Sejarah Jakarta: Masjid Al Azhar Dibangun Sejak 1953, Kerap Disambangi Pejabat dan Artis

TRIBUNBEKASI.COM, JAKARTA ----- Berada di kawasan elit Kebayoran Baru Jakarta Selatan,  Masjid Al Azhar Jakarta sempat menjadi masjid terbesar sebelum Masjid Istiqlal dibangun.

Hal itu membuat Masjid Al-Azhar memiliki banyak sejarah Jakarta.

Masjid Al Azhar Jakarta sendiri dibangun pada tahun 1953 hingga 1958.

Awalnya nama masjid tersebut merupakan Masjid Kebayoran Baru.

Dibangunnya masjid di tengah kota tersebut lantaran kawasan Kebayoran Baru berubah menjadi kawasan elit.

Sehingga penduduk setempat membutuhkan sebuah masjid untuk menunjang ibadah umat muslim. 

Di awal pembangunannya masjid ini merupakan masjid terbesar di Jakarta ketika masa pembangunannya, sebelum akhirnya dikalahkan oleh Masjid Istiqlal pada tahun 1978.

Sehingga masjid tersebut bergelar Masjid Agung Al Azhar.

Masjid Agung Al-Azhar (MAA) didirikan oleh Yayasan Pesantren Islam ( YPI ) pada tanggal 19 November 1953 di atas tanah milik Yayasan seluas 43.755 m2.

Pada sejarah Masjid Al Azhar, masjid tersebut selesai dibangun 5 tahun kemudian tepatnya pada 1958.

Banyak diketahui, arsitek Masjid Agung Al Azhar sama dengan Masjid Istiqlal yakni Friedrich Silaban.

Friedrich Silaban ialah seorang beragama Kristen. Berbeda dengan Masjid Istiqlal yang sejarah pembangunannya ditulis rinci, pembangunan Masjid Al Azhar minim informasi.

Tidak dijelaskan kenapa Friedrich Silaban terpilih menjadi arsitek Masjid Al Azhar.

Baca juga: Sejarah Jakarta: Museum Benyamin Sueb Diresmikan Tahun 2018 di Bangunan yang Berdiri Sejak 400 Tahun

Baca juga: Sejarah Jakarta: Museum Tekstil Mulanya Rumah Orang Perancis yang Dibangun pada Abad ke-19

Namun dalam pembuatannya, Masjid Agung Al Azhar menjadi salah satu masjid modern yang termegah dan terbesar di tanah air.

Di dalam masjid terdapat ruangan-ruangan yang menampung fungsinya untuk mendukung predikatnya dalam memadukan kegiatan dakwah dan sosial.