Sejarah Jakarta

Sejarah Jakarta: Gereja Immanuel Jakarta Dibangun Tahun 1834 Punya Orgel yang Berfungsi Hingga Kini

Gereja Immanuel Jakarta, tempat ibadah ini mulai dibangun tahun 1834 dengan mengikuti hasil rancangan J.H. Horst.

Penulis: Desy Selviany | Editor: Lilis Setyaningsih
zoom-inlihat foto Sejarah Jakarta: Gereja Immanuel Jakarta Dibangun Tahun 1834 Punya Orgel yang Berfungsi Hingga Kini
tribunnews.com
Gereja Immanuel Jakarta

TRIBUNBEKASI.COM,  JAKARTA ----- Selain Katedral, Jakarta juga punya gereja yang megah.

Apabila melintas di Jalan Medan Merdeka Timur sebuah bangunan bergaya Eropa  yang tak kalah megah berdiri kokoh.

Gereja Immanuel memiliki sejarah Jakarta yang panjang.

Gereja Immanuel Jakarta sudah berusia 184 tahun.

Dalam sejarah Gereja Immanuel Jakarta, tempat ibadah ini mulai dibangun tahun 1834 dengan mengikuti hasil rancangan J.H. Horst.

Adapun peletakan batu pertama pembangunan Gereja Immanuel dilakukan pada 24 Agustus 1835.

Empat tahun kemudian, 24 Agustus 1839, pembangunan berhasil diselesaikan.

Pada sejarah Gereja Immanuel Jakarta, awalnya Gereja Immanuel bernama Willemskerk.

Nama Willemskerk ini diberikan untuk menghormati Raja Willem I, Raja Belanda pada periode 1813-1840.

Semula, Gereja GPIB Immanuel hanya untuk para petinggi Hindia Belanda.

Dulu, kawasan Batavia di Kota Tua sudah padat, kumuh dan sesak.

Sehingga para elit Hindia Belanda pada saat itu akhirnya memutuskan untuk mencari lokasi baru yang tidak jauh dari Batavia dengan suasana tenang.

Mereka menjatuhkan pilihan pada kawasan Gambir untuk membangun kompleks para petinggi Hindia Belanda.

Adapun Gereja GPIB Immanuel dibangun untuk memenuhi kebutuhan rohani umat protestan dari Hindia Belanda yang tinggal di kawasan yang dulu disebut Kota Baru (kini Gambir).

Selain itu, dahulu gereja ini sebenarnya adalah tempat pelayanan dan pertemuan yang diperuntukkan kepada para karyawan-karyawan Pemerintah Kolonial Belanda dan dibangun di bawah perjanjian Lutheran.

Baca juga: Sejarah Jakarta: Gedung KPK Awal Proses Pembangunannya Disawer Masyarakat Hingga Rp403 Juta

Baca juga: Sejarah Jakarta: Vihara Amurva Bhumi di Setiabudi Saksi Bisu Toleransi Agama di Tanah Betawi

Halaman
123
Sumber: Wartakota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved