Kanker Payudara
Pandemi Virus Corona Perlambat Program Penurunan Kematian Akibat Kanker Payudara
Pandemi virus corona membuat banyak program terganggu, salah satunya program penurunan kanker payudara.
Penulis: Lilis Setyaningsih | Editor: Valentino Verry
“Ini tidak pernah bisa maksimal, karena tidak semua praktik atau profesi bisa dilakukan dengan telemedicine," katanya.
"Saat pemeriksaan perlu melihat langsung klinis pasien, meraba, memegang," imbuhnya.
"Foto pun tidak bisa mewakili sepenuhnya, sehingga kesulitan. Kalau saya pribadi daripada salah diagnostik, lebih baik tunda dulu hingga kondisinya memungkinkan. Bila dipaksakan bisa membahayakan pasien,” papar dr. Walta.
Selain itu, Covid-19 juga memperburuk kondisi pasien kanker.
Baca juga: Babe Cabiita Tersanjung Terpilih Jadi Brand Ambassador Produk Kecantikan, meski Dihujat Warganet
Angka kematian orang normal akibat Covid-19 di dunia sekitar 3-5 persen.
Jika pasien kanker terkena Covid-19, angka kematiannya menjadi 26-28 persen.
Ini juga terjadi di RSK Dharmais dari Maret 2020-Februari 2021, di mana angka kematian pasien kanker yang terinfeksi Covid-19 mencapai 22 persen.
“Jalan keluarnya adalah vaksin. Berdasarkan temuan PERABOI, dari 200 pasien kanker yang divaksin, KIPI hanya ditemukan pada 2-3 orang, itu pun tidak berat,” ungkap dr. Walta.
Ning Anhar menjelaskan, salah satu advokasi mendesak untuk pemerintah adalah segera mengeluarkan peraturan atau panduan vaksin untuk pasien kanker payudara dengan persayaratan tertentu.
“Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) menghimbau agar pemerintah bisa mengeluarkan rekomendasi yang pasti terkait vaksinasi pada pasien kanker. Ini juga upaya untuk menurunkan angka kematian pasien kanker payudara,” ujar Ning Anhar.
Baca juga: Hambat Pembangunan Kabupaten Bekasi, Dani Ramdan Segera Isi Kekosongan 64 Jabatan
Penanganan Kanker Payudara Lebih Multidisiplin
Dr. Kardinah SpRad(K) dari Indonesian Women Imaging Society (IWIS) juga mencatat sejumlah hasil dari SEABCS ke-5.
Salah satu yang paling penting adalah kolaborasi dengan American Society Clinical Oncology (ASCO) untuk membuat standar tatalaksana pasien kanker payudara yang lebih multidisiplin di Indonesia.
Menurut dr. Kardinah, bentuk konkret kolaborasi ini berupa pertukaran narasumber atau training yang sesuai dengan program ASCO.
Selain itu pengembangan artificial intelegent (AI) dalam breast imaging, diagnotsik, maupun skrining.