Berita Pendidikan
President University Kukuhkan Prof Dr Retnowati STh MSi sebagai Guru Besar
Sebelum dikukuhkan sebagai Guru Besar, Prof Retno pernah menjabat sebagai Direktur Lembaga Riset dan Pengabdian Masyarakat di Presuniv.
TRIBUNBEKASI.COM — Pesatnya perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sangat membantu kehidupan manusia pada semua bidang kehidupan.
Namun, sayangnya anugerah kemudahan tersebut kurang diimbangi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Itu terbukti dari hadirnya beragam masalah sosial dan etika yang muncul sebagai dampak dari kesibukan manusia berteknologi, yang berorientasi pada keuntungan dan sering melupakan sisi kemanusiaan.
Prof Dr Retnowati STh MSi menyampaikan hal itu dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar di President University.
Pidato yang bertopik Digital Society, Perubahan Perilaku dan Empati pada Kemanusiaan: Pendekatan Antropologi itu disampaikan di President Executive Club, Capitol Business District, Jl. Niaga Raya di Kota Jababeka, Cikarang, Bekasi, beberapa waktu lalu.
Prosesi pengukuhan Prof Retno dilakukan dalam sidang senat terbuka yang dipimpin oleh Rektor President University Handa S. Abidin SH LLM PhD.
Baca juga: SIM Keliling Kabupaten Bekasi Senin 10 Juni 2024 Besok di Taman Alamanda Desa Karangsatria
Baca juga: AQUA Elektronik Gelar Meet & Greet Bareng Anthony Ginting dan Gregoria Mariska di Indonesia Open
Hadir dalam prosesi pengukuhan tersebut Ketua Yayasan Pendidikan Universitas Presiden (YPUP) Prof Dr Ir Budi Susilo Soepandji DEA, dan pengurus yayasan lainnya.
Hadir pula Rektor Universitas Kristen Satya Wacana Prof Dr Intiyas Utami SE, MSi, Ak, CA, CMA, QIA, CFra, Prof Ir Onno Widodo Purbo MEng, PhD, pakar teknologi informasi yang juga Wakil Rektor di Institut Teknologi Tangerang Selatan; Dwi Larso, PhD, Direktur Beasiswa, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan, Kementerian Keuangan, beberapa guru besar, segenap civitas academica di lingkungan Presuniv, serta sejumlah tamu undangan lainnya.
Dalam pidato sambutannya pada acara itu Prof Budi Susilo menyampaikan tiga harapan terkait pengukuhan Prof Retno.
Pertama, pengukuhan tersebut diharapkan terus memperkuat nilai-nilai dan tradisi akademis di lingkungan Presuniv.
Kedua, Presuniv diharapkan mampu memanfaatkan segenap potensi akademis Prof Retno.
“Salah satu bentuknya adalah dengan meminta Prof Retno berkenan membimbing mahasiswa S2, atau bahkan kelak S3,” ungkap Prof Budi Susilo, dalam pernyataan resminya.
Baca juga: Tak Kuat Menahan Nafsu, Ketua RT Ini Tega Cabuli Dua Keponakannya Sendiri
Baca juga: Prioritaskan Kader Internal Maju Pilkada 2024, Sekjen PDIP Sebut Anies Sosok yang Menarik
Ketiga, pengukuhan Prof Retno sebagai guru besar diharapkan menjadi momentum untuk terus meningkatkan kapasitas riset dan publikasi.
“Apalagi Prof Retno pernah menjabat sebagai Direktur Lembaga Riset dan Pengabdian Masyarakat di Presuniv,” tegas Prof Budi.
Prediksi Saat Ini dan Masa Depan
Dalam sambutannya sebagai Ketua Senat Presuniv, Handa S. Abidin, mengungkapkan bahwa Prof Retno adalah guru besar ke-3 yang dikukuhkan oleh Presuniv.
Guru besar sebelumnya yang dikukuhkan oleh Presuniv adalah Prof Dr Jony Oktavian Haryanto, kini menjabat sebagai Sekretaris YPUP dan Staf Ahli Bidang Inovasi, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Kebudayaan, serta Prof Dr Chairy, Wakil Rektor Presuniv bidang Kerja Sama.
“Dengan dikukuhkannya Prof Retno, saat ini Presuniv sudah memiliki sembilan guru besar yang tersebar di lima fakultas,” ucap Handa.
Meski begitu, lanjut dia, sembilan guru besar yang dimiliki oleh Presuniv sebetulnya masih terlalu sedikit.
