Kasus Pelecehan Seksual

Belum Tuntas, Rektor Nonaktif Universitas Pancasila Bakal Jalani Pemeriksaan Lagi Pekan Depan

Kuasa hukum Edie Toet Hendratno, Faizal Hafied, tak menjelaskan secara detail terkait apa pemeriksaan lanjutan tersebut.

Penulis: Ramadhan L Q | Editor: Ichwan Chasani
Warta Kota/Ramadhan LQ
Rektor nonaktif Universitas Pancasila Edie Toet Hendratno didampingi kuasa hukumnya memberikan keterangan usai menjalani pemeriksaan kasus dugaan pelecehan seksual di Polda Metro Jaya, Selasa siang, 5 Februari 2024. 

TRIBUNBEKASI.COM — Rektor nonaktif Universitas Pancasila Edie Toet Hendratno disebut bakal kembali menjalani pemeriksaan oleh penyidik Polda Metro jaya terkait dugaan kasus pelecehan seksual terhadap dua karyawan universitas tersebut.

Pemeriksaan terhadap Edie Toet Hendratno rencananya dilakukan pada pekan depan.

Kuasa hukum Edie Toet Hendratno, Faizal Hafied, menyampaikan hal tersebut usai kliennya menjalani pemeriksaan di Polda Metro Jaya, hari Selasa ini, 5 Maret 2024.

"Mungkin pekan depan kami ada proses pemeriksaan di RS Polri," ujar Faizal Hafied kepada wartawan.

Namun Faizal Hafied tak menjelaskan secara detail terkait apa pemeriksaan lanjutan tersebut.

BERITA VIDEO : REKTOR UNIVERSITAS PANCASILA BANTAH LECEHKAN STAFNYA

"Nanti, nanti bisa kami sampaikan lebih lanjut," kata Faizal Hafied.

Terpisah, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi menyebut, dalam perkembangan kasus itu, penyidik akan berkoordinasi dengan pihak terkait guna pemeriksaan psikologi.

"Dan sesuai amanat Undang-undang, penyidik nanti akan berkomunikasi atau berkoordinasi, bekerja sama dengan Pusat Perlindungan Perempuan dan Anak Provinsi DKI Jakarta," ujar Kombes Ade Ary Syam Indradi.

Baca juga: Ramadan Sebentar Lagi, Polisi Sudah Prediksi Jumlah Pemudik Lebaran 2024 Bakal Tembus 136 Juta Lebih

Baca juga: Menkes Budi Gunadi Sadikin Resmikan Pabrik Alkes IVD Terbesar di Asia Tenggara di Cikarang

"Dan juga berkomunikasi dan berkoordinasi dengan tim dokter dari Polri untuk pemeriksaan. Jadi kepada P3A itu pemeriksaan psikologis, kemudian ke dokter Polri itu untuk pemeriksaan psikiatrikum dalam rangka penyelidikan," sambungnya. 

Namun, Kombes Ade Ary Syam Indradi tak menjelaskan apakah pemeriksaan itu untuk terlapor Edie Toet Hendratno atau untuk dua orang pelapor/korban dugaan pelecehan seksual berinisial RZ dan DF atau kedua pihak juga.

"Pemeriksaan psikologi dan psikiatri untuk kepentingan pembuktian karena berdasarkan Pasal 24 ayat 3 UU No 12 Tahun 2022 tentang TPKS huruf a, bahwa termasuk alat bukti surat yaitu surat keterangan psikolog klinis dan atau psikiater," kata dia. 

Baca juga: Begini Kondisi Terkini Wanita Korban Kejahatan Jalan hingga Terseret Aspal di Cibitung

Baca juga: Viral Aksi Tawuran di Cikarang Barat, Hasil Penyelidikan Polisi, Ternyata untuk Pamer Konten Medsos

Dicecar Puluhan Pertanyaan

Diberitakan sebelumnya, Rektor Nonaktif Universitas Pancasila, Edie Toet Hendratno telah selesai menjalani pemeriksaan oleh penyidik Polda Metro Jaya, terkait dugaan kasus pelecehan seksual, Selasa siang, 5 Maret 2024.

Edie Toet Hendratno keluar dari gedung Ditreskrimum Polda Metro Jaya sekira pukul 13.01 WIB dengan didampingi kuasa hukumnya. 

Tak banyak kata yang diucapkan Edie Toet Hendratno usai menjalani pemeriksaan hari Selasa ini.

"Terima kasih, semua baik-baik. Polisinya profesional," ujar Eddie Toet Hendratno kepada wartawan, Selasa.

Baca juga: Dicecar 32 Pertanyaan, Rektor UP Nonaktif Klaim Punya Bukti Kuat Soal Kasus Dugaan Pelecehan Seksual

Kuasa hukum Edie Faizal Hafied menuturkan, kliennya dicecar 30 pertanyaan lebih oleh penyidik Polda Metro Jaya.

"Hari ini kami sudah menghadiri undangan klarifikasi dan tadi sudah dilaksanakan hampir 3 jam, ada 32 pertanyaan," ujar Faizal.

Pihaknya mengklaim memiliki bukti kuat atas laporan yang dilayangkan korban dugaan pelecehan seksual berinisial DF ini.

Bukti tersebut bahkan sudah disampaikan ke penyidik, tetapi tak dijelaskannya apa bukti itu.

Baca juga: Tertinggi Sejak Januari, Harga Emas Batangan Antam di Bekasi Selasa Ini Tembus Rp 1.179.000 Per Gram

Baca juga: Lokasi Layanan Samsat Keliling di Kota/Kabupaten Bekasi dan Karawang, Selasa 5 Maret 2024

"Tadi kami juga membawa bukti-bukti yang kuat, sudah kami sampaikan kepada penyidik," tutur dia.

"Bukti-bukti tidak bisa kami sampaikan, tapi bukti-bukti ini sangat akurat, sangat otentik dan bisa membantu membuat duduk perkara ini sangat terang," lanjutnya.

Ia berharap, bukti-bukti tersebut dapat membuat kasus yang menimpa kliennya menjadi terang benderang.

"Mudah-mudahan apa yang kami bawakan tadi, kehadiran kami ini membuat clear-nya duduk perkara tersebut dan mudah-mudahan bisa kembali memulihkan nama baik klien kami," sambungnya. 

Tahu Karakteristik

Sebelumnya diberitakan, rektor Nonaktif Universitas Pancasila, Edie Toet Hendratno, yang dilaporkan dua pegawainya atas dugaan pelecehan seksual, mengaku mengetahui karakteristik setiap orang yang bekerja di kampus tersebut.

Baca juga: Perpanjangan SIM Kabupaten Bekasi Selasa, 5 Maret 2024, di Dua Lokasi Satpas, Simak Syaratnya

Baca juga: Lowongan Kerja Karawang: PT Ihara Manufacturing Indonesia Cari Operator Mesin Die Casting Aluminium

Sebab, kata Edie Toet, dirinya telah menjadi Rektor di Universitas Pancasila selama 13 tahun.

Bahkan Edie Toet juga mengaku mengetahui siapa orang yang hebat dan siapa saja orang yang culas terhadapnya di Universitas Pancasila.

"Saya tahu setiap orang di Universitas Pancasila. Saya tahu siapa yang hebat-hebat, siapa yang pintar. Tapi juga siapa yang culas," kata dia saat konferensi pers di Kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, Kamis, 29 Februari 2024.

Pemahaman setiap karakter di sebuah instansi kata Edie Toet, merupakan pengetahuan yang harus dimiliki seorang pemimpin.

"Tapi juga itu bagian daripada pengetahuan yang harus saya miliki untuk memimpin segitu banyak orang," paparnya.

Di samping itu, Edie Toet Hendratno juga menilai jika kasus pelecehan terhadap dua karyawannya, merupakan tuduhan yang tak berdasar.

Baca juga: Lowongan Kerja Bekasi: Program G to G ke Jerman Batch V 2024 untuk Perawat, Gaji Rp 47 Juta Lebih

Baca juga: Soal Kasus Dugaan Pelecehan Seksual, Edie Toet: Saya Malu dan Sedih Jadi Korban Pembunuhan Karakter

Edie mengatakan, isu pelecehan seksual ini, merupakan bentuk politisasi, karena mencuat berbarengan dengan pemilihan Rektor Universitas Pancasila.

Menurutnya, pelecehan seksual yang menjerat dirinya, merupakan sebuah game atau permainan dari segelintir orang, untuk menghancurkan martabatnya.

"Sama seperti lawyer yang tidak suka dengan saya itu, mengumpulkan teman-temannya untuk memberi kuasa. Beberapa teman-temannya itu yang kenal saya itu, 'saya nggak mau, mas Edie nggak kayak gitu'. Itu terjadi betul," kata dia kepada wartawan, di Kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, Kamis (19/2/2024).

"Jadi ini memang suatu game yang dimainkan oleh orang lain, tapi menistakan harkat dan martabat saya dan keluarga," tambahnya.

Dia juga mengatakan, ingin segera lepas dari jeratan kasus pelecehan seksual yang dituduhkan kepadanya.

BERITA VIDEO : JALANI TES PSIKOLOGIS, KORBAN PELECEHAN REKTOR UP TRAUMA BERAT

Sebab kata dia, tak hanya dirinya, beban kasus pelecehan seksual ini juga dirasakan keluarganya.

"Saya pengen segera lepas dari beban ini, karena bukan saya saja yang merasakan ini beban keluarga saya juga. Banyak sekali teman-teman saya yang kenal saya, nggak akan percaya cerita yang terjadi seperti ini. Nggak ada yang percaya, karena dia kenal saya," ujar dia.

Di sisi lain, kuasa hukum Edie Toet Hendratno, Raden Nanda Setiawan menuturkan akan melakukan upaya hukum, dalam kasus dugaan pelecehan seksual.

Kuasa hukum Edie Toet Hendratno, Raden Nanda Setiawan menuturkan, upaya hukum itu akan dilakukan dalam beberapa hari ke depan.

"Melakukan langkah-langkah hukum lain terhadap hal ini untuk membela kepentingan klien kami, apa yang kami lakukan mungkin bisa ditunggu beberapa hari ke depan," kata dia saat konferensi pers di Kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (29/2/2024).

Baca juga: Dua Pelaku Perampasan Motor di Underpass Cibitung, Ditangkap di Lokasi Terpisah, Begini Tampangnya

Baca juga: Tunaikan Nazar, Bupati Karawang Aep Bantu Renovasi Masjid agar Bisa Digunakan Salat Tarawih

Raden mengatakan, pihaknya akan segera mempersiapkan langkah hukum tersebut, untuk membela kepentingan Edie Toet Hendratno.

"Kami sedang mempersiapkan semunya, dan kami akan melakukan upaya hukum, untuk membela kepentingan kami," kata dia.

Akan tempuh jalur hukum

Rektor Non-aktif Universitas Pancasila Edie Toet Hendratno, melalui tim kuasa hukum sebut akan melakukan upaya hukum, dalam kasus dugaan pelecehan seksual.

Kuasa hukum Edie Toet Hendratno, Raden Nanda Setiawan menuturkan, upaya hukum itu akan dilakukan dalam beberapa hari ke depan.

"Melakukan langkah-langkah hukum lain terhadap hal ini untuk membela kepentingan klien kami, apa yang kami lakukan mungkin bisa ditunggu beberapa hari ke depan," kata dia saat konferensi pers di Kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (29/2/2024).

Raden mengatakan, pihaknya akan segera mempersiapkan langkah hukum tersebut, untuk membela kepentingan Edie Toet Hendratno.

BERITA VIDEO : REKTOR NON-AKTIF UP EDIE TOET: INI GAME UNTUK MENISTAKAN TUDUHAN TAK BERDASAR

"Kami sedang mempersiapkan semunya, dan kami akan melakukan upaya hukum, untuk membela kepentingan kami," kata dia.

Di sisi lain, Rektor Non-aktif Universitas Pancasila, Edie Toet Hendratno mengaku sedih atas kasus dugaan pelecehan seksual, yang menyeret namanya.

Selama 13 tahun mengabdi sebagai Rektor Universitas Pancasila, Edie mengaku baru kali ini menjadi korban pembunuhan karakter.

"Mungkin bapak ibu enggak bisa menggambarkan kesedihan saya, malu saya dan juga sedih saya karena apa? selama saya mengabdi di dunia pendidikan baru kali ini dijadikan korban pembunuhan karakter," kata dia sata konferensi pers di Kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (29/2/2024).

Usai tersandung kasus pelecehan seksual ini, Edie mengatakan selama 2 bulan mendapat hinaan dan cercaan.

Baca juga: Dua Pelaku Perampasan Motor di Underpass Cibitung, Ditangkap di Lokasi Terpisah, Begini Tampangnya

Baca juga: Usai KPU Tantang Publik Hadirkan Bukti, Beredar Data Penggelembungan Suara PSI, Angkanya Beda Jauh

"Selama 2 bulan ini saya mendapat hinaan cercaan tuduhan yang tidak beretika yang itu tidak saya lakukan sama sekali," tutur dia.

Sementara itu, Edie menilai bahwa kasus yang saat ini menjeratnya, dapat menghancurkan nama baiknya.

Tak hanya itu, kasus ini juga menghancurkan prestasi dan karirnya, selama menjadi Rektor Universitas Pancasila.

"Tidak pernah terpikirkan oleh saya ada di titik ini, di titik nadir paling bawah, nama baik saya dipertaruhkan. bukan cuman nama baik saya yang hancur semua prestasi saya tiba-tiba harus lenyap," kata dia kepada wartawan, di Kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (29/2/2024).

Tak hanya dirinya yang merasa dipermalukan, kasus dugaan pelecehan ini juga berimbas pada istri dan anak-anaknya.

"Saya punya keluarga saya punya istri, anak yang sudah besar. Bisa dibayangkan betapa mereka sedih dan malu ayahnya diperlakukan seperti ini," tutur dia.

Atas hal ini, dia bersama kuasa hukumnya, akan menelusuri terkait motif terduga korban pelecehan, melaporkan dirinya.

Edie pun menduga, kasus pelecehan ini sengaja dibuat, karena bertepatan dengan pemilihan Rektor Universitas Pancasila.

"Memang saya cari-cari apa motifnya mereka itu, tapi dugaan saya ini karena bertepatan sama pemilihan rektor UP mereka pingin jadi rektor. Saya rektor terpanjang," ungkapnya. (Wartakotalive.com, Ramadhan L Q/Nurma Hadi)

Sumber: Wartakota
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved