Tragedi Kanjuruhan

Jengkel Terhadap Polisi yang Menembakkan Gas Air Mata, Kevia Naswa: Mata Kalau Dibuka Pusing Banget!

Kevia Naswa mengatakan, ia kerap mengalami pusing kepala setiap mencoba membuka matanya yang terkena efek gas air mata.

Editor: Panji Baskhara
YouTube Tribunnews.com
Korban selamat tragedi kericuhan di Stadion Kanjuruhan Malang, Kevia Naswa mengaku alami luka-luka di bagian leher, punggung, tangan, kaki, bahkan kedua matanya memerah diduga dampak dari gas air mata kedawaluarsa. 

TRIBUNBEKASI.COM - Kevia Naswa, penonton laga Arema FC dan Persebaya Surabaya, memberikan kesaksiannya setelah menjadi korban selamat dari tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang.

Kevia Naswa mengatakan, tragedi kericuhan Stadion Kanjuruhan tersebut, membuatnya alami luka-luka di bagian leher, punggung, tangan, kaki, hingga menyebabkan matanya memerah hingga saat ini.

Kevia Naswa mengatakan, ia kerap mengalami pusing kepala, setiap ia mencoba membuka matanya yang terkena efek gas air mata.

"Besoknya saya merasa leher sama punggung saya kaya patah tulang, enggak bisa gerak, sakit banget."

Baca juga: Kevia Naswa, Korban Selamat dari Insiden Kerusuhan Stadion Kanjuruhan Mengaku Jengkel dengan Polisi

Baca juga: Komnas HAM Beberkan Penjelasan Aremania Soal Temuan Puluhan Botol Miras di Area Stadion Kanjuruhan

Baca juga: Penggunaan Gas Air Mata Kedaluwarsa di Stadion Kanjuruhan Malang, Ini Kata Komisioner Komnas HAM RI

"Terus pusing, mata kalau dibuka itu kaya pusing banget. Bisa melihat cuma pusing banget kalau dibuat buka mata."

"Selama sekitar tiga hari setelah kejadian (pusing dan sakit di area leher dan punggung)," kata Kevia Naswa dalam tayangan video di kanal YouTube Tribunnews, Rabu (12/10/2022).

Namun kini kondisi Kevia Naswa sudah mulai membaik.

Tinggal menyisakan luka di bagian tangan, kaki dan matanya yang memerah.

Kevia Naswa juga telah mendapatkan obat berupa obat tetes mata dan obat untuk meredakan nyeri.

"Sekarang sudah membaik, normal dan mulai memudar. Sekarang bagian atas mata masih ngerasa bengkak, kalau lihat ke atas kaya ada ganjelan."

"Untuk mengobati, aku diberi obat tetes mata dan obat minum untuk nyeri," terang Kevia Naswa.

Menurut dokter, kondisi mata merah yang dialami Kevia Naswa bisa kembali normal setelah menjalani pengobatan selama satu bulan.

Kemudian untuk proses penyembuhan tangannya, Kevia Naswa saat ini tengah menjalani fisioterapi, sementara untuk kakinya ia mengobatinya sendiri di rumah.

"Penanganan kesembuhannya, saya sudah ke Poli Mata itu katanya aman, terus untuk tangan saya menjalani fisioterapi, untuk kaki dirawat sendiri."

"Untuk mata katanya butuh waktu sekitar satu bulan, untuk kembali normal, merahnya hilang," ucap Kevia Naswa.

Jengkel Melihat Polisi

Kevia Naswa, Korban Selamat Tragedi Kanjuruhan. | Berikut pengakuan Kevia Naswa, korban yang selamat dari tragedi Kanjuruhan. Meski selamat, kini mata Kevia mengalami kemerahan akibat gas air mata.

 

Setelah menjadi korban tragedi Kanjuruhan, Kevia Naswa akui tidak merasa trauma saat melihat polisi.

Hanya saja ia merasa jengkel.

Hal itu karena gas air mata yang ditembakkan polisi ketika tragedi Kanjuruhan.

Selain itu hingga kini Kevia Naswa masih merasa ngeri akan adanya keramaian.

"Kalau trauma enggak (melihat polisi) cuma kaya jengkel aja, enggak trauma, sama polisi. Kalau keramaian itu ngeri aja, sampai sekarang," ungkap Kevia Naswa.

Kevia Naswa pun berharap setelah kejadian ini, keadilan bisa ditegakkan.

Polisi juga bisa mengevaluasi cara pengamanan pertandingan sepak bola

Serta tragedi Kanjuruhan ini bisa diusut tuntas.

"Harapannya ya semoga keadilannya bisa ditegakkan dalam mengusut tuntas tragedi ini. Pak Polisi itu dievaluasi cara pengamanan pertandingan sepak bola," pungkasnya.

Geramnya Aremania Dengar Pernyataan Polri soal Gas Air Mata

Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, Aremania dibuat geram dengan pernyataan yang dilontarkan Kepolisian terkait gas air mata dalam tragedi stadion Kanjuruhan yang menewaskan 132 nyawa.

Diketahui, Polri menyebut ratusan korban yang meninggal dunia dalam Tragedi Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022) lalu bukan karena gas air mata, melainkan karena kekurangan oksigen.

Statement disampaikan Kepala Divisi Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo itu, mengundang reaksi Aremania, suporter Arema dan juga beberapa pihak.

"Bilangnya bukan karena gas air mata tapi karena kekurangan oksigen, sekarang saya balik, kemarin semua Aremania bisa kekurangan oksigen itu karena apa? kan karena ditembak gas air mata."

"Coba gantian, kami yang tembak gas air mata ke polisi di lorong. Jadi jangan mengelak," katanya Amin Aremania, Selasa (11/10/2022).

Amin menegaskan, selama ia jadi suporter dan melihat pertandingan langsung di stadion, tidak ada pengamanan yang separah pengamanan seperti derbi Jatim, Arema FC Vs Persebaya, pada Sabtu (1/10/2022) yang lalu di Stadion Kanjuruhan.

"Saya lihat sepak bola sejak tahun 90-an. Pengamanan paling petugas bawa pentungan sama tameng."

"Kalau pun Bigmatch penjagaan lebih itu pakai water canon. Tidak ada pengamanan seperti kemarin," ujarnya.

"Jadi intinya usut tuntas. Siapa yang memerintahkan bawa gas dan yang memerintahkan untuk menembak gas, itu yang tanggung jawab," tambahnya.

Selain Aremani, eks sekretaris Kementerian BUMN, Muhammad Said Didu juga memberikan reaksi soal statement Polri.

Bahkan Said Didu memberikan sindiran keras pada Polri dalam akun Twitter pribadinya.

"Makin Bpk jelaskan makin menambah sakit keluarga korban. Tega amat sih Pak. Yang pasti semua itu disebabkan karena tembakan gas air mata."

"Kenapa enggak sekalian katakan bahwa karena semua korban ajalnya sudah sampai sehingga malaikat maut datang mencabut nyawa mereka - bukan krn gas air mata," isi cuitan Said Didu.

Pernyataan Polri Soal Gas Air Mata di Kanjuruhan

Kadiv Humas Polri, Irjen Dedi Prasetyo buat pernyataan di depan awak media terkait gas air mata dalam Stadion Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022, Senin (10/10/2022).

Ia mengakui jika beberapa gas air mata yang ditembakkan ke arah suporter Aremania saat itu ada yang adalah gas air mata kedaluwarsa .

Bukan hanya membuat pengakuan soal penggunaan gas air mata kedaluwarsa, ia juga membuat pernyataan yang menyebut gas air mata tak mematikan .

Dedi mengatakan gas air mata yang dipakai Brimob tidak mematikan, berdasarkan keterangan para ahli.

Dedi menyebut pernyataan Mas Ayu Elita Hafizah yang merupakan pakar dari Universitas Indonesia (UI) sebagai salah satu referensi pernyataannya.

"Beliau menyebutkan bahwa termasuk dari Doktor Mas Ayu Elita bahwa gas air mata atau CS ini ya dalam skala tinggi pun tidak mematikan yang digunakan Brimob," kata Dedi di Kantornya, Jakarta Selatan, Senin (10/10/2022).

Dedi kemudian menunjukkan ada 3 jenis gas air mata yang dipakai oleh Brimob Polri.

Yakni, gas air mata berwarna merah, biru hingga hijau yang masing-masing memiliki tingkat efektivitas zat kimianya.

"Yang pertama (hijau) berupa smoke ini hanya ledakan berisi asap putih. Kemudian yang kedua (biru) sifatnya sedang"

"Jadi kalau untuk klaster dari jumlah kecil menggunakan gas air mata yang sifatnya sedang dan yang merah adalah untuk mengurai masa dalam jumlah yang cukup besar," ungkapnya.

Oleh karena itu, Dedi meyakini bahwa gas air mata yang dipakai Brimob saat tragedi Kanjuruhan tidak mematikan.

"Saya sekali lagi saya bukan expertnya, saya hanya bisa mengutip para pakar menyampaikan ya CS atau gas air mata dalam tingkatannya tertinggi pun tidak mematikan," pungkasnya.

(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Theresia Felisiani)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Cerita Kevia Naswa Naswa Korban Selamat Tragedi Kanjuruhan, Mengaku Jengkel Melihat Polisi"

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved