Berita Nasional

Pengamat dari SAFEnet Ini Sebut Pengadaan Alat Sadap Pegasus jadi Bencana Jika Tanpa Pengawasan

Perlu ada perlawanan agar penggunaan alat sadap ini dibersamai dengan perlindungan terhadap masyarakat sendiri.

Editor: Ichwan Chasani
Tribunnews.com/Ibriza Fasti Ifhami
Direktur Eksekutif Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet) Damar Juniarto memberikan paparan dalam konferensi pers Pengadaan Alat Sadap Pegasus Menjadi Ancaman pada Demokrasi di Indonesia, Selasa (20/6/2023). 

Pada 2019, WhatsApp pernah menggugat NSO karena menyelipkan spyware ke sekitar 1.400 ponsel dengan memanfaatkan aplikasi perpesanan tersebut.

Dikatakan bahwa hanya dengan menelepon target lewat WhatsApp, Pegasus diam-diam dapat mengunduh dirinya sendiri ke ponsel.

Bahkan jika target tidak mengangkat panggilan itu pun bisa tiba-tiba terunduh.

Baca juga: Pakai Kemeja Batik, Mario Dandy Kena Semprot, Jaksa Penuntut Umum: Mohon Pakaiannya Hitam Putih Saja

Baca juga: Ingin Bikin SIM Baru, Pemohon Wajib Sertakan Sertifikat Mengemudi

Kini Pegasus dilaporkan memanfaatkan kelemahan perangkat lunak iMessage Apple yang berpotensi memberinya akses ke 1 miliar iPhone.

Profesor keamanan siber di University of Surrey di Inggris, Alan Woodward mengatakan, Pegasus mungkin adalah salah satu alat akses jarak jauh yang paling mumpuni, seolah-olah target telah memberikan ponsel ke tangan orang lain.

Pegasus dapat digunakan untuk membaca pesan dan e-mail target, melihat-lihat foto yang mereka ambil, menyadap telepon, melacak lokasi, dan bahkan merekam dari kamera.

Pegasus mengalami perkembangan sehingga mampu menyembunyikan semua jejak perangkat lunak.

Target pun kesulitan untuk mengkonfirmasi apakah ponsel tertentu telah disadap atau tidak.

Hingga kini belum diketahui pasti berapa banyak orang yang ponselnya disadap.

Baca juga: Inara Rusli Ajukan 11 Tuntutan, Virgoun Bakal Beri Jawaban Dalam Sidang Perceraian Hari Ini

Baca juga: Sejarah Jakarta: Museum Tekstil Mulanya Rumah Orang Perancis yang Dibangun pada Abad ke-19

Dari laporan baru oleh media internasional mengatakan lebih dari 50.000 nomor telepon menjadi target.

Namun, Lab Keamanan Amnesty International, salah satu organisasi yang menyelidiki Pegasus, mengaku telah menemukan jejak serangan sukses pada iPhone Juli 2021.

Apple dan Google bahkan menawarkan hadiah kepada peretas, jika memberitahu kekurangan perangkat lunaknya.

Para analis juga percaya, NSO yang stafnya termasuk mantan anggota elite militer Israel, kemungkinan mengawasi dark web yakni tempat hacker sering menjual informasi tentang kelemahan keamanan yang mereka temukan.

Mengutip Nextren.grid.id, penelitian sebelumnya telah mencatat bahwa hebatnya software Pegasus memiliki fitur yang disebut 'bunuh diri'.

Yakni suatu sistem yang dapat menonaktifkan penyebaran malware oleh pelanggan.

Menurut NSO, fitur 'bunuh diri' dapat aktif jika target yang dibidik pindah ke negara.

Alat ini mampu mengesankan jika melihat kemampuan software itu beraksi secara langsung.

Cukup beritahu nomor aktifnya, maka semua isi smartphone bisa dilihat, hanya dalam waktu 5 menit saja. (Tribunnews/Ibriza Fasti Ifhami)

 

 

Sumber: Tribunnews.com
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved