IDI Dukung Susu Ikan, Dinilai Bisa Bantu Atasi Stunting dan Penuhi Gizi Anak

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mendukung pemerintah mengatasi masalah gizi anak, di antaranya dalam bentuk pemanfaatan susu ikan.

Editor: Ign Prayoga
TRIBUNCIREBON.COM/HANDHIKA RAHMAN
Susu Ikan pertama di Indonesia diluncurkan Menteri Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Teten Masduki di Pabrik Berikan Protein Initiative yang berlokasi di Desa Kertawinangun, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Selasa (15/8/2023). 

TRIBUNBEKASI.COM, JAKARTA - Susu ikan menuai polemik.

Sejumlah pihak mengusulkan susu ikan masuk dalam pogram makan bergizi gratis (MBG) yang akan diterapkan pada pemerintahan Prabowo-Gibran.

Namun sebagian kalangan menilai susu ikan tidak bisa disamakan dengan susu sapi.

Di tengah polemik ini, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mendukung pemerintah mengatasi masalah gizi dan meningkatkan kualitas kesehatan anak.

Salah satunya dengan kehadiran produk susu ikan yang disebut-sebut masuk dalam rencana program Makan Bergizi Gratis di pemerintahan Prabowo-Gibran.

Ketua Komite Advokasi Percepatan Penurunan Stunting Kesehatan Ibu dan Anak serta SDG’s PB IDI, Agussalim Bukhari menyatakan, ikan memiliki zat yang penting bagi tubuh.

Di antaranya protein, vitamin, hingga mineral.

"Kalau yang susu ikan ini kan misalnya, ya banyak mengandung, disamping protein, dia juga ada zat gizi lain. (Yaitu) vitamin dan mineral. Meskipun, ya belum mencukupi kebutuhan. Kalau mau di tingkatnya lagi," katanya, Jumat (13/9/2024).

Sumber gizi yang paling penting ada di dalam ikan adalah omega 3. 

Menurut Agus, kandungan omega-3 dari 'susu ikan' lebih banyak daripada susu sapi.

"Satu keunggulan kalau dari ikan semua orang sudah tahu bahwa mengandung omega 3, itu keunggulannya dari ikan apalagi buat susu, omega 3 juga bagus untuk penyakit kanker, bagus buat jantung, perkembangan otak dan tentunya anti inflamasi,” tambah Agussalim.

Selain itu, produk hidrolisat protein ikan juga rendah laktosa.

Sehingga aman untuk anak yang intoleran laktosa pada susu sapi atau sering disebut alergi susu sapi.

Agus mengatakan, semua jenis ikan juga bisa dijadikan hidrolisat ikan berbentuk bubuk atau cair yang penyajiannya mirip susu.

Contohnya ikan gabus dan lele dengan kandungan albumin tinggi.

Bisa juga salmon dan ikan teri dengan kandungan omega 3 tinggi dan lemak baik.

Walau begitu Agus menerangkan, proses pembuatan hidrolisat ikan bisa mengurangi kandungan gizi dari ikan itu sendiri sebanyak 50 persen.

Ini disebabkan pemanasan bila diolah menjadi susu pasteurisasi.

Karenanya, meskipun susu ikan mengandung protein, vitamin dan mineral, namun tidak cukup hanya dari satu sumber saja.

Harus ditambahkan dengan konsumsi lauk kaya protein, sayur, dan buah untuk mencukupinya.

 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com 

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved