Sekjen Partai Gerindra Ungkap Pentingnya Regenerasi Kepemimpinan di Level Organisasi Sayap Partai
Ahmad Muzani hadiri Musyawarah Daerah PD Tunas Indonesia Raya (TIDAR) bahas regenerasi kepemimpinan.
Penulis: Panji Baskhara | Editor: Panji Baskhara
TRIBUNBEKASI.COM - Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani menghadiri Musyawarah Daerah PD Tunas Indonesia Raya (TIDAR).
Acara TIDAR itu Sumatera Utara di Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, pada Sabtu (2/10/2021).
Di acara itu Ahmad Muzani bahas regenerasi kepemimpinan sebagai upaya jaga keberlanjutan regenerasi politik.
Selain itu juga, Ahmad Muzani ungkap cara menjaga eksistensi Partai Gerindra melalui regenerasi kepemimpinan.
Baca juga: Sekjen Partai Gerindra dan Pimpinan Ponpes Buntet Cirebon Gelar Vaksinasi Covid-19 dan Doa Bersama
Baca juga: Bertemu Ketua Umum PP Muhammadiyah Yogyakarta, Sekjen Partai Gerindra Ungkap Pesan Prabowo Subianto
Baca juga: Vaksinasi Covid-19 Massal, Partai Gerindra Sediakan 10.000 Dosis Vaksin untuk Warga Kota Yogyakarta
Menurut Ahmad Muzani, regenerasi kepemimpinan di level organisasi sayap partai perlu dilakukan.
Hal itu untuk menjaga eksistensi Partai Gerindra agar perjuangan politik berumur panjang sepanjang Republik Indonesia berdiri.
Maka dari itu, lanjut Ahmad Muzani, idealisme perjuangan perlu dijaga agar bisa menjadi semangat pergerakan.
"Itu sebabnya kontinuitas kepemimpin, regenerasi, dan kaderisasi sangat diperlukan untuk menjaga perjuangan kita."
"Idealisme adalah sebuah cara yang kita junjung tinggi. Cita-cita kita, terus perjuangkan dengan mengedepankan kepentingan rakyat" papar Ahmad Muzani.
Ia mengatakan, memperjuangkan idealisme politik bukan hal mudah, lantaran perjuangan politik seringkali tergoda oleh jebakan pragmatisme.
"Usaha untuk terus memperjuangkan kepentingan rakyat harus terus kita lakukan dengan menguatkan idealisme berpolitik di Partai Gerindra."
"Sehingga pragmatisme politik atau orientasi kepentingan jangka pendek dapat dihindari dan perjuangan itu tidak berbelok dari jalurnya," ujarnya tanpa merinci.
"Masalahnya idealisme kita sering terbentur dengan realitas politik. Idealisme berpolitik kita itu sering bertabrakan dengan pragmatisme politik."
