"Timsus menemukan bahwa peristiwa yang terjadi, adalah peristiwa penembakan terhadap saudara J yang menyebabkan saudara J meninggal dunia yang dilakukan saudara RE atas perintah saudara FS," jelas Listyo (9/10/2022) lalu.
Paska penetapan tersangka, masyarakat banyak memberikan apresiasi kepada Mabes Polri.
Apresiasi diberikan karena sudah bekerja dalam waktu dua Minggu untuk mengungkap kasus pembunuhan tersebut.
Salah satu masyarakat bernama Dimas sempat bingung dengan drama kematian Brigadir J karena ada beberapa versi.
Pertama kasus itu diseting oleh Ferdy Sambo seolah-olah terjadi pelecehan, CCTV dirusak, tembak menembak dan latar belakang masalah selalu berubah-ubah.
"Awalnya sempat bingung, tapi saya yakin Polri menjunjung tinggi moto Kapolri yaitu Presisi, semua akan diungkap secara transparan atau terang menderang," tutur Dimas saat ditemui di Jakarta Barat Jumat (14/10/2022).
Menurutnya, Bareskrim Polri sudah bekerja secara profesional karena mengerjakan kasus yang dinilai ribet menjadi singkat.
Setiap perkembangan kasus, selalu disampaikan secara hati-hati supaya tidak menimbulkan persepsi atau isu liar di masyarakat khususnya netizen.
"Bagaimana kemudian polisi itu bisa mengerjakan kasus yang ribet menjadi singkat dan tak boleh ada drama." katanya.
"Jangan terlalu lama karena takut jadi boomerang negatif untuk Polri," lanjut lelaki 26 tahun ini.
Berbeda dengan Dimas, Fajar justru merasa ketidakpuasan terhadap kasus Ferdy Sambo karena motif pembunuhan sampai detik ini belum diketahui.
Padahal setiap kali ia menonton berita di televisi atau membaca di media online, setiap kasus yang ditangani polisi selalu terungkap motifnya.
Misal, pelaku narkoba yang ditangkap alasan jadi kurir karena butuh uang atau masalah ekonomi.
Kasus pembegalan, karena para pelakunya tidak memiliki pekerjaan atau penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari.
Dalam kasus tawuran pelajar, motifnya karena mencari eksistensi atau ingin diakui oleh teman-temannya sebagai remaha yang berani menganiaya lawannya.