Kerusuhan di Daerah
Seorang Mahasiswa Tewas dalam Kericuhan di Yogya, Sultan HB X Lakukan Pertemuan dengan 10 Rektor
Seorang mahasiswa tewas di tengah aksi unjuk rasa di depan markas Polda DI Yogyakarta, Minggu (31/8/2025).
Penulis: | Editor: Ign Prayoga
TRIBUNBEKASI.COM, YOGYAKARTA -- Seorang mahasiswa tewas di tengah aksi unjuk rasa di depan markas Polda Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu (31/8/2025) pagi.
Korban adalah Rheza Sendy Pratama, mahasiswa Universitas Amikom Yogyakarta. Dia tercatat sebagai mahasiswa program studi (prodi) Ilmu Komunikasi angkatan 2023.
Rheza hadir dalam aksi demonstrasi bersama ribuan mahasiswa. Saat situasi memanas, Rehza hendak berbalik arah. Namun motornya mengalami kendala mesin.
Saat yang sama, amenembakkan gas air mata, Rheza terjatuh dan tidak sempat menyelamatkan diri. Rekannya berhasil melarikan diri, sementara Rheza diduga dihampiri aparat dan mengalami kondisi fatal.
Rheza kemudian dibawa ke RSUP Dr Sardjito dalam kondisi meninggal dunia. Jenazahnya dimakamkan di TPU Sasanalaya Jatisari, Mlati, Sleman pada Minggu siang.
Sang ayah, Yoyon Surono, menolak autopsi dan menyebut kematian anaknya sebagai musibah, meski melihat luka-luka di tubuh Rheza seperti patah di tengkuk, wajah lebam, dan bekas gas air mata.
Menyikapi kondisi ini, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, bertemu dengan 10 rektor perguruan tinggi se-Yogya.
Berdasarkan pemantauan, Sri Sultan memakai baju adat jawa. Begitu juga para rektor yang Hadir di Kepatihan pada Minggu malam yang memakai baju adat Jawa.
Sri Sultan HB X terlihat memakai penutup kepala berbentuk kerucut. Dia memakai baju dan sarang batik.
Dalam foto yang diterima terlihat para rektor itu melakukan prosesi sungkem. Sri Sultan HB X duduk di kursi.
Sungkeman adalah salah satu ritual paling sakral dalam budaya Jawa, yang mencerminkan rasa hormat.
Para rektor itu berlutut di hadapan Sri Sultan HB X dengan posisi tubuh rendah sebagai simbol kerendahan hati, menggenggam tangan orang tua, lalu menundukkan kepala hingga menyentuh lutut atau tangan. Tradisi Jawa Sungkeman dilakukan bergantian.
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, meminta kepolisian melakukan investigasi terhadap kasus kematian mahasiswa Amikom, Rheza Sendy Pratama.
Hal tersebut, disampaikannya selepas pertemuan tertutup dengan 10 rektor perguruan tinggi di DIY, di Kepatihan, Minggu (31/8/25) malam.
"Saya sudah menyampaikan ke Pak Kapolda (DIY) untuk melakukan identifikasi dan penelitian lebih lanjut," tandasnya.
Meski belum ada kronologi resmi, diperoleh informasi bahwa Rheza Sendy Pratama meninggal dunia saat mengikuti aksi unjuk rasa pada Minggu (31/8/25) pagi.
Rheza sempat dibawa ke RSUP Dr Sardjito namun tak tertolong. Jenazahnya kemudian disemayamkan di rumah orangtuanya di Mlati, Sleman, dan dimakamkan di tempat pemakaman setempat, sore harinya.
Sri Sultan HB X menegaskan, polisi harus menyelidiki penyebab kematian Rheza. "Mereka (kepolisian) yang punya kewajiban (melakukan investigasi terkait kematian Rheza Sendy Pratama)," ucap Ngarsa Dalem.
Lebih lanjut, dalam pertemuan yang diikuti rektor atau wakil rektor dari UGM, UNY, UIN Sunan Kalijaga, UPN Veteran, ISI Yogyakarta, UII, UMY, Atma Jaya, Sanata Dharma, hingga Amikom itu, Sultan berharap aksi demonstrasi ke depan bisa berjalan tanpa diwarnai kekerasan.
Menurut Raja Keraton Yogyakarta itu, pihaknya bersama seluruh perwakilan perguruan tinggi sudah sepakat untuk mempersilakan unjuk rasa, dengan catatan digelar secara damai.
Kali pertama mendapatkan kabar soal anaknya, Yoyon Surono mengaku mendapatkan kabar dari tetangga yang menunjukan foto kartu tanda penduduk (KTP).
Tetangga itu menanyakan apakah sosok di foto itu adalah anaknya?
"Tetangga yang datang ke rumah nunjukin foto KTP, terus bilang ini Rheza? Ya Rheza kenapa?"kata Yoyon Surono menceritakan lagi kejadian yang dialaminya.
Seorang mahasiswa Universitas Amikom Yogyakarta meninggal dunia saat mengikuti aksi unjuk rasa di Yogyakarta, Minggu (31/8/2025) pagi.
Mahasiswa itu adalah Rheza Sendy Pratama, Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi 2023 Universitas Amikom Yogyakarta. Dia gugur saat ikut aksi demo di seputaran Mapolda DIY pada Minggu (31/8/2025).
Yoyon Surono mengaku mendapatkan kabar dari tetangga yang menunjukan foto kartu tanda penduduk (KTP). Tetangga itu menanyakan apakah sosok di foto itu adalah anaknya?
"Tetangga yang datang ke rumah nunjukin foto KTP, terus bilang ini Rheza? Ya Rheza kenapa?"kata Yoyon Surono menceritakan lagi kejadian yang dialaminya.
Beberapa saat kemudian, ada seorang polisi menelepon mengabarkan Rheza terkena gas air mata dan dirawat di RSUP Sardjito.
Yoyon Surono kemudian datang ke RSUP Sardjito dan kenyataan pahit itu harus dihadapi Yoyon Surono.
Rheza Sendy Pratama, Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi 2023 Universitas Amikom Yogyakarta meninggal dunia.
“Anaknya terbujur (kaku),” lalu sejenak berhenti karena menahan tangis.
“Saya tanya yang di sana, katanya dibawa dari unit kesehatan Polda,” tambahnya.
Kondisi Jenazah Rheza
Kemudian Yoyon Surono memaparkan luka yang dialami sang anak. Menurut sang ayah, kondisi Yoyon Surono menunjukkan tengkuk yang menurutnya patah.
Dia menyebutkan ada bekas luka pijakan kaki, wajah mengalami luka.
Bagian kaki dan tangan ada lecet, kemudian di bawah mata berwarna putih.
Yoyon juga memutuskan untuk tidak ada tindakan autopsi karena menganggap apa yang terjadi terhadap Rheza adalah musibah.
Yoyon hanya ingin bertemu dengan teman anaknya yang malam sebelum kejadian mengajaknya ngopi.
“Malam itu dia minta uang untuk ngopi sama temannya,” kenangnya.
Yoyon mengatakan, Rheza masih tercatat mahasiswa Semester V Universitas Amikom Yogyakarta.
“Sebenarnya saya sudah suruh dia di rumah saja,” tambahnya.
Keterangan Pihak Kampus
Mewakili kampus, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Ahmad Fauzi menyatakan, Universitas Amikom Yogyakarta berbelasungkawa atas meninggalnya Rheza.
Fauzi menyampaikan pihak Universitas Amikom Yogyakarta mendapat kabar Rheza meninggal dunia pada Minggu siang dari teman-teman Almarhum.
Terkait kronologi kematiannya, Fauzi menuturkan saat ini pihaknya masih mencari informasi lebih lanjut.
"Kalau penyebab kematiannya, ya, informasi yang beredar, video yang beredar memang begitu," ungkap Fauzi.
"Kami belum melakukan penelusuran lebih lanjut. Hanya ini saja yang bisa kami sampaikan," sambungnya.
BEM Amikom Berduka
BEM Universitas Amikom Yogyakarta pun menyampaikan duka cita mendalam atas kematian Rheza.
"Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Telah berpulang ke Rahmatullah, sahabat, kawan seperjuangan kita
Rheza Sendy Pratama (Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi 2023, Universitas Amikom Yogyakarta)
Kami segenap keluarga besar BEM Universitas Amikom Yogyakarta turut berduka cita yang sedalam-dalamnya.
Semoga Allah SWT melapangkan kuburnya, mengampuni segala khilafnya, serta menempatkan almarhum di sisi terbaik-Nya.
Kepada keluarga yang ditinggalkan, semoga diberi ketabahan dan kekuatan.
Demikian penggal ucapan duka cita yang disampaikan.
Berdasar keterangan rilis resmi BEM Amikom Yogyakarta, disebutkan pada Minggu (31/8/2025), pada saat aksi demonstrasi besar-besaran yang tengah bergema di Yogyakarta, Rheza turut hadir sebagai bagian dari barisan perjuangan mahasiswa.
Di tengah situasi kacau, motor yang ditungganginya mati ketika hendak berbalik arah.
Tiba-tiba aparat menembakkan gas air mata, membuat Rheza terjatuh.
"Kematian ini bukan hanya duka bagi keluarga, tapi juga cambuk bagi kita semua. Seorang mahasiswa, seorang anak bangsa, tumbang bukan karena penyakit atau musibah biasa, melainkan dalam ruang perjuangan yang seharusnya dijaga kehormatannya."
"Kita kehilangan seorang kawan, tapi kita tak boleh kehilangan daya juang," tutup rilis resmi BEM Amikom Yogyakarta.
Polda DIY
Kapolda DIY Irjen Pol Anggoro Sukartono ditemui di rumah almarhum Rheza mengatakan dirinya datang untuk menyampaikan bela sungkawa.
Pada kesempatan itu, Kapolda mengaku sudah menyampaikan kepada keluarga Rheza apabila keluarga ingin mempertanyakan hingga ke proses hukum, Polda DIY akan menyiapkan semua.
"Namun pada proses awal keluarga menolak untuk ekshumasi, keluarga menerima, dan sebagai masukan kepada Polri untuk melakukan penanganan agar tidak ada kesalahan, dan ini sebagai masukan kepada kami,"katanya.
Kapolda juga menyatakan, jika pihak keluarga pada kemudian hari berubah pikiran ingin mempertanyakan penyebab meninggalnya Rheza, Polda DIY siap melakukan penyidikan.
Kematian Rheza bukan hanya tragedi personal, tapi juga simbol dari krisis etika dan keamanan dalam penanganan aksi publik.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.