Masaklah Makanan yang Bersih dan Matang Penuh
Dicky menyebutkan hal itu jelas tidak. Penyakit kuning pada umumnya yang terjadi adalah Hepatitis A.
"Selama ini di masyarakat penyakit kuning di tanah air, umumnya Hepatitis A, yang disebabkan oleh virus yang menyebabkan hepatitis A," imbuhnya.
Tapi faktanya anak yang terinfeksi Hepatitis misterius ini terdeteksi negatif memiliki virus Hepatitis A,B,C,D dan E. Bahkan Cytomegalovirus negatif, beberapa juga negatif SARS-CoV-2.
Selain itu sebagian juga ada yang negatif Adenovirus, dan beberapa positif. Indikasi ini menyebabkan Hepatitis misterius ini tidak bisa disamakan dengan penyakit kuning.
Di sisi lain untuk mengetahui sumber dan bagaimana penularannya, hal ini membutuhkan waktu dan penyelidikan epidemiologi. Bekerjasama dengan beberapa instansi terkait.
Baca juga: Lima Gerbang Tol ke Cikampek di Kabupaten Bekasi Ditutup Situasional Mulai Hari Ini
Baca juga: Polres Metro Bekasi Kota Bakal Sortir Kendaraan di 3 Gerbang Tol Imbas Oneway Jakarta-Cikampek
"Ini akan memerlukan waktu. Dan selama belum bisa ditemukan kepastiannya, maka dunia harus terbuka. Kalau penyelidik itu, harus tetap membuka diri dengan berbagai kemungkinan," paparnya lagi.
Sehingga tidak terjadi bias. Dicky pun menyebutkan butuh kesabaran. Terkait menular atau tidak, pakar dan pihak Kesehatan juga belum bisa memastikan.
Namun, prinsip mitigasi dan pencegahan akan lebih baik. Ia pun juga menegaskan jika kemunculan kasus hepatitis ini bukan berarti pandemi berakhir.
"Selesai atau kita bisa lepas masker. Tidak, karena korelasinya masih banyak kemungkinan. Prinsip pencegahan menjadi utama dan penting," pungkasnya. (Tribunnews.com/Aisyah Nursyamsi)