Baca juga: Jelang Laga Kontra Timnas Indonesia, Pelatih Filipina Tegaskan Tak Dukung Vietnam
Baca juga: Usai Jatuh Bebas Rp 38.000 Per Gram, Harga Emas Batangan Antam di Bekasi Ahad Ini Ajeg Segini
“Itu sebabnya kami di Presuniv terus mendorong segenap dosennya agar segera menjadi guru besar,” tegas Handa S. Abidin.
“Bagi kami, keberhasilan Prof Retno menjadi guru besar bukan hanya capaian beliau sebagai pribadi, tetapi juga capaian Presuniv. Bukan hanya Prof Retno dan keluarganya yang bahagia dan berbangga, tapi juga Presuniv,” imbuhnya.
Dalam pidato pengukuhannya, Prof Retno mengatakan bahwa pada era digital seperti sekarang dibutuhkan kajian antropologi untuk memprediksi kondisi sosial masyarakat.
“Itu baik untuk kondisi pada saat ini maupun masa mendatang, dan bagaimana implikasinya dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.
Menurut Prof Retno, di masyarakat ada pemahaman yang keliru tentang antropologi.
“Ilmu antropologi dianggap hanya mempelajari kelompok masyarakat yang terpencil, sederhana, terisolasi baik secara sosial ekonomi maupun teknologi. Contohnya, masyarakat Aborigin di Australia, suku Indian di Amerika Serikat, dan berbagai suku lainnya baik di Indonesia, di Afrika atau negara-negara lainnya,” ungkapnya.
Pemahaman yang keliru semacam ini, lanjut dia, membuat ilmu antropologi seakan-akan tersingkir dari kehidupan modern.
Baca juga: Bang Wara dan Mpok Wiri Resmi Dijadikan Maskot Pilkada Kota Bekasi 2024
Baca juga: PDIP Gelar Pentas Wayang Kulit, Angkat Kisah Sisupala Jadi Raja Namun Melupakan Jasa Kresna
“Di era globalisasi sekarang ini, definisi tentang masyarakat terpencil perlu dikaji ulang. Sekarang ini di era digital dan internet semuanya bisa dijangkau dengan mudah dan murah,” ujarnya.
Etnografi ke Netnografi
Menurut Prof Retno, perkembangan TIK telah mengubah pola interaksi, pola pikir, pola tindak dan perilaku masyarakat sehari-hari.
“Kalau dulu interaksinya dengan tatap muka, masyarakat sekarang merasa lebih nyaman, lebih efektif dan lebih efisien berinteraksi di dunia maya,” kata dia.
Kondisi tersebut menuntut perubahan cara melakukan penelitian.
“Sebelumnya penelitian antropologi dilakukan dengan pendekatan etnografi. Penelitian semacam itu menuntut para peneliti untuk datang dan tinggal bersama masyarakat yang ditelitinya dalam jangka waktu tertentu,” papar Prof Retno.
Seiring dengan perkembangan TIK yang memicu terjadinya perubahan, arena kajian pun berubah menjadi digital.
Baca juga: Lokasi Layanan Samsat Keliling di Kota/Kabupaten Bekasi dan Karawang, Senin 10 Juni 2024 Besok
Baca juga: Jadwal SIM Keliling Karawang Senin 10 Juni 2024 Besok di Mall Cikampek Hingga Pukul 15.00
Sekarang ini media sosial sudah menjadi potret dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Maka, apa yang terjadi di media sosial dapat menjadi data riset untuk kajian antropologi,” ujarnya.
Mengutip data, Prof Retno menyebutkan bahwa dari 281,7 juta penduduk Indonesia, sebanyak 185,3 juta atau 66 persen di antaranya merupakan pengguna internet.
Lalu, sebanyak 139 juta atau 49 persen dari seluruh penduduk Indonesia tercatat aktif menggunakan media sosial.
Untuk itu, lanjut dia, penelitian antropologi perlu berubah dari semula memakai metode etnografi menjadi netnografi.
“Netnografi adalah singkatan dari internet dan etnografi. Metode ini bisa dipakai untuk mengidentifikasi kehidupan di dunia maya dan menjadikannya sebagai bahan riset,” ungkapnya.
Saat ini relatif murahnya tarif internet serta kecepatan dan kemudahan aksesnya telah merevolusi media sosial.
