Sejarah Jakarta

Sejarah Jakarta: Asal Usul Nama Tomang, dari Tempat Jin Buang Anak Hingga Berarti Dapur

Penulis: Desy Selviany
Editor: Lilis Setyaningsih
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mall Taman Anggrek, Tomang, Grogol Petamburan, Jakarta Barat

Menariknya, orang Madura bisa bertahan di tempat ini.

Saat tinggal di Tomang, orang Madura tersebut membawa tradisi kampung halaman.

Yakni salah satunya membuat tungku gerabah untuk masak sehari hari.

Tungku besar untuk memasak nasi itu diletakkan di luar rumah dan orang Madura menyebutnya Tomang.

Selain itu dalam sebuah tulisan disebutkan wilayah Tomang di Jakarta mempunyai asal-usul saat pada tahun 1805 Panembahan Sumolo (Panembahan Natakusuma I) mengirimkan pasukan perang ke Batavia untuk membantu Belanda, dalam perang Padri yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol di Sumatera barat.

Panembahan Sumolo yang bernama asli Asiruddin ini bisa dikatakan merupakan maestro di kalangan penguasa dinasti terakhir penguasa Sumenep, Madura (1750-1929).

Dua bangunan monumental Sumenep yang masih bisa disaksikan oleh generasi saat ini, yaitu keraton dan masjid Jami’, lahir di masa Sumolo.

Sebuah truk trailer mogok persis di atas jalan layang Tomang, Jakarta Barat. (istimewa)

Dikutip dari situs Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Tomang-Jati Pulo merupakan daerah asli dari seluruh wilayah Kelurahan Jati Pulo dan Tamang.

Di sekitar daratan yang berbentuk pulau ini dikelilingi dengan rawa-rawa yang selalu penuh air di musim hujan atau kemarau.

Dipercaya nama Tomang diambil dari arti bunga.

Sedang pula berarti "pulau atau daratan". Jadi "Tomang Pula" merupakan bunga yang tumbuh di pulau.

Pada zaman Belanda masih berupa hutan dan sawah-sawah milik penduduk.

Di daerah ini tidak ada rumah Belanda, walaupun mereka kadang berpatroli ke Tomang-Jati Pulo.

Kebanyakan orang Belanda tinggal di asrama di sekitar Petojo.

Kemungkinan mereka takut terjangkit penyakit malaria karena banyaknya rawa di daerah Tomang-Jati Pulo.

Baca juga: Sejarah Jakarta: Masjid Raya di Jakarta Rupanya Masjid KH Hasyim Asyari, Pernah Tampung Pasien Covid

Baca juga: Sejarah Jakarta: Gedung Kesenian Jakarta Dibangun Sejak 1821 Pernah Disebut Gedung Komedi

Halaman
1234