Yani tinggal di rumah kontrakan ambles tersebut bersama sang suami, Wismo (45), dan dua putrinya, Siska Setiangingsih (13) dan Mutia Azahra Salsabila (11).
Yani mengaku sudah menyewa rumah kontrakan milik Wahidun, warga asal Pondok Kelapa, Jakarta Timur, sejak 2007.
Saat itu, kondisi bangunan rumah masih normal dan belum "tenggelam" akibat kontur tanah yang tak stabil.
"Saya di sini sejak 2007, sebelum suami menikah sudah di sini, ketinggian rumah dua meter lebih," ujar Yani saat ditemui di lokasi, Senin (4/8/2025).
BERITA VIDEO : VIRAL! BIKIN KETUA PANTI JOMPO EMOSI, INILAH NASIB PILU MBAH TASEM NENEK TERLANTAR TINGGAL DI GUBUK
Yani menyebut, rumah kontrakannya mengalami penurunan secara perlahan dalam beberapa tahun terakhir.
Hal ini menyebabkan atap rumah sangat dekat dengan permukaan tanah.
Saking rendahnya atap, Yani harus menundukkan kepalanya setiap hendak memasuki halaman rumah agar tidak terbentur plafon.
Selain itu, bangunan rumah juga mulai rapuh. Hal ini disebabkan karena rumah tesebut terus-menerus tergerus tanah hingga membuat kondisi bangunan tak lagi kokoh.
"Makanya kalau buka pintu enggak bisa kencang, kalau buka pintu kencang takutnya roboh. Jadinya, kita pelan-pelan nutup pintu karena sudah pada rapuh," kata Yani. (Sumber : Kompas.com)
Baca berita TribunBekasi.com lainnya di Google News
Ikuti saluran TRIBUN BEKASI di WhatsApp
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Keluarga di Bekasi Hidup Terimpit di Rumah yang "Ditelan Bumi" dan Diselimuti Ancaman