Balita Dianiaya di Depok

FAKTA! Tak Hanya Aniaya Balita, Bos Daycare di Depok Juga Lakukan Kekerasan Verbal ke Guru Pengasuh

Penulis: Ramadhan L Q
Editor: Dedy
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang pengasuh di daycare Wensen School, Anti yang kini sudah resign mengungkap tersangka Meita Irianty (37) tak hanya aniaya balita dan bayi, tetapi juga lakukan kekerasan verbal ke guru. (Ramadhan L Q)

TRIBUNBEKASI.COM, JAKARTA --- Tak hanya menganiaya balita serta bayi, pemilik daycare atau tempat penitipan anak di Depok, Meita Irianty (37) alias Tata juga melakukan kekerasan verbal kepada guru. 

Soal kekerasan verbal terhadap guru ini diungkap eks karyawan di daycare Wensen School, Anti yang juga menjadi saksi dalam kasus penganiayaan balita dan bayi dengan tersangka Tata.

"Ya aku pribadi sendiri tuh pernah mengalami kekerasan verbal, seperti dibilang kaya 'ih gembel' gitu, 'pakai kerudungnya itu terus, enggak bisa beli yang baru ya?'," ucap Anti, kepada wartawan di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (16/8/2024).

Sejak awal bekerja di daycare, ia sudah menaruh curiga perihal aturan serta sistem yang ada.

BERITA VIDEO : KRONOLOGI TERUNGKAPNYA DUGAAN PENGANIAYAAN BALITA DI DAYCARE DEPOK

Hal ini jelas berbeda dari daycare tempat dirinya sebelumnya mengajar, tetapi Anti tetap bertahan.

"Kalau aku lebih keganjel aja karena peraturan sama sistemnya mungkin beda sama tempat aku ngajar sebelumnya. Cuma aku pertahanin gitu," katanya.

"Mungkin aku ngerasanya cuman di awal-awal aja kali ya, aku juga baru. Belum aku telusuri lebih dalam gitu, jadi keganjalnya mungkin pas di awal-awal aja," sambung dia.

Baca juga: Terungkap! Kondisi Daycare Meita Irianty Penganiaya Balita: Hanya Suguhkan Nuget dan Telur Tiap Hari

Hingga akhirnya Anti melihat sendiri Tata melakukan penganiayaan terhadap balita dan bayi di daycare. Ketika ingin menolong balita itu, Tata justru memukul tangan Anti.

"Aku juga baru, belum aku telusuri lebih dalam gitu, jadi keganjalnya mungkin pas di awal-awal aja, tapi pas makin ke sini kok ya kaya gitu, bahkan juga perlakuannya beliau tuh kaya gitu, bukan terhadap korban aja, tapi terhadap kami para guru," ucapnya.

"Iya, dengan mata kepala saya langsung. (Saya lihat korban) dilempar, ditoyor, dicubit," lanjut Anti.

Ia mengaku hanya bertahan tiga bulan di daycare Wensen, kemudian memutuskan untuk resign atau mengundurkan diri. 

Anti bahkan disuruh bekerja di luar tugasnya layaknya asisten rumah tangga (ART) dengan gaji Rp250.000.

"Kerjanya ya mungkin bisa dibilang kaya pembantu ya, dibandingkan yang sebelum-sebelumnya. (Gaji) jauh dari kesepakatan, karena kerja di situ dengan gaji Rp250 ribu per minggu saya melingkupi harus mencuci hordeng, kamar anak-anak, mencuci baju anak-anak, membersihkan kulkas, dapur," kata dia. 

(Sumber : Wartakotalive.com, Ramadhan LQ/m31)

Baca berita TribunBekasi.com lainnya di Google News

Ikuti saluran TRIBUN BEKASI di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VaUeu7FDzgTG0yY9GS1q