Baca juga: SIM Keliling Kota Bekasi, Senin 10 Juni 2024 Besok, di Mitra 10 Harapan Indah, Cek Syaratnya
Baca juga: Lowongan Kerja Bekasi: PT JFE Steel Galvanizing Indonesia Cari Ahli Teknologi Teknik Listrik
Siapa pun bebas mengakses dan memproduksi informasi.
Sayangnya banjir informasi ini tidak diimbangi dengan daya kritis dari pengguna media sosial.
“Akibatnya ruang publik pun menjadi riuh. Berbagai ide dan gagasan mengalir dengan tanpa filter dan seleksi. Setiap orang bebas mengekspresikan dirinya. Mereka meluapkan keinginannya, empati, kepedulian, bahkan sampai kebencian, purbasangka, hingga sumpah serapah,” ungkap dia.
Prof Retno mencatat setidak-tidaknya ada 10 media sosial yang paling banyak digunakan masyarakat Indonesia.
WhatApps digunakan oleh 92,1 persen warganet, disusul Instagram (86,5 persen), Facebook (83,5 persen), Tiktok (73,5 persen), Telegram (64,3 persen), X (57,5 persen), Facebook Messenger (44,9 persen), Pinteres (34 persen), Kuai-shou (32,4 persen) dan LinkedIn (25 persen). Melihat
kondisi tersebut, menurut Prof Retno, menarik untuk mendiskusikan posisi kebudayaan Indonesia yang telah diorganisasi oleh media sosial melalui berbagai informasi yang sengaja disebarluaskan.
Baca juga: Lowongan Kerja Karawang: PT Honda Prospect Motor Butuh Operator Pengemudi Truk, Punya SIM B1/B2
Baca juga: Lowongan Kerja Bekasi: MM2100 Industrial Town Butuh Staf Laboratorium Lulusan D3
“Menarik untuk mengkaji konstruksi media sosial yang telah berkembang tidak hanya merepresentasikan pengetahuan yang mendidik masyarakat, tetapi justru mendekonstruksi realita sosial,” tambahnya.
Media sosial yang mestinya digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah, membuat manusia menjadi lebih inovatif dan produktif, menurut Prof. Retno, justru banyak disalahgunakan.
Contohnya, banyak penipuan perbankan online atau penyebaran link menyesatkan yang dikirimkan melalui WhatApps; Hoax atau cyberbullying dilakukan melalui Instagram; Penyebaran video porno atau intimidasi dilakukan melalui Tiktok; dan masih banyak lagi kasus-kasus lainnya.
Itu sebabnya kala masyarakat menuju era Society 5.0, usul Prof. Retno, teknologi, termasuk media sosial, sebaiknya digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup dengan membantu manusia menyelesaikan berbagai masalahnya.
“Jadi, bukan malah dipakai untuk menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan,” tegasnya.
Justru teknologi harus mengangkat dan meningkatkan nilai-nilai kemanusiaan.
Baca juga: Kajari Kabupaten Bekasi Ingatkan Pejabat Tidak Titip Calon Siswa di PPDB 2024
Baca juga: Kafe Estetik di Tambun Bekasi: Nikmati Kopi dan Makan Mie Sambil Lihat Pemandangan Kereta Api
Sementara, Prof Onno menekankan pentingnya dua kata kunci yang disampaikan Prof Retno dalam pidato pengukuhannya.
“Dua kata kunci itu adalah perilaku dan prediksi,” katanya.
Di era digital seperti sekarang, terlebih dengan adanya media sosial, menurut Prof Onno, prediksi perilaku masyarakat di masa depan harus dilakukan dengan berbasis data.
“Bukan dengan ramalan, atau perkiraan lagi,” katanya.
Baca berita TribunBekasi.com lainnya di Google News
Ikuti saluran TRIBUN BEKASI di WhatsApp.
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
Prof Dr Retnowati STh MSi
pengukuhan guru besar
guru besar
President University
Rektor President University
Handa S. Abidin
Bupati Karawang Aep Syaepuloh Jadi Mahasiswa S2 Unsika, Pilih Jurusan Ini |
![]() |
---|
Hadiri PKKMB Unsika, Wakil Ketua DPR Saan Mustofa Minta Mahasiswa Aktif Berorganisasi |
![]() |
---|
Cerita Suci, Penerima KIP Kuliah Lulus IPK 3,97 di Fisip Unsika |
![]() |
---|
Jadi Angkatan Pertama, Unsika Wisuda 7 Mahasiswa Asing |
![]() |
---|
Wujudkan Kampus Global, Unsika Ikuti Proses Akreditasi Internasional |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.