Mediasi Tak Mencapai Titik Temu, Kasus Kekerasan di Binus School Simprug Lanjut ke Penyidikan

Kasus kekerasan di Binus School Simprug dimediasi. Namun mediasi antara pihak korban RE (16) dan pihak terduga pelaku berujung deadlock.

Penulis: Ramadhan L Q | Editor: Ign Prayoga
Wartakotalive.com/ Nurmahadi
Kasi Humas Polres Jaksel AKP Nurma mengatakan pengemudi Pajero yang masturbasi atau onani di bawah JPO Kuningan Madya di Setiabudi sudah diamankan dan diketahui istrinya sedang hamil tua 

TRIBUNBEKASI.COM, JAKARTA - Sekolah bertaraf internasional Binus School Simprug, Jakarta Selatan, diduga jadi lokasi bullying dan penganiayaan terhadap seorang siswa berinisial RE (16). 

Peristiwa ini terjadi pada Januari 2024 dan baru beberapa hari lalu dilakukan mediasi.

Namun mediasi antara pihak RE (16) dan pihak terduga pelaku berujung deadlock.

Mediasi ini dilakukan di Polres Metro Jakarta Selatan pada Jumat (13/9/2024) terkait kasus dugaan bullying atau perundungan, pelecehan seksual, dan pengeroyokan.

Adapun kasus tersebut dilaporkan RE ke Polres Metro Jakarta Selatan pada Januari 2024 lalu.

"Dilakukan mediasi (Jumat) lalu. Tidak ada titik temu," ujar Kasi Humas Polres Metro Jakarta Selatan AKP Nurma Dewi, saat dihubungi, Minggu (15/9/2024).

Dengan demikian, kasus itu tetap berlanjut setelah sebelumnya naik ke tahap penyidikan.

"Iya, lanjut," ucap eks Wakapolsek Pasar Minggu tersebut.

Nurma menuturkan, nantinya pemeriksaan korban maupun terlapor akan kembali dilakukan, baru gelar perkara.

"Dijadwalkan (pemeriksaan korban maupun terlapor). Nanti (gelar perkara) kalau semua sudah diperiksa kembali," tuturnya.

Diberitakan sebelumnya, terjadi kasus bullying atau perundungan di Binus School Simprug, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Adapun korbannya dalam kasus tersebut adalah siswa berinisial RE (16).

Ia diduga mengalami kekerasan fisik sampai pelecehan seksual.

Kasus ini naik ke tahap penyidikan, setelah polisi menemukan adanya dugaan tindak pidana.

"Kalau lihat videonya jelas, ada," kata Nurma.

Sebelumnya beredar kabar, seorang siswa Binus School Simprug jadi korban korban perundungan dan pengeroyokan.

Namun Binus School Simprug membantah tuduhan adanya dugaan pengeroyokan terhadap siswa berinisial RE (16).

Pihak Binus School Simprug kemudian membuka rekaman CCTV pada 30 dan 31 Januari 2024.

Dalam rentang waktu tersebut, RE mengaku dikeroyok sejumlah siswa.

"Bahwa berdasarkan CCTV yang kita lihat, ternyata di sana itu yang terjadi adalah adanya, istilahnya siswa ini sepakat untuk bertinju istilahnya, berkelahi," ujar Otto Hasibuan selaku kuasa hukum Binus School Simprug, dalam konferensi pers, Sabtu (14/9/2024).

Dari rekaman CCTV itu, belasan siswa termasuk RE tampak masuk ke toilet sekolah secara beramai-ramai pukul 13.37 WIB. 

Terlihat santai RE saat masuk ke toilet serta mengobrol bersama dua orang temannya.

Selama kurang lebih delapan menit, belasan siswa berada di dalam toilet.

Sampai akhirnya mereka keluar sekira pukul 13.45 WIB sesuai waktu yang ada di CCTV.

Namun, video lain ditunjukkan pihak Binus School Simprug yang kabarnya didapat dari seseorang.

Dalam video ini, RE tampak sedang berkelahi dengan siswa lain, sementara beberapa siswa hanya menyaksikan perkelahian itu.

Awalnya RE lebih dulu terkena pukul, lalu ia membalasnya dengan melayangkan beberapa pukulan.

Saat seorang siswa mencoba untuk melerai perkelahian tersebut, video terhenti. 

Otto menjelaskan bahwa tak ada pengeroyokan seperti yang dilaporkan RE ke Polres Metro Jakarta Selatan.

"Kita lihat ya, jadi mereka mengajak berkelahi, tidak ada pengeroyokan. Jadi satu lawan satu berkelahi. Setelah itu selesai," kata dia.

Otto menegaskan, pihaknya agak keberatan menunjukkan video tersebut.

"Sebenarnya kami tidak ingin menunjukkan ini, tapi karena sudah sedemikian rupa pemberitaan seakan-akan dan Binus ini menelantarkan, membiarkan kejadian-kejadian ini," lanjut Otto. 

Diberitakan sebelumnya, terjadi kasus dugaan bullying atau perundungan di Binus School Simprug, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Adapun korbannya dalam kasus tersebut adalah siswa berinisial RE (16).

Ia diduga mengalami kekerasan fisik sampai pelecehan seksual.

Kasus itu kini telah naik status dari penyelidikan menjadi penyidikan.

Hal tersebut diungkap Kasi Humas Polres Metro Jakarta Selatan AKP Nurma Dewi.

"Iya, sudah naik penyidikan," ujar Nurma, saat dikonfirmasi, Jumat (13/9/2024).

Dinaikkannya ke penyidikan, ucap dia, usai pihak kepolisian menemukan adanya dugaan tindak pidana.

"Ya kalau tindak pidana, kalau lihat videonya jelas, ada," tuturnya.

Dalam pengakuannya, korban sudah menempuh pendidikan di sekolah itu selama satu tahun.

Kendati demikian, ia hanya tiga bulan mengikuti pembelajaran secara offline.

"Hari pertama saya sudah mendapatkan pelecehan, penghinaan, pengancaman, dan sampai di bulan Januari saya mendapatkan penganiayaan yang kejam dan sadis. Saya dari para pelaku sudah dianiaya selama dua hari," ucap RE, di Mapolres Metro Jakarta Selatan, Kebayoran Baru, belum lama ini.

"Di hari pertama dan kedua secara berturut-turut. Bahkan para geng ini sudah merencanakan lima hari berturut-turut hingga hari terakhir saya akan dihabisi oleh ketua geng di sana. Namun di hari kedua saya sudah benar-benar tidak merasakan tubuh saya karena saya sudah babak belur di sana," sambungnya.

Di sisi lain, dugaan tindakan bullying dan pelecehan seksual terhadap korban dibantah pihak Binus School Simprug.

"Sejak awal, sekolah menanggapi laporan dari yang bersangkutan dengan serius. Sekolah telah melaksanakan investigasi berdasarkan bukti dan saksi," ucap Humas Binus School Education Haris Suhendra, dalam keterangannya.

Dari hasil investigasi itu, pihaknya tak menemukan dugaan bullying maupun pelecehan seksual.

Haris mengatakan bahwa yang ada hanyalah perselisihan antarsiswa.

"Kami menemukan bahwa kejadian tersebut adalah perselisihan antar siswa. Tidak ada temuan yang mengindikasikan adanya bullying dan pelecehan seksual," kata dia.

"Semua siswa yang terlibat dalam perselisihan tersebut telah mendapatkan sanksi berdasarkan fakta yang ditemukan dan sesuai dengan peraturan sekolah. Dengan adanya kejadian ini, sekolah juga memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan dukungan pembelajaran baik luring maupun daring," sambung Haris. (m31)

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved