"Selain media dan Youtuber, banyak dosen UGM berbagai kampus dan audience mengikuti acara itu, mereka antusias mendengarkan dan sudah berminat membeli tapi memang grand launching baru akan diselenggarakan Insyaallah 27 Agustus 2025 di Jakarta," ucapnya.
"Spanduk atau backdrop akhirnya kami pakai foto bersama di depan boulevard Kampus UGM yang ada tulisan legendaris Universitas Gadjah Mada, biasa dipakai untuk foto wisudawan di situ," lanjut Khozinudin.
Buku Jokowi's White Paper yang berisi argumen dugaan ijazah palsu Joko Widodo (Jokowi) ini, merupakan karya pakar telematika Roy Suryo, ahli digital forensik Rismon Sianipar, dan Tifauzia Tyassuma atau dokter Tifa, dengan tebal hampir 700 halaman.
“Ini sekaligus konfirmasi pembungkaman yang kedua setelah dulu buku Jokowi Undercover juga dibungkam. Jadi kita seluruh rakyat harus bersama-sama melindungi RRT, Roy Suryo, Rismon, dan Tifauzia Tyassuma agar tidak lagi menjadi korban kezaliman akibat pembungkaman kemerdekaan konstitusi," katanya.
BERITA VIDEO : ADA 'DALANG ORANG BESAR? ROY SURYO CS LAYANGKAN SOMASI KE JOKOWI
Pihaknya juga menyoroti kasus hukum yang menimpa penulis buku Jokowi Undercover, Bambang Tri Mulyono, yang divonis 6 tahun penjara lantaran terbukti menyebarkan berita bohong soal ijazah palsu Joko Widodo oleh Pengadilan Negeri Kota Solo, 18 April 2023.
Pengadilan Tinggi menurunkan hukumannya menjadi 4 tahun setelah mengajukan kasasi. Adapun Bambang sudah menjalani masa tahanan sekira 2 tahun.
Mereka menilai proses hukum tersebut merupakan kriminalisasi terhadap kebebasan berekspresi.
Khozinudin pun mendesak Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk mengklarifikasi dugaan keterlibatan aparat kepolisian di tingkat Polsek dalam intervensi kegiatan soft launching buku 'Jokowi's White Paper'.
Mereka juga meminta aparat penegak hukum menjaga netralitas dan menghentikan segala bentuk pembungkaman terhadap kebebasan berpendapat.
“Kami mengecam keras tindakan represif ini dan meminta aparat bekerja secara profesional dan adil. Jangan sampai lembaga pendidikan menjadi ruang yang tidak ramah terhadap pemikiran kritis,” tegasnya.
(Sumber : Wartakotalive.com, Ramadhan LQ/m31)
Baca berita TribunBekasi.com lainnya di Google News
Ikuti saluran TRIBUN BEKASI di WhatsApp