Berita Nasional
Sandiaga Sebut Keindahan Puncak Sarangsarang jadi Potensi Wisata untuk Buka Lapangan Kerja
Terkait prediksi resesi ekonomi pada 2023, Sandiaga optimistis target kedatangan wisatawan asing bisa terpenuhi.
Di stand kuliner ini Sandiaga diajak untuk membuat minuman Sarabba (minuman khas daerah bugis yang terbuat dari jahe, santan dan gula aren).
Sandiaga juga diajak bermain gasing bersama anak anak.
Desa wisata tersebut memiliki karakter geografis yang khas berupa wilayah pegunungan, lembah, dan dataran yang masih sangat asri.
Wilayah Kelurahan Kambo memiliki luas 11,42 km persegi dan dihuni sebanyak 1.080 jiwa.
Baca juga: Lowongan Kerja Bekasi: BPJS Kesehatan Buka Lowongan untuk Berbagai Posisi di Bidang IT
Baca juga: BPOM Temukan 5 Produk Sirop Obat Miliki Kandungan EG Melebihi Batas
Untuk menuju Desa Wisata Kambo, wisatawan menempuh jalur penerbangan ke Palopo (Bandar Udara) dilanjutkan dengan melalui jalur darat ke desa sekitar 30 menit.
Puncak Sarangsarang merupakan salah satu daya tarik destinasi tersebut.
Jungle trekking menuju Puncak Sarangsarang menampilkan keragaman hayati khas Sulawesi.
Di sini sepanjang jalan menuju puncak terdapat perkebunan durian, langsat, rambutan, dan cengkeh.
Di Puncak Sarangsarang pengunjung bisa berkemah di Bukit Bintang sembari menikmati wilayah Palopo dari ketinggian saat malam hari.
Baca juga: Berdiri di Lahan Kritis, 11 Rumah Warga di Bekasi Terancam Longsor
Baca juga: Gemar Kendarai Moge, Nabila Putri Utamakan Keselamatan ketimbang Gaya-Gayaan
Lalu ada kolam renang Kambo Highland Resort.
Destinasi itu memberikan pengalaman berenang di dataran tinggi 531 mdpl, dikelilingi pegunungan hijau dan lanskap resort yang estetik.
Kemudian ada jalur sepeda gunung yang menjadi salah satu atraksi menarik dan banyak dikunjungi oleh wisatawan yang memiliki minat khusus bersepeda gunung.
Jalur sepeda ini menghubungkan Kambo dengan Mungkajang.
Untuk seni dan budaya, desa itu memiliki Tarian Pajaga Lili. Itu merupakan salah satu tarian tertua di Tana Luwu sejak era Sawerigading yang berarti milik masyarakat.
Tarian ini digunakan untuk penyambutan dan senda gurau para pemuda dan rakyat Luwu pada zaman lampau.
Lalu ada festival buah yang menjadi kegiatan tahunan yang dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur atas keberhasilan panen buah masyarakat Kambo.