Info Kuliner

Kuliner Jakarta: Cakue Koh Atek di Pasar Baru Bertahan Sejak 1971, Sampai Dipesan ke Amerika

Dibantu sang istri, Koh Atek berjualan cakue sejak 1971 di sebuah gang kecil, Pasar Baru, Sawah Besar, Jakarta Pusat, dijual Sampai Amerika

Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Lilis Setyaningsih
Tribun Bekasi/Nuri Yatul Hikmah
Kios cakue Koh Atek, Jalan Belakang Kongsi, Pasar Baru, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat, Sabtu (11/3/2023). 

Cakue tersebut disajikan dengan cara dicocol menggunakan saus. Adapun saus buatan Koh Atek dan Istrinya sangatlah unik.

Saus tersebut bertekstur cair. Ada sensasi pedas yang menempel di lidah, bercampur dengan asin manis dari cakue tersebut.

"Ya karena pada umumnya makanan bumbunya dulu," ujar Koh Atek.

Baca juga: Kuliner Jakarta: Bakso Bakwan Malang Cak Su Kumis, Berkonsep Prasmanan Bebas Meracik Bumbu dan Menu

Baca juga: Kuliner Bekasi: Pecel Madiun Mbok Mi Sejak 1984, Dibandrol Mulai Rp15 Ribu sudah Bikin Perut Kenyang

Sementara kue bantal yang dijual Koh Atek, memiliki tekstur yang empuk, manis, dan gempal. Makan satu buah saja, sudah bisa mengganjal perut ketika lapar atau untuk sekadar sarapan. 

Warna coklat dari cakue dan kue bantal yang cantik karena matang sempurna, membuat panganan ini sangat legendaris.

Saking legendarisnya, Koh Atek pernah mendapatkan orang yang membeli cakue dan kue bantalnya dalam bentuk frozen food untuk dijual ke Amerika Serikat.

"Kami mengerjakan adonan biasa berdua di rumah. Banyak pesanan sebetulnya, kalau mau ngerjain bisa tapi kami enggak kuat karena udah ada umur," jelas Koh Atek.

"Nah pernah ada (pembeli) yang beli terus dikirim sampai Amerika, dalam bentuk frozen sudah jadi. Mungkin nanti gorengnya di sana pakai airfryer atau apa enggak ngerti saya," lanjut dia. 

Selain Amerika, penduduk lokal Jakarta juga banyak memburu cakue legendaris buatannya itu.

Mereka kebanyakan datang dari Cibubur, Depok, Bogor, menggunakan kereta untuk sekadar mencicipi jualannya itu.

Dalam sehari, Koh Atek dan sang istri mampu membuat adonan berkilo-kilo tepung terigu.

Atau jika sudah jadi, bisa menghasilkan lebih dari 200 potong cakue dan kue bantal tiap harinya, tergantung pada tenaga keduanya.

"Kalau lagi rajin, bikin banyakan. Kalau malas ya enggak, tapi cukup lah buat makan sehari-hari," kata dia.

"Bisa sih ratusan lebih seharinya, kalau seminggu double lebih dari 200 atau seribu pesanan," lanjutnya.

Kakek dua cucu itu menyebut, satu potong cakue dan kue bantal dibanderol dengan harga Rp6.000.

Baca juga: Kuliner Jakarta: Inovasi Mie Ayam Cabe Uleg Rawamangun dari Sambal hingga Topping yang Berbeda

Baca juga: Kuliner Bekasi: Laksa Betawi Murnadi di Pekayon dengan Aroma Rempah yang Kuat

Halaman
123
Sumber: Wartakota
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved